Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Tuesday, December 5, 2017

Estetika 5 : Intensi


Bentuk tradisional kritisisme-seni bersifat biografis dan sosiologis, dengan melibatkan penjelasan konsepsi-konsepsi-seniman dan sejarah-tradisi-tradisi di dalamnya seniman tersebut berkarya.

Tetapi di abad ke-20, sesuatu yang berbeda, bentuk yang lebih ilmiah dan a-historis dari kritisisme-sastra tumbuh di Amerika Serikat dan Inggris yang disebut kritisisme-baru.

Seperti para strukturalis-Rusia dan strukturalis-Prancis pada periode yang sama, kritisisme-baru menganggap apa yang dapat dikumpulkan-dan-dipelajari dari karya-seni, semata hanya yang relevan dengan penilaian-penilaian-nya, namun posisi-spesifik mereka menerima pembelaan melalui banyak-pembahasan-filosofis oleh William Wimsatt dan Monroe Beardsley pada tahun 1946. Beardsley melihat posisi-itu sebagai perluasan sudut-pandang-estetika (The Aesthetic Point of View). Wimsatt adalah seorang kritikus-praktisi yang secara pribadi terlibat dalam barisan yang mendukung pendekatan-kritisisme-baru. Dalam esai mereka 'Kekeliruan Intensi/Maksud (The Intentional Fallacy)', Wimsatt dan Beardsley berpendapat :

" Rancangan atau intensi/maksud dari seniman adalah tidak-ada atau tidak-dikehendaki sebagai standar untuk menilai keberhasilan sebuah karya-seni-sastra."

Menurut mereka, intensi/maksud itu tidak-selalu-ada karena intensi/maksud-seniman seringkali sulit untuk diperoleh/diketahui, namun dalam beberapa kasus, intensi/maksud itu ada-dengan-tidak-memadai, kecuali ada/ditemukan bukti-bukti-internal dalam karya-seni yang telah selesai dikerjakan. Wimsatt dan Beardsley sepakat mengijinkan bentuk-bentuk-bukti semacam itu untuk menunjukan adanya intensi/maksud-seorang-penulis, namun tidak mengijinkan hal-eksternal selain teks yang ada di dalam karya-itu.

Perdebatan tentang intensi/maksud-dalam-seni-sastra ini telah berkecamuk dengan penuh-kekuatan hingga akhir-akhir ini.

Seorang pendukung kontemporer Wimsatt dan Beardsley, E.D. Hirsch, terus mempertahankan sudut pandang adanya-intensi/maksud-dalam-karya-seni (intentionalis). Melawan pendapat dia adalah Steven Knapp dan Walter Benn Michaels yang mengambil posisi-a-historis. Frank Cioffi, salah satu penulis-orisinil yang menulis sebuah balasan-bertenaga kepada Wimsatt dan Beardsley, meletakkan dirinya pada posisi-netral diantara kedua-kubu, ia meyakini hal yang lain yaitu pembacaan-terbaik (best-read) kadang-kadang hanya kadang-kadang dapat menangkap adanya-intensi/maksud-dalam-karya-seni, kecuali sang-seniman secara sadar/sengaja memang menuangkan intensi/maksud dalam karya-nya. Salah satu alasan dia menolak adanya-intensi/maksud-dalam-karya-seni pada waktu itu, adalah karena dia yakin seniman itu mungkin tidak-sadar-sepenuhnya akan pentingnya arti karya-seni.

Perdebatan serupa muncul dalam bentuk-seni-lain selain sastra, misalnya arsitektur, teater, dan musik, walaupun telah menyebabkan komentar yang kurang-profesional dalam seni-ini, itu terjadi lebih pada tingkatan-praktis dalam terma-terma argumen antara puritan dan modernis.

Puritan ingin mempertahankan orientasi-historis pada bentuk-bentuk-seni-ini, sementara para modernis ingin membuat sesuatu yang lebih mampu melayani penggunaan masa-sekarang (manfaat sesuai perkembangan jaman).

Perdebatan juga memiliki aspek yang lebih praktis dalam kaitan-nya dengan seni-visual. Karena itu memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang menurunkan-nilai dari karya-seni-palsu dan pemalsuan-karya-seni, dan sebaliknya menempatkan nilai-istimewa pada orisinalitas.

Ada sejumlah penipuan yang dapat dicatat dilakukan secara tidak-bermoral oleh para pemalsu-karya-seni dan rekan-rekan mereka. Pertanyaannya adalah : jika tampilan-permukaan-nyaris-sama, apa nilai-utama yang ada di objek-pertama (karya-asli) ?

Nelson Goodman cenderung berpikir bahwa seseorang selalu dapat-menemukan-perbedaan-yang-cukup dengan melihat-secara-dekat-tampilan-visual-nya. Tetapi bahkan jika seseorang tidak bisa menemukan-nya, tetap ada-sejarah-berbeda dalam karya-asli dan salinan-nya, dan juga ada-intensi/maksud-yang-berbeda di belakang karya-karya-itu.

Relevansi dari intensi/maksud-semacam-itu-dalam-karya-seni seperti pada seni-visual telah memasuki diskusi-filosofis dengan sangat menonjol.

Arthur Danto, dalam pembahasan-nya tahun 1964 tentang Dunia-Seni (The Artworld) memusatkan perhatian pada pertanyaan bagaimana atmosfir-teori dapat mengubah cara kita melihat karya-seni.

Keadaan ini telah menjadi-nyata dengan adanya dua-lukisan terkenal yang terlihat-sama, seperti yang dijelaskan oleh Timotius Binkley, berjudul "Mona Lisa" karya Leonardo D.V. dan Duchamp membuat lelucon tentang hal itu, yang disebut "L.H.O.O.Q. Shaved".

Kedua-karya itu terlihat seolah-olah sama, tetapi Duchamp, yang perlu diketahui adalah pembuat lukisan-karya-ketiga "L.H.O.O.Q", yang juga merupakan reproduksi dari lukisan "Mona Lisa" dengan tambahan beberapa grafiti di atasnya yaitu jenggot-dan-kumis.

Dia menyinggung dalam karya-itu kemungkinan bahwa seseorang yang dilukis pada lukisan "Mona Lisa" adalah seorang pria-muda, Duchamp memberikan/menambahkan cerita tentang homoseksualitas-Leonardo D.V. pada lukisan-nya

Dengan grafiti-jenggot-dan-kumis tersebut dihapus, karya-lukis yang secara keseluruhan serupa terlihat tetap berbeda, karena judul yang diberikan Duchamp dan sejarah-produksi-nya, mengubah apa yang kita pikirkan tentang karya-nya.


Sumber :
http://www.iep.utm.edu/aestheti/#H5
Pemahaman Pribadi



No comments:

Post a Comment