Kebencian terjadi karena "pour soi" dengan bebas menentukan dirinya dalam usaha mematikan orang lain. Yang membenci mencoba menjadi "pour soi" melulu dan menolak setiap "en soi" dalam dirinya. Kebencian ialah usaha supaya kemerdekaan terhadap yang lain menjadi sempurna. Kebencian mengakui kemerdekaan orang lain dan kemerdekaan itu harus dimusnahkan. Dengan membunuh orang lain, saya mencoba membebaskan saya dari pengasingan dan membebaskan diri saya dari "hal-mengada-bagi-yang-lain" karena yang lain itu tidak bisa ditangkap. Kebencian tidak mencapai tujuannya. Juga sesudah dibunuh yang lain tidak hilang karena tetap benar bahwa dulu yang lain memang ada dan sebagai bayangan ingatan dia tetap orang yang melihat saya sebagai objek. Pembunuh tidak bisa membebaskan diri dari korban.
Sartre
Terjadi ! Pasti terjadi. Karena tak tau diri ! Congak, pongah dan terlalu tinggi hati. Sadarlah, bertatap saja tak berani. Melihat pun, seperti bertemu hantu. Pucat merinding, gemetar pasi, takut, lalu cemas lari terbirit.
Lelah ? Berhentilah dengan sesak. Pilihlah tempat yang penat. Segera santap kepedihan itu. Biar perut kenyang dengan siksa. Lidah merasa segala sengsara. Mata berlinang perih derita. Hingga, jelas terlihat luka. Rambut kusut teramat kusam. Wajah kotor tanpa warna. Bibir yang sayu mengulum pilu. Lalu, seberapa kuat bertahan ? Ahhh... sebentar juga menggelepar ! Tak lama juga tiada ! Musnah, menghilang dalam nista berkepanjangan.
Pulo Mas, 22 Juni 2005
No comments:
Post a Comment