Selama di sana, Engkau mengalir seperti biasa. Kau berusaha bertahan dari terpaan angin yang mengguncangkan jiwa. Getaran kehidupan mulai terasa kencang. Engkau mengalami variasi hidup yang lain dari lingkunganmu. Tentang kepahitan yang tak berujung. Cita cita yang terlunta. Cinta yang tertunda. Serta tentang perjuangan panjang dan masa depan tak berpengharapan.
Engkau melihatnya dengan hati lalu menilainya sebagai wajah wajah kehidupan yang menatapmu. Taringnya yang beringas mencoba menerkammu. Ketulusanmu nyaris hilang. Keyakinanmu akan keikhlasan terus menerus tergerus. Jamur jamur kedengkian serta kebencian menjalar di sekujur tubuh. Hatimu penuh bercak kesombongan dan kemunafikan. Di sana, Kau ternyata makin lemah. Engkau belum mampu mengatasi dirimu. Nafsu masih bertahta atasmu. Ketinggian hatimu kian berkuasa. Engkau tertindas oleh dirimu.
Pulo Nangka, 17 Maret 2002
No comments:
Post a Comment