Setiap berharap padanya, kau seperti mengharap keajaiban. Suatu yang ganjil. Muskil barangkali. Dari hal kecil seperti menunggu bintang jatuh. Hingga terkadang kau pasrah karena nyaris semua harapanmu berakhir di ujung jurang kesiasiaan. Melelahkan dan menyiksa. Hampir hampir kau memilih terjun ke dalam sana. Bersama gelap mungkin lebih tenang daripada berjalan disisinya. Daripada harus menekan perasaan untuk memenuhi belas kasihan. Sesak, tapi tak ingin dadamu meledak. Mungkin kau harus merebah kembali mengunjungi rumah lamamu. Kesendirian.
Andai itu seperti menunggu bintang jatuh, kau ingin bintang itu segera menimpa kepalamu !
Pulo Nangka, 20 Juli 2003
No comments:
Post a Comment