Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Saturday, July 22, 2017

Rene Descartes 2 : Perubahan Modern


a. Melawan Skolastikisme

Descartes seringkali disebut bapak-filsafat-modern, yang mengimplikasikan bahwa ia menyediakan benih filsafat-baru yang memisahkan diri dari yang-lama dengan cara yang penting/mendasar.

Filsafat-lama ini adalah filsafat-Aristoteles seperti yang disesuaikan dan ditafsirkan sepanjang periode abad pertengahan.

Sebenarnya, Aristotelianisme begitu mengakar dalam institusi intelektual di zaman Descartes sehingga para komentator/pengamat pada saat itu berpendapat bahwa bukti-kebenaran-nya dapat ditemukan di dalam Alkitab.

Karena itu, jika seseorang mencoba menolak beberapa prinsip utama Aristotelian, maka dia dapat dituduh memegang pendirian yang bertentangan dengan firman-Tuhan dan dihukum.

Meskipun demikian, pada zaman Descartes, banyak yang bermunculan dengan cara tertentu untuk melawan satu tesis skolastik-Aristotelian atau lainnya.

Jadi, ketika Descartes berpendapat dengan menerapkan sistem filsafat-modern-nya, ia memutuskan hubungan dengan tradisi skolastik yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Descartes melanggar tradisi ini setidaknya dalam dua cara mendasar.

Yang pertama adalah penolakannya terhadap forma-substansial sebagai penjelasan pada prinsip-prinsip-fisika.

Forma-substansial dipikirkan sebagai prinsip-immaterial dari organisasi-material yang dihasilkan dalam sebuah benda-partikular dengan jenis-tertentu.

Prinsip-utama dari forma-substansial adalah penyebab-akhir-atau-tujuan dari eksistensi benda-benda dengan jenis-tertentu-itu.

Ambilah sebagai contoh, burung disebut burung-swallow (layang-layang).

Forma-substansial dari layang-layang (swallowness) yang immaterial menyatu dengan materi (badan-burung) sedemikian rupa untuk meng-organisasi-kan demi eksistensi suatu-benda dengan jenis-burung-swallow.

Ini juga berarti bahwa kualitas-alami (ciri/sifat) atau kemampuan/fakultas apapun yang dimiliki suatu-burung-swallow hasil dari eksistensi benda-dengan-jenis-itu pada akhirnya dijelaskan dengan tujuan-atau-penyebab-akhir dari eksistensi suatu-burung-swallow.

Sehingga, misalnya, tujuan dari eksistensi suatu-burung-swallow merupakan penyebab dari kemampuan suatu-burung-swallow untuk terbang-seperti-layang-layang.

Oleh karena itu, menurut penjelasan ini, suatu-burung-swallow terbang hanyalah untuk eksistensi suatu-burung-swallow.

Meskipun ini mungkin benar, ia tidak mengatakan sesuatu yang baru atau berguna tentang burung-swallow, dan hal ini tampak bagi Descartes bahwa filsafat dan ilmu-pengetahuan-skolastik tidak mampu menemukan pengetahuan-baru atau berguna.

Descartes menolak penggunaan forma-substansial dan penyebab-akhir-atau-tujuan yang menyertainya dalam fisika adalah karena alasan di atas.

Bahkan, esainya Meteorologi, yang muncul bersamaan dengan karyanya Discourse on Method, dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa penjelasan yang lebih jelas dan lebih bermanfaat dapat diperoleh tanpa mengacu pada forma-substansial tapi hanya dengan cara-deduksi dari konfigurasi-dan-gerakan bagian-bagiannya.

Oleh karena itu, intinya adalah untuk menunjukkan bahwa prinsip-prinsip-mekanistik lebih cocok untuk membuat kemajuan dalam ilmu-fisika.

Alasan lain Descartes menolak forma-substansial dan penyebab-akhir-atau-tujuan dalam fisika adalah keyakinannya bahwa paham ini dihasilkan dari kerancuan-ide/gagasan tentang tubuh dan ide/gagasan tentang pikiran.

Dalam Sixth Replies, Descartes menggunakan konsep-gravitasi-skolastik pada sebuah-batu, untuk menjelaskan maksudnya.

Sesuai penjelasan ini, tujuan karakteristik eksistensi sebuah-batu adalah kecenderungan untuk bergerak-menuju-pusat-bumi.

Penjelasan ini mengandung arti bahwa batu tersebut memiliki pengetahuan-tentang-tujuan ini, yaitu pusat-bumi dan bagaimana menuju ke sana. Tetapi bagaimana sebuah-batu bisa tahu-tentang-sesuatu, karena batu-tidak-berpikir ?

Jadi, adalah kesalahan untuk menganggap properti-mental seperti pengetahuan sepenuhnya adalah benda-fisik.

Kesalahan ini harus dihindari dengan membedakan secara jelas ide/gagasan-pikiran dari ide/gagasan-tubuh.

Descartes menganggap dirinya sebagai orang pertama yang melakukan ini.

Pengusirannya kepada prinsip-prinsip-metafisis dari forma-substansial dan penyebab-akhir-atau-tujuan membantu membersihkan jalan bagi prinsip-prinsip-metafisis Descartes yang baru, yang menjadi dasar dari fisika-mekanistik-modern-nya.

Titik mendasar kedua dari perbedaan yang dimiliki Descartes dengan skolastik adalah penolakannya terhadap tesis bahwa semua-pengetahuan-harus-berasal-dari-sensasi.

Skolastikisme diabdikan untuk prinsip Aristotelian bahwa setiap orang dilahirkan dengan 'batu tulis yang bersih/kosong', dan semua-material untuk pemahaman-intelektual harus disediakan melalui sensasi.

Meskipun demikian, Descartes berpendapat bahwa karena indera-terkadang-menipu, mereka tidak dapat menjadi sumber-pengetahuan yang andal.

Lebih jauh lagi, kebenaran-proposisi-proposisi berdasarkan sensasi secara alami bersifat probabilistik dan oleh karena itu, proposisi-proposisi itu adalah premis-yang-meragukan ketika digunakan dalam sebuah argumen.

Descartes sangat tidak puas dengan pengetahuan-yang-tidak-pasti itu. Dia kemudian mengganti tempat yang-tidak-pasti yang berasal dari sensasi dengan kepastian-mutlak dari ide/gagasan-yang-jelas-dan-terpilah yang dipersepsi hanya oleh pikiran, seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.


b. Proyek Descartes

Dalam kata pengantar karyanya yang menggunakan bahasa Prancis berjudul Principles of Philosophy, Descartes menggunakan 'pohon' sebagai metafora untuk pandangan holistik tentang filsafat.

" Akarnya adalah metafisika, batang-nya adalah fisika, dan cabang-cabang yang muncul dari batang adalah semua ilmu-pengetahuan lain-nya, yang dapat direduksi menjadi tiga yang utama, yang masing-masing disebut medis, mekanik dan moral." (AT IXB 14: CSM I 186).

Meskipun Descartes tidak mengembangkan lebih lanjut lagi gambaran ini, beberapa pandangan lain tentang keseluruhan proyeknya dapat teramati.

Pertama, perhatikan bahwa metafisika merupakan akar yang melindungi bagian pohon lain-nya. Untuk itu di dalam metafisika-Descartes, fondasi-yang-pasti dan epistemologis-yang-aman ditemukan.

Hal ini, pada gilirannya, mendasari pengetahuan tentang sifat-geometris-tubuh, yang merupakan dasar bagi fisika-nya.

Kedua, fisika terdiri dari batang-pohon, yang tumbuh secara langsung dari akar dan memberikan dasar bagi sisa ilmu-pengetahuan lain-nya.

Ketiga, ilmu medis, mekanik dan moral tumbuh dari batang-fisika, yang mengandung arti bahwa ilmu-ilmu lain ini hanyalah penerapan ilmu-pengetahuan-mekanistik-nya kepada subjek bidang tertentu.

Akhirnya, manfaat pohon-filsafat terutama ditemukan pada tiga-cabang ini, yang merupakan ilmu-pengetahuan yang paling bermanfaat dan menguntungkan bagi manusia.

Namun, usaha besar ini tidak bisa dilakukan dengan sembarangan tetapi harus dilakukan secara tertib-teratur dan sistematis. Oleh karena itu, sebelum mencoba menanam pohon ini, Descartes pertama-tama harus mencari/mengetahui metode untuk melakukannya.


Sumber:
http://www.iep.utm.edu/descarte/#H1
Pemahaman Pribadi



No comments:

Post a Comment