Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Tuesday, June 23, 2020

Filsafat Analitik 4b : W. V. Quine


Willard Van Orman Quine adalah filsuf Amerika pertama diantara filsuf-filsuf lain yang sangat penting dalam tradisi analitik.

Meski pandangan-pandangannya memberi pengaruh terbesar hanya selama masa filsafat-bahasa datang dan berakhir, adalah mudah dan relevan untuk mengangkat pandangan-pandangan itu berlawanan dengan logika-positivisme.

Suatu bagian penting dari program logika-positivisme adalah upaya untuk menganalisis atau mereduksi pernyataan-pernyataan pengetahuan-ilmiah kedalam protokol-pernyataan ( sistem-aturan / prosedur-formal membuat pernyataan ) yang terkait dengan pengamatan-pengamatan empiris.

Proyek pereduksian ini diangkat oleh beberapa anggota Lingkaran-Vienna, tetapi tak seorangpun mengangkat cukup jauh seperti yang dilakukan oleh Rudolph Carnap, dalam karyanya The Logical Structure of the World ( 1928 ) dan dalam karya-karya selanjutnya.

Persoalan dasar bagi proyek-reduksi adalah banyak konsep-konsep dan pendapat-pendapat pengetahuan-ilmiah yang penting tampak melampaui apa-yang-dapat-dibuktikan secara empiris.

Menyatakan pendapat bahwa matahari akan terbit esok hari adalah sebuah pendapat yang melampaui pengamatan-pengamatan hari ini.

Pendapat-pendapat tentang entitas-teoritis seperti atom-atom misalnya juga memberi persoalan yang jelas mengenai melampaui batas-batas apa-yang-dapat-dibuktikan melalui pengamatan-pengamatan yang spesifik, namun secara esensial pernyataan-pernyataan hukum pengetahuan-ilmiah juga bergerak menuju kepada persoalan yang sama.

Empirisme beranggapan, apa yang diperlukan untuk meletakan pendapat-pendapat pengetahuan-ilmiah pada suatu dasar epistemik yang kokoh-dan-aman adalah untuk membuang jurang-pemisah antara pengamatan dan teori tanpa lebih jauh memasukan entitas atau pandangan yang tidak bisa diverifikasi secara empiris.

Inilah tujuan dari proyek-reduksi. Dengan menunjukan bahwa setiap pendapat yang tampaknya tidak-bisa-dibuktikan dalam pengetahuan-ilmiah dapat dianalisis kedalam suatu unit-unit pengamatan yang lebih-kecil terhadap kalimat-kalimat, logika-positivisme berharap untuk menunjukan bahwa jurang-pemisah antara pengamatan dan teori sesungguhnya tidak-ada.

Disamping adanya pengertian ( terma-terma ) yang sangat dekat dengan Carnap dan dengan anggota lain Lingkaran Vienna ( yang dikunjunginya pada awal 1930 an ) dan disamping didedikasikan ---memang begitulah adanya---- kepada saintisme dan empirisme. Quine berpendapat bahwa proyek-reduksi tidak memilki harapan.

" Empirisme Modern ", dia berpendapat :

" telah dikondisikan dalam kelompok-besar oleh dua dogma. Salah satu kelompok merupakan sebuah keyakinan kepada suatu pembelahan mendasar antara kebenaran-kebenaran yang analitik atau didasarkan pada makna-makna yang terlepas dari persoalan fakta dan kebenaran-kebenaran yang sintetik atau didasarkan pada fakta. Dogma yang lain adalah reduksionisme yaitu keyakinan bahwa setiap pernyataan yang penuh-makna adalah ekivalen dengan suatu konstruksi-logis diatas pengertian ( terma-terma ) yang mengacu pada pengalaman-langsung. " ( Quine 1951, 20 ).

 " Kedua dogma itu ", kata Quine, " adalah dasar yang tidak-sehat. "

Dogma pertama yang menjadi pusat perhatian Quine adalah keharusan membuat suatu perbedaan penting antara pendapat-pendapat analitik dan sintetik.

Secara tradisional, paham tentang kebenaran-analitik, kebenaran-a-priori, dan kebenaran-yang-pasti saling terkait sangat erat satu sama lain, membentuk suatu jejaring konseptual yang berdiri tegak melawan jejaring yang ----secara umum---- bertentangan dengan kebenaran-kebenaran a-postteriori, kontingen dan sintetik.

Masing-masing kategori ini akan dijelaskan secara singkat sebelum menunjukan kritik Quine terhadap 'dogma' ini ( untuk pembahasan yang lebih luas lihat artikel A-Priori dan A-Posteriori ).

Suatu kebenaran-a-priori adalah sebuah proposisi yang dapat diketahui sebagai kebenaran melalui intuisi atau akal-murni, tanpa melakukan pengamatan-pengamatan empiris.

Sebagai contoh, baik kebenaran-matematika seperti 2+2=4, atau kebenaran-logika seperti jika ( (a=b) dan (b=c) ) maka (a=c), atau kebenaran-semantik seperti ' Semua bujangan adalah lelaki yang tidak menikah ', tidak bergantung pada perwujudan realitas apapun yang merujuk suatu kondisi dunia yang membuat proposisi benar atau diketahui ( benar atau salah ).

Kebenaran-a-posteriori, disisi lain adalah kebenaran-kebenaran yang didasarkan pada atau-paling-tidak diketahui hanya melalui pengalaman, termasuk kebenaran duniawi-biasa ( keseharian ) seperti ' Seekor kucing ada di atas tikar. ' dan kebenaran pengetahuan-ilmiah seperti ' Benda jatuh bebas pada percepatan 9,8 m/s2. '

Banyak ( jika tidak-semua ) kebenaran-a-priori tampak pasti ----yaitu tidak-dapat-ada kemungkinan-lain yang berlawanan.

Disisi lain, banyak ( jika tidak-semua ) kebenaran-a-posteriori tampak kontingen ----yaitu ada-kemungkinan-lain yang berlawanan seperti ' Kucing itu mungkin tidak di atas tikar. ' dan bagi kita yang tahu, perubahan kecepatan pada benda yang jatuh bebas mungkin berbeda dengan yang sekarang diketahui.

Pada akhirnya, sifat kepastian dan ke-a-priori-an pada kebenaran-kebenaran semacam itu tampak dikaitkan kepadanya secara analitik.

Sebuah proposisi adalah benar secara analitik jika setiap makna pada masing-masing istilah yang menyusunnya adalah benar.
Sebagai contoh, ' Semua bujangan adalah lelaki. ' secara analitik adalah benar, karena istilah 'lelaki' dihubungkan dengan istilah 'bujangan' dikarenakan makna masing-masing istilah itu ----sebuah fakta yang diketahui dengan menganalisis istilah 'bujangan' sehingga melihat bahwa istilah-itu berarti ' seorang lelaki yang tidak-menikah. '

Sementara disisi  lain, ' Semua bujangan telah meninggalkan ruangan. ' secara analitik adalah tidak-benar.

Itu disebut suatu proposisi atau kebenaran-sintetik, karena melibatkan istilah-istilah atau konsep-konsep yang tidak terhubung secara analitik oleh makna individual mereka, tetapi hanya sejauh ketika mereka disintesiskan ( digabungkan-bersama ) dalam proposisi itu sendiri.

Kebenaran-kebenaran seperti itu biasanya dan mungkin-selalu, a-posteriori dan kontingen.

Secara historis, para filsuf cenderung untuk berusaha menjelaskan sifat kepastian, ke-a-priori-an dan ke-analitik-kan dengan melekatkan pada objek-objek abstrak seperti 'forma-forma' yang dikemukakan Plato atau 'esensi-esensi' dari Aristoteles.

Entitas-entitas seperti itu diduga melampaui ranah waktu, ruang dan/atau nalar dan oleh karena itu melampaui ranah 'alam' seperti yang didefinisikan oleh pengetahuan-ilmiah ----setidaknya ini dipahami oleh pengetahuan-ilmiah naturalisme pada akhir abad 19 dan awal abad 20.

Sebagai konsekuensinya, para pengabdi ilmu-pengetahuan naturalisme membutuhkan penjelasan alternatif mengenai sifat kepastian, ke-a-priori-an dan ke-analitik-kan. Dan disinilah filsafat-analitik dalam pengertian titik-balik-perubahan kearah filsafat-bahasa tampak menawarkan suatu cara yang mengarah ke sana.

Demi alasan-alasan yang jelas, dan seperti petunjuk kutipan dari Quine di atas, kebenaran-analitik secara tradisional telah dikarekterisasikan sebagai " kebenaran oleh-sebab makna "

Meski secara historis, 'makna' dituangkan dalam beberapa cara berbeda : dalam pengertian abstrak, entitas-ideal ( Plato, Aristoteles, Husserl ) dan dalam pengertian konsep ( Locke, Hume ) dan dalam pengertian bahasa ( ditafsirkan sebagai sebuah sistem-simbol yang kongkret dan dapat dimengerti dengan penggunaan yang disetujui melalui kesepakatan).

Dalam konteks filsafat-analitik sebagai titik-balik-perubahan kearah filsafat-bahasa, semuanya menjadi mudah dengan mengambil pendekatan-yang-terakhir ( dalam pengertian bahasa ), dan oleh karena itu memperlakukan ke-analitik-kan sebagai turunan dari suatu fenomen-bahasa seperti ke-sinonim-man dan sifat-dapat-saling-menggantikan pada istilah-istilah.

Pandangan semacam itu sangat mudah diterima oleh kecenderungan-kecenderungan ilmiah, alamiah, dan empiris dari banyak para analis awal dan khususnya oleh penganut logika-positivisme.

Dengan asumsi-asumsi bahwa secara mendasar makna adalah sifat-bahasa dan bahwa bahasa adalah suatu kesepakatan sistem-simbol didalamnya simbol-simbol diberi-tanda dengan makna-makna oleh suatu otoritas, seseorang dapat menjelaskan ke-sinonim-man tanpa mengacu kepada apapun melampaui ranah waktu, ruang dan nalar.

Jika seseorang kemudian dapat menjelaskan sifat ke-analitik-kan dalam pengertian ke-sinonim-man dan menjelaskan sifat kepastian serta ke-a-priori-an keduanya dalam pengertian ke-analitik-kan, maka seseorang kemudian akan memiliki teori tentang kebenaran-analitik, kebenaran-yang-pasti dan kebenaran-a-priori yang konsisten dengan pengetahuan-ilmiah naturalisme.

Mengingat komitmen Quine sendiri pada ilmu-pengetahuan naturalisme, seseorang mungkin mengharapnya untuk bergabung dalam logika-positivisme dan yang lainnya berharap Quine menerima dan mendukung model-ini dan kemudian berjuang keras mengejar suatu versi yang dapat diterapkan terhadapnya.

Namun, Quine mengajukan suatu solusi yang lebih radikal terhadap persoalan sifat kepastian, ke-a-priori-an dan ke-analitik-kan pada pengetahuan-ilmiah naturalisme. Dengan menyebut salah satunya adalah, dia mengajukan pendapat untuk menolak perbedaan antara analitik dan sintetik, a-priori dan a-posteriori, serta kepastian dan kontingen.

Dia mulai melemahkan paham yang berpendapat relasi-relasi ke-sinonim-man adalah ditetapkan oleh suatu otoritas atau 'definisi-stipulatif ' ( pemberian makna / definisi baru yang ditetapkan dalam konteks tertentu )

Dalam pandangan secara alamiah (  naturalistik ) terhadap bahasa dan makna, semua-makna dan relasi-relasi ke-sinonim--man menjadi harus dan sudah ditetapkan oleh sejumlah orang atau masyarakat yang membuat definisi-stipulatif dalam konteks ruang dan waktu tertentu.

Sebagai contoh, entah-siapa telah mengatakan / menetapkan, pada titik tertentu dalam sejarah, " mulai sekarang dan seterusnya simbol 'bujangan' harus dapat saling menggantikan dengan 'lelaki-yang-tidak-menikah'. "

Meski demikian, Quine bertanya secara retoris, " Lalu, siapa yang menentukan itu, atau kapan ? " (Quine 1951,24).
Intinya adalah kita tidak mempunyai bukti tentang penetapan definisi-stipulatif itu pernah terjadi.

Sehingga, pada akhirnya penjelasan  secara alamiah ( naturalistik ) tentang makna / ke-sinonim-man adalah sebuah teori yang tidak-dapat-dibuktikan secara empiris, sebuah jenis yang ingin dihindari oleh para positivis.

Bahkan, bukti empiris apapun yang kita miliki mengajukan pendapat bahwa teori-naturalistik tampak salah, seperti Quine melihatnya, " Definisi -----kecuali pada persoalan ekstrim dalam pengantar kesepakatan secara eksplisit terhadap notasi-baru---- bergantung pada relasi-relasi ke-sinonim-man sebelumnya. " (Quine, 1951, 27).

Dalam persoalan dimana definisi-stipulatif terjadi / muncul yaitu ketika seseorang membuat suatu definisi-stipulatif ----seperti dalam sebuah kamus, sebagai contoh---- Quine menjelaskan bahwa, hal itu jauh dari pengertian menetapkan ke-sinonim-man, karena 'stipulator' yang-menetapkan-definisi hanya memberi gambaran atau menggunakan relasi-relasi ke-sinonim-man yang sudah ada dalam bahasa.

Setelah melakukan eksplorasi beberapa jenis kasus didalamnya definisi-stipulatif tampak menetapkan relasi-relasi ke-sinonim-man, dia menyimpulkan bahwa semuanya kecuali satu ----tindakan banal menciptakan singkatan-baru---- bersandar pada relasi-relasi ke-sinonim-man yang sudah ada sebelumnya.

Hasil akhirnya adalah bahwa definisi-stipulatif tidak mampu menjelaskan kasus yang luas didalamnya ke-sinonim-man terjadi dan oleh karenanya definisi-stipulatif tidak bisa menjadi dasar-umum baik bagi ke-sinonim-man atau ke-analitik-kan

Sehingga dengan landasannya yang dilemahkan pandangan-alamiah ( naturalistik ) tentang sifat ke-analitik-kan, kepastian dan ke-a-priori-an runtuh.

Namun demikian, Quine tidak melakukan penolakan terhadap penjelasan teori-naturalistik tentang ketidak-mampuannya untuk menjelaskan fenomena ini, Quine justru menolak pemahaman bahwa teori-naturalistik harus menjelaskan perbedaan antara analitik dan sintetik, a-priori dan a-posteriori, kepastian dan kontingen berdasar pendapat bahwa masing-masing kategori itu adalah kategori-palsu.

Tentu saja, pada pandangan pertama tampak ada suatu perbedaan antara analitik dan sintetik, a-priori dan a-posteriori, dan kepastian dan kontingen. Namun, ketika kita berupaya untuk memperoleh pemahaman lebih dalam terhadap fenomena ini dengan mendefinisikannya, kita tidak dapat melakukan.

Quine mengeksplorasi beberapa cara lain yang berbeda bagaimana menentukan sifat ke-analitik-kan untuk melengkapi ke-sinonim-man dan definisi-stipulatif, kesimpulan akhirnya semua itu tidak berhasil.

Sebaliknya, sifat ke-analtik-kan, kepastian, ke-sinonim-man dan konsep-konsep yang terkait tampak saling memberi kontribusi makna / definisi satu sama lain melalui cara yang dinyatakan Quine dengan " tidak melingkar datar, tetapi sesuatu semacam itu. Dalam ungkapan secara figuratif, memiliki bentuk kurva tertutup dalam ruangan. " (Quine 1951,29)

Karena tak-ada satupun diantaranya dapat didefinisikan tanpa melibatkan satu sama lain, tak-ada satupun dapat dihilangkan dengan mereduksi satu kedalam yang lainnya.

Daripada menarik kesimpulan bahwa ke-analitik-kan, kepastian dan ke-a-priori-an dan lain sebagainya adalah fenomena-primitif, Quine justru membawa sifat tidak-dapat-didefinisikan mereka untuk menunjukan tidak-ada perbedaan-murni yang dapat ditarik antara semua sifat-itu dengan lawan-lawan tradisionalnya.

Ini membawa kita kepada dogma kedua. Ketika Quine mengkritisi 'reduksionisme', secara prinsip, dalam pikirannya terdapat kecenderungan logika para-positivis untuk mengejar proyek-reduksi seolah-olah setiap-pernyataan dan apapun-pernyataan pengetahuan-ilmiah,  ditinjau dalam isolasi, dapat direduksi menjadi / dianalisa ke dalam unit-unit-kecil-pernyataan yang dapat diamati dan dikaitkan dengannya sedemikian rupa sehingga masing-masing unit dijelaskan secara unik sebagai verifikasi-dan-makna pernyataan itu.

Sebaliknya terhadap konsepsi yang bersifat 'atomistik', 'isolasi' atau 'lokal' dalam analisis verifikasi / reduktif ini, Quine berpendapat bahwa pernyataan pengetahuan-ilmiah memiliki kekuatan-prediktif dan oleh karenanya dapat ----dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya dan begitu juga dengan makna----, hanya sebagai bagian dari jejaring-besar pernyataan-pernyataan yang secara bersama membentuk teori-teori yang sulit-dijangkau yang dapat disebut 'pandangan-dunia'.

Dengan alasan ini, seseorang tidak pernah membuktikan kebenaran atau kesalahan sebuah pernyataan pengetahuan-ilmiah yang ter-isolasi. Sebaliknya pembuktian kebenaran atau kesalahan ( verfikasi atau falsifikasi ) ----dan juga makna---- adalah bersifat 'holistik'.

Pengamatan-pengamatan ( dan pengamatan pada kalimat-kalimat ) yang tampak membuktikan kebenaran sebuah unit-kecil-pernyataan tersendiri sesungguhnya memberi kontribusi parsial kepada verifikasi total-jaringan-teori secara keseluruhan dimana bagian-itu ada didalamnya.

Seperti bahasa menyarankan disini, dipandang secara holistik, verifikasi tidak pernah absolut. Disana tidak terdapat sejumlah pengamatan yang dapat dikelola, yang akan membuktikan kebenaran sebuah teori sebagai totalitas atau membuktikan sebuah unsur-konstitutif pernyataan apapun untuk semuanya.

Dengan tanda yang sama, pengamatan-pengamatan ( dan pengamatan pada kalimat-kalimat ) yang  tampak membuktikan kesalahan satu-unit-pernyataan tersendiri tidak membuktikan kesalahan teori secara totalitas dimana bagian-itu ada didalamnya.

Sebaliknya, pengamatan-pengamatan seperti itu hanya menuntut sejumlah penyesuaian yang perlu dilakukan pada teori itu. Mungkin salah-satu pernyataan konstituif-nya harus ditolak, tetapi tidak selalu satu-pernyataan yang pada awalnya tampak dapat dibuktikan kesalahannya. Menurut pandangan Quine, pernyataan-konstitutif apapun dapat diselamatkan dengan membuat penyesuaian dimana saja dalam jejaring-teori.

Pandangan holistik terhadap makna-dan-verfikasi ini menekankan kembali penolakan Quine terhadap perbedaan analitik / sintetik dan yang sejenisnya.

Holisme dalam ranah ini berimplikasi bahwa tidak-ada pernyataan dalam teori-teori yang imun dari revisi atau penolakan dalam sorotan bukti-bukti yang dapat diamati.

Ini berarti bahwa bahkan pernyataan-pernyataan yang secara tradisional dipikirkan merupakan kepastian dan atau analitik, seperti pernyataan pada matematika dan logika, dapat direvisi atau ditolak guna mempertahankan pernyataan-lain yang terikat lebih dalam kepadanya.

Serangan Quine kepada perbedaan analitik/sintetik tidak hanya mengikis dasar proyek-reduksi para positivis, tetapi juga praktek-umum analisis yang sejak dari awalnya telah dipahami untuk melibatkan transformasi kalimat kedalam kalimat lain yang secara semantik ekivalen ( sinonim ) tetapi secara gramatikal berbeda

Pada saat yang sama, holisme Quine tentang makna pada pernyataan pengetahuan-ilmiah dan verifikasinya digeneralisir menjadi suatu teori tentang makna-holisme yang diterapkan kepada semua pernyataan yang penuh-makna apapun pernyataan itu.

Namun demikian, mengikuti praktek dari Moore, metode analitik biasa diterapkan kepada pernyataan dalam isolasi, terpisah dari pertimbangan / tinjauan hubungan mereka dengan pernyataan lain yang bersama-sama mungkin menyusun suatu 'pandangan-dunia' filosofis.

Makna holisme Quinean mengikis dasar aspek analisis ini sama besar seperti yang dilakukannya pada pandangan isolasionis verifikasi dari logika-positivisme



Sumber:
https://www.iep.utm.edu/analytic/#SH3b
Pemahaman Pribadi



No comments:

Post a Comment