Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Wednesday, May 4, 2016

Kapitalis Jijik


Manusia lemah, minoritas dan kaum tertindas, Mereka semua serupa. Di sana membersit ketulusan yang terjepit di sela penderitaan dan sengsara. Tekanan tekanan tak kunjung usai. Tuduhan tuduhan mengacung pada Mereka seolah tak pernah berpaling kearah yang lain. Sistem ini memuakkan. Mereka terpojok oleh kekuasaan yang menampakan diri sebagai uang.

Kapital, uang seringkali mereduksi nilai kemanusiaan menjadi suatu kenistaan. Materi yang jika dinilai tidaklah seberapa, mampu membalikan niat luhur menjadi serupa perbuatan setan. Kapitalis Jijik bertahta dengan uang digenggaman. Uang, agama dan moralitas Mereka. 

Kapitalis Jijik tak berpikir seberapa besar pengorbanan Mereka untuk menggelembungkan saku kapitalnya. Ia mencuri diam diam dari kaum yang lemah. Buruh yang tertindas diperas lelah keringatnya. Nilai lebih yang seharusnya menjadi hak Mereka diambil secara sewenang wenang. Kapitalis Jijik menilai manusia bukan sebagai mahluk bermartabat tetapi  mesin produksi untuk menimbun pundi pundi Mereka. Manusia hanya layak hidup jika dan hanya jika mampu menghasilkan uang bagi perut Mereka.

Kapitalis Jijik, mari kencingi wajah Mereka. Wajah yang sudah kusam disiram aroma wewangian comberan yang pekat. Biar semerbak menebar, agar setiap orang meludah saat melintas dihadapannya. Kapitalis Jijik bukan manusia melainkan iblis bermuka dua. Kapitalis Jijik layak menerima hinaan karena jutaan manusia menderita akibat polah tingkahnya. Kapitalis Jijik bukan juru selamat, melainkan penindas penabur derita.

Kapitalis Jijik harus dibasmi. Nafsu Mereka yang merajalela harus dilawan dan diperangi. Mari berdiri dibarisan paling depan. Dengan tangan mengepal teriakan keadilan. Meninju ketimpangan agar terkapar. Menghantam dada sampai mati terpental, lalu di injak sekuat tenaga agar hancur serupa tanah. Kita pun tak perlu repot repot menguburnya.


Pulo Nangka, 4 April 2002


No comments:

Post a Comment