Hal penting yang membedakan saya dengan sebongkah berlian adalah saya memiliki pikiran. Lalu, ada apa pada pikiran saya ?
Sebagai orang yang berpikir, berarti saya dapat memiliki pengalaman. Misal, saya dapat menikmati rasa jus alpukat dan menghirup aroma parfum. Saya juga bisa membuat keputusan, misalnya saya memutuskan untuk pergi dengan mengayuh sepeda dari pada naik ojek atau kendaraan umum. Sebagai orang yang berpikir, saya juga dapat merasakan sensasi, seperti sedih, gembira, kesakitan, perih, pegel dan lain sebagainya. Saya juga mampu menyusun sesuatu, seperti menjawab pertanyaan teka-teki silang. Saya juga dapat mengingat sesuatu, merasakan emosi dan memiliki keyakinan seperti saya yakin bahwa hujan akan segera turun.
Sementara itu, sebongkah berlian tidak dapat melakukan hal-hal yang dapat saya lakukan seperti di atas.
Pikiran Kelelawar
Bukan hanya manusia yang memiliki pikiran, hewan juga memiliki pikiran, kelelawar misalnya. Kelelawar tampak memiliki pikiran, meskipun berbeda dengan kita.
Kelelawar memiliki alat yang disebut echolocation (ekolokasi) yang digunakan untuk mengenal jalan yang dilaluinya. Kelelawar mengeluarkan suara yang sangat halus. Karena halusnya, suara itu tak dapat didengar oleh manusia.
Suara yang dikeluarkan tersebut akan memantul pada benda-benda yang ada disekitarnya dan menimbulkan gema. Kelelawar memiliki pendengaran yang sangat peka dan mampu menangkap gema yang memantul itu. Tekanan suara gema dan petunjuk sumber datangnya gema, pada waktu bersamaan tertangkap oleh kelelawar, sehingga memungkinkan kelelawar mengetahui benda apa yang ada di sekitarnya.
Dengan menggunakan fasilitas ekolokasi, kelelawar mampu 'melihat' walaupun dalam keadaan gelap gulita. Itulah sebabnya, kelelawar mampu terbang di malam hari tanpa menabrak apapun.
Kita kagum terhadap apa yang terjadi pada pikiran kelelawar. Bagaimana dunia sekitar dapat 'dibaca' kelelawar dengan menggunakan alat ekolokasi-nya ? Pengalaman kelelawar tentu sesuatu yang sangat aneh. Kelihatannya, pengalaman itu sangat berbeda dengan apa yang kita alami.
Otak
Sekarang kita mengetahui, hal yang berkaitan dengan pikiran manusia adalah sesuatu yang disebut otak. Saya tidak hanya memiliki pikiran, saya juga memiliki otak. Otak saya berbentuk dan bersifat agak lengket, organ berwarna abu-abu yang ada di dalam kepala saya, terletak di antara dua telinga saya.
Atom dan Molekul
Otak tentu adalah sebuah benda fisik, ia adalah bagian benda fisik di alam semesta ini. Seperti benda fisik yang lain, otak saya juga terdiri dari unsur-unsur fisik. Unsur fisik terdiri dari partikel-partikel kecil yang disebut Atom. Atom-Atom ini membentuk apa yang disebut Molekul. Setiap benda fisik, termasuk otak saya, kacang, kertas, meja, bahkan planet bumi tersusun dari Atom-Atom dan Molekul.
Sel
Setiap benda hidup terdiri dari bagian-bagian kecil yang disebut Sel. Sel juga tersusun dari atom-atom dan molekul. Sebagian besar unsur Sel adalah air, molekul H2O yang tersusun dari 2 atom H dan 1 atom O. Tubuh saya terdiri dari jutaan Sel. Sel-Sel yang membentuk otak dan sistem saraf saya disebut Neuron. Ada berjuta-juta Neuron di dalam otak saya. Jumlah Neuron itu dapat diibaratkan dengan banyaknya bintang-bintang di galaksi kita.
Pikiran Dan Otak Saling Berinteraksi
Apa yang dilakukan oleh otak ?
Dahulu, sejumlah pemikir Yunani kuno mengatakan bahwa otak adalah sebuah organ sederhana yang berfungsi untuk mendinginkan darah jadi seperti sebuah radiator pada mesin mobil.
Dahulu, sejumlah pemikir Yunani kuno mengatakan bahwa otak adalah sebuah organ sederhana yang berfungsi untuk mendinginkan darah jadi seperti sebuah radiator pada mesin mobil.
Namun sekarang ini, kita mengetahui pandangan yang berbeda tentang otak. Kita tahu bahwa otak berhubungan dengan pikiran. Kita tahu bahwa apa yang terjadi pada otak akan memberi pengaruh pada pikiran kita. Sebaliknya, yang terjadi pada pikiran akan memberi pengaruh pada otak kita.
Banyak obat bius menunjukan bahwa apa yang terjadi pada otak akan memberi pengaruh pada pikiran. Sebagai contoh, untuk mengubah apa yang ada pada otak saya, saya menelan obat penghilang rasa sakit, maka rasa sakit itu akan hilang.
Para ilmuwan juga telah menemukan bahwa dengan memberikan stimulasi secara langsung pada otak, maka akan memberikan pengalaman tertentu pada pikiran, seperti pengalaman visual. Sebagai contoh, para ilmuwan itu telah menemukan bahwa dengan mengalirkan listrik pada daerah tertentu pada otak, maka mereka dapat membuat seseorang mengalami adanya kilatan cahaya.
Jadi, tidak diragukan lagi bahwa apa yang terjadi pada otak akan mempengaruhi pikiran dan sebaliknya, apa yang terjadi pada pikiran akan mempengaruhi otak.
Sebagai contoh, sorang ilmuwan akan menjelaskan pada anda bahwa ketika anda akan membuka halaman buku, ini berarti ada sesuatu yang terjadi pada otak anda. Otak anda mengirimkan aliran listrik ke otot lengan anda. Aliran tersebut kemudian menyebabkan tangan anda bergerak sehingga membuka halaman buku itu. Pergerakan tangan anda disebabkan oleh sesuatu yang terjadi pada otak anda.
Dengan demikian, para ilmuwan telah memperlihatkan bahwa otak dan pikiran saling terhubungkan. Saat ini, banyak yang terjadi pada otak masih merupakan misteri yang sangat kompleks. Otak selalu disibukkan oleh zat-zat kimia dan getaran listrik.
Pikiran Adalah Sebuah Tempat Rahasia
Kekhususan pikiran adalah ia berada pada tempat yang sangat tersembunyi. Andaikan saya mengambil sesuatu yang berwarna pink misalnya crayon. Tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui pikiran saya dan memiliki pengalaman tentang warna pink tersebut kecuali saya sendiri. Hanya saya yang dapat merasakan apa yang saya alami.
Tentu saja, mungkin ada orang yang memiliki pengalaman seperti pengalaman saya. Jika anda melihat crayon saya, tidak diragukan lagi bahwa andapun akan melihat adanya warna pink. Namun pengalaman anda, ya milik anda dan pengalaman saya, ya milik saya.
Dengan kata lain, seakan-akan pikiran saya dikelilingi oleh tembok tinggi yang sangat kuat, tembok tertutup yang menghalangi orang lain untuk masuk ke dalamnya. Semua pengalaman, pemikiran, perasaaan dan seterusnya yang saya miliki terkunci rapat di balik tembok tersebut. Pikiran saya mirip dengan sebuah kebun rahasia, suatu tempat yang tersembunyi, yang hanya dapat dijelajahi oleh saya sendiri.
Bagian dalam pikiran saya tersembunyi dari orang lain, termasuk tersembunyi dari otak saya sendiri. Ahli bedah otak dapat melihat otak saya melalui sinar X. Mereka bahkan dapat membedah batok kepala saya dan melihat apa yang terjadi pada otak saya. Namun, mereka tetap tidak akan bisa melihat apa yang terjadi pada pikiran saya. Jika mereka melihat apa yang terjadi pada otak saya sekarang, mereka tidak akan menemukan pengalaman saya tentang warna crayon itu. Mereka tidak akan menemukan pengalaman saya mengenai warna pink. Mereka hanya bisa menemukan sebongkah benda lengket berwarna abu-abu.
Hal yang sama juga berlaku pada pikiran kelelawar. Sangat mustahil bagi kita untuk mengetahui apa yang terjadi pada pikiran kelelawar. Walaupun kita bisa mengetahui bagaimana keadaan fisik otak kelelawar ketika ia melihat benda dengan bantuan alat ekolokasi-nya. Namun itu tidak akan memberikan informasi apa-apa kepada kita mengenai pengalaman kelelawar yang ada di dalam pikirannya. Kita tetap saja tidak akan tahu bagaimana pengalaman kelelawar terhadap dunia sekitarnya.
Pikiran Itu Apa ?
Benda apa ia ? Ia sadar, berpikir, menikmati pengalaman, merasakan bahagia, marah, emosi, harapan, rasa takut dapat membuat keputusan dan seterusnya. Ada dua jawaban untuk pertanyaan ini.
Jawaban pertama untuk pertanyaan itu adalah bahwa pikiran bagaimanapun juga adalah bagian dari dunia fisik. Mengapa pikiran dikatakan bagian dari dunia fisik ? Karena jelas, apa yang terjadi pada pikiran saya tergantung pada apa yang terjadi pada otak saya. Pemikiran, perasaan, emosi, dan sebagainya tidak lebih dari sebuah proses fisik yang terjadi pada otak saya. Boleh jadi pikiran itu sama dengan otak itu sendiri.
Jawaban kedua, mengatakan bahwa pikiran terpisah dari dunia fisik. Pikiran bisa saja berinteraksi dengan otak, namun ia bukan sesuatu yang sama dengan otak. Menurut jawaban kedua ini, pemikiran, perasaan, emosi, pengalaman dan sebagainya yang kita miliki adalah sesuatu yang ekstra, sesuatu yang menempel pada kumpulan aktivitas yang terjadi dalam otak.
Cerita Aisah Dan Kabul ( A dan K )
Aisah bertemu dengan Kabul. Kabul adalah seorang mahasiswa sains, Dia kuliah di sebuah Universitas. Pada suatu hari, Aisah dan Kabul memutuskan untuk minum kopi di kafe. Dan seperti yang akan dilihat mereka bersilang pendapat mengenai pikiran. Kabul menganggap bahwa pikiran adalah benda fisik, sementara Aisah merasa yakin bahwa pikiran adalah sesuatu yang ekstra, sesuatu yang terjadi di luar fisik.
K: Mmmm, saya butuh ini.
A: Saya juga. Saya suka kopi. Tolong ceritakan, materi apa yang kamu pelajari pagi ini ?
K: Pagi ini saya mengikuti perkuliahan Dr. Jones mengenai masalah otak.
Aisah lalu meminta Kabul menjelaskan apa yang dipelajari dari materi mengenai otak.
K: Pagi ini Dr. Jones menjelaskan bagaimana semua pengalaman kita tentang dunia disebabkan oleh adanya organ sensor yang kita miliki. Kulit, mata, hidung, telinga dan lidah yang mengirimkan getaran listrik ke otak.
A: Benarkah ? Coba jelaskan.
K: Ya. Sebagai contoh, hirup kopi ini. Ia akan terasa sedap, bukan ?
A: Ya, kopi ini luar biasa.
K: Sekarang, menurut Dr. Jones, pengalaman yang kamu miliki seperti menghirup kopi ini disebabkan oleh adanya semacam partikel dari kopi tersebut masuk ke dalam hidung kamu. Partikel tersebut lalu melakukan kontak dengan sel yang ada di hidung kamu. Sel tersebut kemudian mengirimkan getaran listrik masuk ke dalam otakmu. Hal itu menyebabkan terjadinya sesuatu pada otak kamu. Begitulah akhirnya kamu dapat memiliki pengalaman seperti yang kamu rasakan sekarang, bau yang sedap.
A: Sangat menarik !
K: Ya, tentu saja ! Menarik karena kamu dapat mengetahui bahwa semua pengalaman yang kamu rasakan hanyalah sebuah gerakan fisik yang terjadi pada otakmu.
A: Apa ? Tunggu sebentar ! Kamu mengatakan sesuatu yang menakjubkan !
Kabul terlihat kaget. Mengapa Aisah tiba-tiba saja tidak setuju dengan apa yang dikatakannya.
K: Ada apa ?
A: Dengar ! Saya tahu benar bahwa ketika saya mengalami hal ini, sesuatu terjadi pada otak saya.
K: Ya, benar.
A: Tapi kamu juga mengatakan bahwa pengalaman saya tersebut adalah sesuatu yang terjadi secara fisik dalam otak saya bukan ?
K: Tentu saja.
A: Baiklah, tapi saya tidak percaya hal itu. Sains bisa saja menunjukkan bahwa ketika kita mengalami sesuatu, maka ada sesuatu juga yang terjadi pada otak kita. Sebetulnya, jelas bahwa pikiran kita dan otak kita saling berinteraksi. Namun, hal itu tidak membuktikan bahwa pengalaman kita hanyalah sesuatu yang terjadi pada otak kita, bukan ?
Aisah memang benar dengan mengatakan bahwa walaupun para ilmuwan mengatakan bahwa apapun yang terjadi pada pikiran kita, maka sesuatu juga akan terjadi pada otak kita, hal itu tidak berarti bahwa apa yang terjadi pada pikiran kita sama dengan apa yang terjadi pada otak kita.
Lalu, adakah alasan Aisah sehingga mengatakan bahwa pengalamannya bukanlah sesuatu yang terjadi pada otaknya. Menurut Aisah, tentu saja ada.
A: Sebenarnya, menurut saya, jelas bahwa pengalaman saya bukan sesuatu yang terjadi pada otak saya.
K: Mengapa ?
A: Oke, hirup kopimu !
Aisah dan Kabul sama-sama meneguk kopinya.
A: Sekarang, seperti apa yang kamu rasakan ?
K: Maksudmu ?
A: Fokuskan perhatian pada perasaanmu. Pasti ada sesuatu yang kamu rasakan, bukan ? Sesuatu yang hanya kamu yang merasakannya, datang dari pikiranmu. Karena itu ceritakan kepadaku seperti apa itu ?
Kabul kembali meneguk kopinya.
K: Sulit untuk digambarkan. Sesuatu yang sangat nikmat. Sangat tajam dan menusuk rasanya.
A: Itu pula yang kurang lebih aku rasakan.
K: Lalu, apa yang akan kamu jelaskan padaku ?
A: Baik, jika sekarang kamu lihat otak saya yang sedang merasakan sesuatu. Kamu tidak akan menemukan sesuatu yang tajam dan menusuk, bukan ?
Jika kamu melihat ke dalam otak saya dan mengujinya, kamu hanya akan menemukan gumpalan benda liat berwarna abu-abu. Terserah seberapa dalam kamu observasi otak saya, tidak akan ada sesuatu yang tajam dan menusuk di dalamnya, bukan ?
K: Saya kira ya.
A: Jika pengalaman saya adalah sesuatu yang tajam dan menusuk, tetapi tidak ada sesuatu yang tajam dan menusuk di otak saya, maka pengalaman saya tidak berada di otak saya, bukan ? Jadi, pengalaman bukan sesuatu yang bersifat fisik !
Apakah Kita Memiliki Jiwa ?
Kabul tentu tidak yakin dengan argumentasi Aisah. Dia tidak yakin bisa mengerti apa yang dimaksud Aisah sesungguhnya.
K: Saya tidak setuju. Kalau tidak berbentuk fisik, lalu pengalaman kamu itu apa ? Yakinlah, bahwa ia bersifat fisik. Di alam semesta ini hanya ada benda fisik.
Namun Aisah tetap berpikir bahwa mesti ada sesuatu di luar alam fisik ini.
A: Saya tidak setuju. Tidak ada alasan untuk mengatakan bersifat fisik untuk hal ini, hal mengenai sesuatu yang tajam dan menusuk yang saya rasakan. Tidak ada jalan lain untuk mengatakan bahwa ia adalah sesuatu yang sadar. Jadi, ketika saya benar-benar merasakan suatu pengalaman atau ketika saya sedang sadar, saya tidak dapat dianggap sebagai benda fisik, bukan ? Saya adalah sesuatu yang lain.
K: Lalu, sesuatu yang lain itu apa ?
A: Saya adalah jiwa !
Sekarang Kabul benar-benar bingung. Dia meminta penjelasan kepada Aisah, apa yang dimaksud jiwa.
A: Jiwa bukan bagian dari alam fisik. Alam fisik yang kalian para saintis kaji. Saya tidak sedang membicarakan benda fisik yang terdiri dari unsur-unsur fisik, seperti gunung, danau atau kacang tanah. Saya sedang membahas tentang suatu unsur yang sama sekali lain. Saya sedang membicarakan unsur yang non fisik. Unsur supranatural. Unsur jiwa.
K: Jadi, kamu percaya kalau diri kamu bukan bagian dari unsur fisik ? Kamu, benda yang memiliki pengalaman secara sadar, pemikiran, perasaan dan sebagainya adalah jiwa ?
A: Ya, benar.
K: Dan saya juga memiliki jiwa ?
A: Ya, kita sama-sama memiliki jiwa.
Bagaimana Jiwa Merasakan Penciuman ?
Mulai sekarang, sebutlah teori Aisah yang mengatakan bahwa kita semua memiliki jiwa dengan Teori Jiwa (Soul Theory).
Menurut Aisah, ia memiliki tubuh fisik, namun dirinya sendiri bukan sesuatu yang bersifat fisik. Ia, benda yang memiliki pengalaman secara sadar, berpikir dan merasakan adalah jiwa. Ini berarti, setelah tubuh fisiknya meninggal dan tidak ada lagi, Aisah masih hidup.
Menurut Teori Jiwa, bagaimana Aisah dapat merasakan sesuatu berkaitan dengan dunia fisik ? Bagaimana Aisah dapat merasakan penciuman terhadap bau kopi yang ada dihadapannya misalnya ?
Aisah sependapat dengan Kabul yang mengatakan bahwa ada semacam partikel datang dari kopi itu masuk hidungnya. Partikel-partikel tersebut kemudian menstimulasi sel-sel yang ada dalam hidung. Kemudian, sel-sel tersebut mengirimkan getaran listrik naik ke otak.
Namun menurut Aisah, Kabul salah jika mengatakan bahwa apa yang terjadi pada otak Aisah adalah pengalaman Aisah. Jiwa Aisah-lah yang memiliki pengalaman, bukan otak Aisah.
Lalu, bagaimana otak Aisah menjadikan jiwanya memiliki pengalaman ? Menurut Aisah, hal itu sama jika diumpamakan otaknya mempunyai alat transmisi kecil untuk mengirimkan pesan kepada jiwa. Demikianlah, otak dan jiwa saling berinteraksi sehingga jiwa Aisah dapat merasakan penciuman terhadap bau kopi.
Surga Dan Reinkarnasi
Banyak penganut agama yang mempercayai Teori Jiwa. Bahkan ada yang percaya bahwa setelah tubuh fisiknya meninggal, jiwa akan tetap hidup. Jiwanya naik ke surga.
Ada juga yang percaya adanya reinkarnasi, mereka percaya bahwa ketika meninggal, jiwanya akan memasuki tubuh fisik yang baru, boleh jadi bukan tubuh manusia, mereka akan lahir kembali dalam bentuk nyamuk atau siput misalnya.
Namun, walaupun banyak orang yang percaya terhadap Teori Jiwa, hal itu tidak berarti apa-apa. Bahkan, jika anda menerima Teori Jiwa, anda harus mengakui pendapat bahwa tidak hanya unsur fisik yang ada tetapi juga unsur supranatural, unsur jiwa, namun hal itu sama sekali tidak bisa diuji secara ilmiah bukan ?
Problem Teori Jiwa
Aisah berdiri dan beranjak ke sebuah meja. Di atas meja itu ada dua buah piring. Satu piring berisi kue dan piring lainnya berisi brownis coklat. Aisah mengambil brownis coklat. Lalu ia mengulurkan tangannya, meletakkan jari-jari tangannya pada brownis tersebut dan mengangkatnya. Kemudian Aisah duduk di samping Kabul kembali dan memakan brownisnya.
K: Jujurlah Aisah. Tidak ada yang namanya jiwa. Jiwa adalah sesuatu yang tidak dapat diuji secara ilmiah.
A: Mengapa ?
K: Perhatikan. Tubuhmu baru saja bergerak. Tanganmu diulurkan dan mengambil brownis.
A: Tentu saja.
K: Sekarang apa yang menyebabkan tanganmu bergerak ?
A: Baiklah, tanganku digerakan oleh otot yang ada pada lengan saya. Otot tersebut digerakkan oleh getaran listrik yang datang dari otak saya.
K: Ya, setuju. Itu pendapat para ilmuwan. Tanganmu dijadikan bergerak oleh sesuatu yang terjadi pada otakmu.
A: Ya.
K: Tetapi menurut kamu, mungkin jiwamu yang menyebabkan tanganmu bergerak ?
A: Memang demikian. Jiwa saya menggerakkan tangan saya melalui sesuatu yang digerakkan pada otak saya. Diumpamakan otak saya memiliki alat transmisi penerima pesan, ia menerima pesan dari jiwa saya. Jiwa saya membuat sesuatu terjadi pada otak saya. Sesuatu yang terjadi pada otak saya tersebut menyebabkan otot saya bergerak. Itulah prosesnya sehingga tangan saya bergerak mengambil brownis.
K: Jadi, apa yang terjadi pada otak kamu disebabkan oleh jiwamu ?
A: Ya, tentu saja.
K: Apa yang terjadi pada otak kamu tidak disebabkan oleh sesuatu yang bersifat fisik ?
A: Benar.
Kabul menganggap bahwa pada teori Aisah terdapat problem. Dia kembali meneguk kopinya dan menjelaskan problem tersebut.
K: Menurut saya, ada porblem pada teori kamu, Aisah. Otak adalah bagian dari alam fisik bukan ?
A: Tentu saja.
K: Baik, ilmuwan telah membuktikan bahwa yang terjadi pada alam fisik selalu ditentukan sebelumnya oleh bagaimana keadaan benda itu secara fisik.
A: Maksudmu ?
K: Dengar. Satu menit sebelum kamu mengambil brownis tersebut, kamu tidak membuat satu keputusan apakah akan mengambil kue atau brownis bukan ?
A: Ya, saya tidak berpikir akan mengambil brownis atau kue.
K: Benar. Jadi tampaknya para ilmuwan benar-benar mengetahui semuanya kalau ada sesuatu yang terjadi secara fisik pada kafe ini satu menit sebelum kamu mengambil brownis itu.
A: Mereka tahu semuanya ? Terhadap setiap gerakan atom dalam otak saya ?
K: Ya, tahu semuanya. Jika mereka memiliki semua informasi, maka sangat mungkin bagi mereka memahami bahwa tangan kamu akan diulurkan dan mengambil kue brownis ketika itu.
Kamu tahu apa yang terjadi pada otak kamu, gerakan tanganmu. Semua kejadian fisik ini ditentukan sebelumnya oleh bagaimana keadaan itu secara fisik. Sebagai contoh lain, fakta bahwa kedua tubuh kita berjalan ke kafe pagi ini ditentukan oleh bagaimana keadaan tubuh ini secara fisik pada dua menit yang lalu, bahkan sebelum kita memutuskan untuk datang ke kafe.
A: Lalu... ?
K: Dan selanjutnya, hal itu berarti bahwa tidak ada kemungkinan sesuatu yang non fisik seperti jiwa mempengaruhi apa yang terjadi pada tingkat fisik. Artinya, jiwa kamu tidak dapat memberikan pengaruh pada apa yang dilakukan oleh tubuhmu.
Aisah menggaruk kepalanya dan kelihatan penuh tanda tanya.
A: Mengapa tidak ?
K: Perhatikan penjelasanku ini. Andaikan kamu memutuskan tidak mengambil brownis, tetapi mengambil kue. Tanganmu pasti akan mengambil brownis dengan sendirinya. Ia akan mengambil brownis karena telah ditentukan oleh keadaan secara fisik sebelumnya.
A: Ahh saya mengerti. Kamu mengatakan bahwa kalau ia sebagai bagian dari alam fisik, maka semua yang terjadi disebabkan oleh bagaimana keadaan benda itu sebelumnya. Jadi, tidak ada tempat bagi benda non fisik yang dapat mempengaruhi terjadinya sesuatu. Jiwa saya tidak memberikan pengaruh apapun terhadap apa yang dilakukan oleh tangan saya.
K: Benar. Jadi, jika kamu dapat membuat tanganmu melakukan sesuatu yang kamu inginkan, berarti kamu bukan jiwa. Teori Jiwa pasti salah.
A: Ohh, sayang sekali.
Kabul baru saja menjelaskan sebuah problem yang sangat serius dan populer berkaitan dengan Teori Jiwa:
Jika ada sesuatu yang disebut jiwa, tampaknya ia tidak akan memberikan pengaruh terhadap apa yang dilakukan oleh tubuh. Para filsuf telah berusaha mencari sejumlah solusi terhadap problem ini, namun kita bisa tidak yakin kalau solusi yang ditawarkan tersebut efektif. Jadi, mungkin sama seperti Kabul, kita juga sangat mungkin menolak Teori Jiwa.
Sebuah Misteri
Orang yang menolak Teori Jiwa yaitu mereka yang percaya bahwa yang ada hanya unsur fisik, sering disebut dengan Materialis. Menurut mereka, yang ada hanyalah benda alam atau dunia fisik saja. Artinya, saya yaitu sesuatu yang memiliki pengalaman secara sadar, berpikir, merasa dan sebagainya adalah bagian dari alam fisik.
Namun, kalangan Materialis-pun menghadapi suatu misteri yang cukup pelik. Yaitu, bagaimana sesuatu yang merupakan bagian dari alam fisik dapat memiliki tanda kesadaran ? Bagaimana suatu kumpulan unsur fisik dapat merasakan kesedihan atau kebahagiaan ? Bagaimana unsur fisik tersebut dapat merasakan pengalaman yang saya rasakan ketika menghirup kopi yang ada di atas meja di depan saya ? Bagaimana suatu benda dengan mengirimkan atom dan molekul dengan cara khusus sehingga menyebabkan terjadinya perasaan itu ? Itulah yang akan dijelaskan Kabul berikut ini.
Teori Kabul
Sebenarnya, bagi Kabul tidak ada misteri yang harus dipecahkan di sini. Sekarang dia mulai menjelaskan teorinya tentang pikiran kepada Aisah.
K: Menurut saya, setiap tipe keadaan mental sebenarnya hanyalah tipe keadaan otak.
A: Keadaan otak ?
K: Begini. Otak merupakan organ yang sangat komplek. Otak terdiri dari berjuta-juta sel yang disebut dengan neuron. Neuron tersebut secara bersama menyusun sebuah jaringan yang sangat komplek.
A: Tapi apa yang dapat dilakukan oleh neuron berkaitan dengan kesadaran ? Apa yang bisa ia lakukan terhadap pengalaman saya tentang rasa sakit misalnya ?
K: Baik, ketika seseorang sedang kesakitan, otak mereka sedang berada dalam keadaan tertentu. Ada neuron-neuron tertentu yang diaktifkan pada otak.
A: Ohh ya ?
K: Dan menurut saya, bagi orang yang mengalami rasa sakit hanyalah merupakan hasil dari neuron-neuron yang diaktifkan. Rasa sakit hanyalah merupakan keadaan tertentu pada otak. Rasa sakit dan keadaan otak satu dan sesuatu yang sama.
A: Saya belum juga mengerti.
K: Dengar, kita sering menemukan bahwa benda yang kita anggap dua macam ternyata satu dan benda yang sama, bukan ? Sebagai contoh, seorang pengembara menemukan bahwa gunung yang dia lihat dari suatu hutan tertentu dan gunung yang dia lihat dari padang pasir ternyata adalah satu dan gunung yang sama. Pengembara itu tidak mengatakan bahwa dia telah melihat dua gunung yang persis sama, tetapi dua gunung yang berbeda bentuknya karena dilihat dari tempat yang berbeda.
A: Ahh,saya mengerti. Kamu mengatakan sebagaimana gunung yang sama dapat dilihat dari hutan dan padang pasir, maka rasa sakitpun juga merupakan keadaan otak. Rasa sakit dan keadaan otak adalah satu dan sesuatu yang sama.
K: Tepat sekali !
A: Dan hal yang sama juga berlaku pada semua pengalaman kesadaran kita ?
K: Ya benar. Hal yang sama juga berlaku pada perasaan senang, pengalaman tentang warna pink, pengalaman tentang rasa pahit, dan sebagainya.
A: Jadi, perasaan yang sedang saya alami sekarang ini, saat menghirup kopi hanya keadaan otak ?
K: Benar sekali !
Sebutlah teori yang disampaikan oleh Kabul dengan Teori Otak (Brain Theory)
Tapi Yang Sakit Adalah Kaki Saya !
Anda boleh ragu dengan Teori Otak. Mungkin anda berpikir, ketika saya merasakan sakit pada kaki, rasa sakit itu berada di kaki saya. Jadi, bukan pada otak saya, bukan ?
Apakah keberatan ini cukup efektif untuk menolak Teori Otak ? Mungkin tidak. Berikut ini bagaimana Teori Otak menjelaskan dan ketidaksetujuan tersebut.
Telah terbuktikan, kadang-kadang ketika ada seseorang yang kakinya telah diamputasi, kelihatannya dia masih merasakan kakinya masih ada. Dia sering mengeluh rasa sakit di kakinya, padahal dia sudah tidak memiliki kaki. Kakinya telah tiada.
Berdasar kasus tersebut, tidak benar kalau dikatakan bahwa sakit yang dirasakan orang tersebut berada di kakinya. Lalu, dimana rasa sakit itu, kalau tidak di kaki ?
Sebenarnya orang tersebut tidak akan merasakan sakit jika tidak ada yang terjadi pada otaknya karena yang memberikan sugesti untuk rasa sakit adalah otak. Dan jika rasa sakit itu terletak di otaknya, maka hal yang sama berlaku pada anda dan saya.
Sekarang Aisah Menanyakan Sesuatu Pada Kabul
A: Oke. Jika rasa sakit adalah keadaan otak, jika untuk merasakan sakit hanya perlu mengaktifkan sejumlah Neuron tertentu di otak, maka pertanyaannya adalah keadaan otak yang mana/bagaimana ?
K: Saya harus mengakui bahwa saya tidak mengetahui hal itu. Para ilmuwan belum pernah menunjukkan keadaan otak yang mana/bagaimana sebagai rasa sakit. Namun akan sangat masuk akal kalau dikatakan bahwa pada suatu waktu nanti para ilmuwan akan menemukannya. Perhatikan air di dalam gelas. Sebagai ilmuwan saya bisa menjelaskan kepada kamu bahwa air adalah H2O. Gelas tersebut berisi banyak molekul, dan setiap molekul terdiri dari dua atom Hidrogen dan satu atom Oksigen.
K: Para ilmuwan menunjukan bahwa H2O tidak lain adalah air. Mereka telah menemukan bahwa air dan H2O adalah sesuatu yang sama.
A: Lalu, apa kaitannya dengan rasa sakit ?
K: Baik. Saya yakin bahwa pada suatu saat nanti para ilmuwan akan menemukan bagian otak yang mana/bagaimana sebagai rasa sakit. Mungkin mereka akan melakukan scan pada otak seseorang yang sedang merasakan sakit seperti ini. Seperti yang saya katakan, laiknya air dan H2O, maka rasa sakit juga akan sama dengan keadaan otak tertentu. Kenapa tidak ?
Teori Otak yang dikemukakan Kabul kelihatan sangat ilmiah, bukan ? Banyak ilmuwan menganggap bahwa Teori Otak seperti itu akan dapat dibenarkan. Tinggal menunggu waktu dan bukti saja.
Argumentasi Alien Yang Tidak Punya Mata
Aisah masih yakin Teori Otak itu salah. Kelihatannya bagi Aisah, pengalaman yang dialaminya secara sadar tidak mungkin merupakan keadaan fisik pada otak.
A: Saya masih yakin bahwa Teori Otak yang kamu kemukakan itu salah.
K: Mengapa ?
A: Itulah yang akan saya jelaskan. Pakar otak bisa melihat ke dalam otak saya, tetapi mereka tidak akan bisa pernah bisa melihat pikiran saya. Pikiran adalah sebuah tempat yang sangat pribadi sama sekali, terpisah dari dunia fisik.
K: Saya masih belum yakin dengan argumentasimu.
A: Oke. Saya berikan satu contoh yang lain. Saya akan membuktikan bahwa pengalaman saya bukan sesuatu yang bersifat fisik.
K: Coba buktikan ! Saya meragukan itu !
A: Saya terima tantanganmu ! Dengarlah cerita saya tentang Alien mahluk luar angkasa yang tidak memiliki mata.
K: Mahluk angkasa yang tidak memiliki mata ?
A: Ya. Andaikan ada mahluk yang tidak memiliki mata yang sangat cerdas. Ia benar-benar buta.
K: Lalu, bagaimana mereka mengetahui jalanan yang dilaluinya ?
A: Terutama dengan menyentuhnya, mereka memiliki alat peraba yang panjang atau melalui suara. Mereka memiliki telinga yang sangat peka seperti kelelawar.
Alien ini juga mahluk yang berpikir secara sadar, tentunya mereka juga memiliki pengalaman secara sadar tetapi karena tidak memiliki mata, mereka tidak mengenal warna. Bagaimanapun juga Alien ini sangat serius memikirkan tentang kita, manusia. Khususnya mereka yang ingin mengetahui bagaimana menjadi manusia untuk merasakan pengalaman seperti kita. Mereka ingin mengetahui terutama sekali tentang bagaimana merasakan atau mengalami yang namanya warna. Untuk merasakan warna pink misalnya, untuk itu Alien melakukan hal ini. Mereka menculik kamu.
Mereka membawa kamu dengan menggunakan piring terbang. Mereka mengikat kamu. Kemudian mereka menyuruh kamu untuk melihat sejumlah benda yang menurut mereka benda itu berwarna pink berdasarkan pengalaman kita, seperti crayon misalnya.
K: Aneh mengapa mereka melakukan itu ?
A: Baik. Ketika kamu melihat benda-benda tersebut, kamu akan memiliki pengalaman tentang warna pink. Selanjutnya, pada saat kamu sedang mengalami hal itu, para Alien melakukan scan pada tubuhmu dengan menggunakan alat scan canggih. Alat scan itu akan memberikan informasi secara pasti kepada Alien semua yang ingin diketahui berkaitan dengan apa yang sedang terjadi pada diri kamu secara fisik pada saat melihat warna pink, termasuk yang terjadi pada otak kamu. Keadaan otak kamu.
K: Benar-benar semuanya ? Sampai ke atom-atom sekalipun ?
A: Ya, benar-benar semuanya. Sekarang ada pertanyaan besar. Akankah semua informasi tentang kamu secara fisik dapat menjelaskan kepada Alien seperti apa rasanya memiliki pengalaman akan warna pink ?
K: Hhmmm. Tidak, saya kira tidak. Mereka itu buta sehingga tidak akan dapat mengetahui seperti apa sih melihat warna pink.
A: Tepat sekali. Terlepas dari berapa banyak informasi yang didapatkan Alien berkaitan dengan apa yang terjadi secara fisik pada diri kamu ketika kamu mengalami sesuatu, termasuk apa yang terjadi pada otak kamu, tampaknya hal itu tetap tidak akan memberikan keterangan apa-apa kepada Alien seperti apa sebenarnya pengalaman yang dirasakan seseorang.
K: Oo, begitu.
A: Hal ini membuktikan bahwa Teori Otak salah. Para Alien tidak tahu bahwa kamu sedang mengalami apa. Apa yang kamu dan saya alami pada saat melihat crayon pink. Benar ?
K: Benar. Saya setuju bahwa mereka tidak tahu fakta tersebut.
A: Tapi alat scaner mereka memberikan informasi semua fakta fisik tentang kamu, benar ?
K: Benar.
A: Jadi, itu artinya bahwa fakta kamu memiliki pengalaman itu adalah bukan fakta fisik yang ada di dalam diri kamu. Pengalaman itu sendiri adalah non fisik.
K: Tetapi itu tidak benar.
A: Itu benar !
K: Tidak. Pengalaman adalah sesuatu yang harus bersifat fisik. Pasti ada yang salah dengan argumentasimu itu !
A: Salah apanya, kalau begitu ?
K: Eemm. Saya tidak tahu.
Misteri Pikiran
Mari kembali sejenak mengamati perjalanan kita telah sampai di mana. Kita telah melihat sebuah pertanyaan, Pikiran itu apa ? Apakah pikiran itu bagaimanapun juga adalah bagian dari alam fisik ? Ataukah pikiran adalah sesuatu yang ekstra, sesuatu yang menempel pada benda fisik ? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita telah dihadapkan pada dua arah yang berbeda pada waktu yang bersamaan.
Melalui Teori Otak, Kabul telah menggiring kita pada satu arah tertentu. Dia berpendapat bahwa pikiran kita adalah sesuatu yang merupakan bagian dari alam fisik. Itu berarti bahwa, jika pikiran itu bukan fisik, maka ia tidak akan bisa menggerakan tubuh kita.
Kalau begitu, mengapa kita tidak menerima bahwa pikiran adalah berbentuk fisik ? Karena Aisah memberikan pendapat yang membawa kita pada arah sebaliknya dengan Teori Jiwa. Argumentasi Alien yang buta yang dikemukakan Aisah menunjukan bahwa fakta yang terjadi pada pikiran kita adalah tersembunyi walaupun tubuh kita berbentuk fisik. Berdasar kasus tersebut, maka pikiran mesti bukanlah sesuatu yang berbentuk fisik.
Jadi, pada satu sisi pikiran adalah bagian dari alam fisik, sementara pada sisi yang lain, ia bukanlah alam fisik. Lalu mana yang benar ? Saya harus mengakui bahwa saya belum yakin pada salah satunya. Dan bukan saya sendiri yang seperti itu. Dewasa ini, di berbagai universitas di dunia, para filsuf dan ilmuwan terus berjuang untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan bagaimana pikiran kita berhubungan dengan tubuh fisik kita. Usaha dan kerja keras yang tentu membutuhkan waktu yang panjang dan entah kapan akan berhasil.
Sumber:
Stephen Law
Prof. Filsafat, Heythroo College, University of London
Filsafat Itu Heboh !
Belajar Filsafat Itu Menyenangkan
Pemahaman Pribadi
Purwokerto , 4 Maret 2017
Para ilmuwan juga telah menemukan bahwa dengan memberikan stimulasi secara langsung pada otak, maka akan memberikan pengalaman tertentu pada pikiran, seperti pengalaman visual. Sebagai contoh, para ilmuwan itu telah menemukan bahwa dengan mengalirkan listrik pada daerah tertentu pada otak, maka mereka dapat membuat seseorang mengalami adanya kilatan cahaya.
Jadi, tidak diragukan lagi bahwa apa yang terjadi pada otak akan mempengaruhi pikiran dan sebaliknya, apa yang terjadi pada pikiran akan mempengaruhi otak.
Sebagai contoh, sorang ilmuwan akan menjelaskan pada anda bahwa ketika anda akan membuka halaman buku, ini berarti ada sesuatu yang terjadi pada otak anda. Otak anda mengirimkan aliran listrik ke otot lengan anda. Aliran tersebut kemudian menyebabkan tangan anda bergerak sehingga membuka halaman buku itu. Pergerakan tangan anda disebabkan oleh sesuatu yang terjadi pada otak anda.
Dengan demikian, para ilmuwan telah memperlihatkan bahwa otak dan pikiran saling terhubungkan. Saat ini, banyak yang terjadi pada otak masih merupakan misteri yang sangat kompleks. Otak selalu disibukkan oleh zat-zat kimia dan getaran listrik.
Pikiran Adalah Sebuah Tempat Rahasia
Kekhususan pikiran adalah ia berada pada tempat yang sangat tersembunyi. Andaikan saya mengambil sesuatu yang berwarna pink misalnya crayon. Tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui pikiran saya dan memiliki pengalaman tentang warna pink tersebut kecuali saya sendiri. Hanya saya yang dapat merasakan apa yang saya alami.
Tentu saja, mungkin ada orang yang memiliki pengalaman seperti pengalaman saya. Jika anda melihat crayon saya, tidak diragukan lagi bahwa andapun akan melihat adanya warna pink. Namun pengalaman anda, ya milik anda dan pengalaman saya, ya milik saya.
Dengan kata lain, seakan-akan pikiran saya dikelilingi oleh tembok tinggi yang sangat kuat, tembok tertutup yang menghalangi orang lain untuk masuk ke dalamnya. Semua pengalaman, pemikiran, perasaaan dan seterusnya yang saya miliki terkunci rapat di balik tembok tersebut. Pikiran saya mirip dengan sebuah kebun rahasia, suatu tempat yang tersembunyi, yang hanya dapat dijelajahi oleh saya sendiri.
Bagian dalam pikiran saya tersembunyi dari orang lain, termasuk tersembunyi dari otak saya sendiri. Ahli bedah otak dapat melihat otak saya melalui sinar X. Mereka bahkan dapat membedah batok kepala saya dan melihat apa yang terjadi pada otak saya. Namun, mereka tetap tidak akan bisa melihat apa yang terjadi pada pikiran saya. Jika mereka melihat apa yang terjadi pada otak saya sekarang, mereka tidak akan menemukan pengalaman saya tentang warna crayon itu. Mereka tidak akan menemukan pengalaman saya mengenai warna pink. Mereka hanya bisa menemukan sebongkah benda lengket berwarna abu-abu.
Hal yang sama juga berlaku pada pikiran kelelawar. Sangat mustahil bagi kita untuk mengetahui apa yang terjadi pada pikiran kelelawar. Walaupun kita bisa mengetahui bagaimana keadaan fisik otak kelelawar ketika ia melihat benda dengan bantuan alat ekolokasi-nya. Namun itu tidak akan memberikan informasi apa-apa kepada kita mengenai pengalaman kelelawar yang ada di dalam pikirannya. Kita tetap saja tidak akan tahu bagaimana pengalaman kelelawar terhadap dunia sekitarnya.
Pikiran Itu Apa ?
Benda apa ia ? Ia sadar, berpikir, menikmati pengalaman, merasakan bahagia, marah, emosi, harapan, rasa takut dapat membuat keputusan dan seterusnya. Ada dua jawaban untuk pertanyaan ini.
Jawaban pertama untuk pertanyaan itu adalah bahwa pikiran bagaimanapun juga adalah bagian dari dunia fisik. Mengapa pikiran dikatakan bagian dari dunia fisik ? Karena jelas, apa yang terjadi pada pikiran saya tergantung pada apa yang terjadi pada otak saya. Pemikiran, perasaan, emosi, dan sebagainya tidak lebih dari sebuah proses fisik yang terjadi pada otak saya. Boleh jadi pikiran itu sama dengan otak itu sendiri.
Jawaban kedua, mengatakan bahwa pikiran terpisah dari dunia fisik. Pikiran bisa saja berinteraksi dengan otak, namun ia bukan sesuatu yang sama dengan otak. Menurut jawaban kedua ini, pemikiran, perasaan, emosi, pengalaman dan sebagainya yang kita miliki adalah sesuatu yang ekstra, sesuatu yang menempel pada kumpulan aktivitas yang terjadi dalam otak.
Cerita Aisah Dan Kabul ( A dan K )
Aisah bertemu dengan Kabul. Kabul adalah seorang mahasiswa sains, Dia kuliah di sebuah Universitas. Pada suatu hari, Aisah dan Kabul memutuskan untuk minum kopi di kafe. Dan seperti yang akan dilihat mereka bersilang pendapat mengenai pikiran. Kabul menganggap bahwa pikiran adalah benda fisik, sementara Aisah merasa yakin bahwa pikiran adalah sesuatu yang ekstra, sesuatu yang terjadi di luar fisik.
K: Mmmm, saya butuh ini.
A: Saya juga. Saya suka kopi. Tolong ceritakan, materi apa yang kamu pelajari pagi ini ?
K: Pagi ini saya mengikuti perkuliahan Dr. Jones mengenai masalah otak.
Aisah lalu meminta Kabul menjelaskan apa yang dipelajari dari materi mengenai otak.
K: Pagi ini Dr. Jones menjelaskan bagaimana semua pengalaman kita tentang dunia disebabkan oleh adanya organ sensor yang kita miliki. Kulit, mata, hidung, telinga dan lidah yang mengirimkan getaran listrik ke otak.
A: Benarkah ? Coba jelaskan.
K: Ya. Sebagai contoh, hirup kopi ini. Ia akan terasa sedap, bukan ?
A: Ya, kopi ini luar biasa.
K: Sekarang, menurut Dr. Jones, pengalaman yang kamu miliki seperti menghirup kopi ini disebabkan oleh adanya semacam partikel dari kopi tersebut masuk ke dalam hidung kamu. Partikel tersebut lalu melakukan kontak dengan sel yang ada di hidung kamu. Sel tersebut kemudian mengirimkan getaran listrik masuk ke dalam otakmu. Hal itu menyebabkan terjadinya sesuatu pada otak kamu. Begitulah akhirnya kamu dapat memiliki pengalaman seperti yang kamu rasakan sekarang, bau yang sedap.
A: Sangat menarik !
K: Ya, tentu saja ! Menarik karena kamu dapat mengetahui bahwa semua pengalaman yang kamu rasakan hanyalah sebuah gerakan fisik yang terjadi pada otakmu.
A: Apa ? Tunggu sebentar ! Kamu mengatakan sesuatu yang menakjubkan !
Kabul terlihat kaget. Mengapa Aisah tiba-tiba saja tidak setuju dengan apa yang dikatakannya.
K: Ada apa ?
A: Dengar ! Saya tahu benar bahwa ketika saya mengalami hal ini, sesuatu terjadi pada otak saya.
K: Ya, benar.
A: Tapi kamu juga mengatakan bahwa pengalaman saya tersebut adalah sesuatu yang terjadi secara fisik dalam otak saya bukan ?
K: Tentu saja.
A: Baiklah, tapi saya tidak percaya hal itu. Sains bisa saja menunjukkan bahwa ketika kita mengalami sesuatu, maka ada sesuatu juga yang terjadi pada otak kita. Sebetulnya, jelas bahwa pikiran kita dan otak kita saling berinteraksi. Namun, hal itu tidak membuktikan bahwa pengalaman kita hanyalah sesuatu yang terjadi pada otak kita, bukan ?
Aisah memang benar dengan mengatakan bahwa walaupun para ilmuwan mengatakan bahwa apapun yang terjadi pada pikiran kita, maka sesuatu juga akan terjadi pada otak kita, hal itu tidak berarti bahwa apa yang terjadi pada pikiran kita sama dengan apa yang terjadi pada otak kita.
Lalu, adakah alasan Aisah sehingga mengatakan bahwa pengalamannya bukanlah sesuatu yang terjadi pada otaknya. Menurut Aisah, tentu saja ada.
A: Sebenarnya, menurut saya, jelas bahwa pengalaman saya bukan sesuatu yang terjadi pada otak saya.
K: Mengapa ?
A: Oke, hirup kopimu !
Aisah dan Kabul sama-sama meneguk kopinya.
A: Sekarang, seperti apa yang kamu rasakan ?
K: Maksudmu ?
A: Fokuskan perhatian pada perasaanmu. Pasti ada sesuatu yang kamu rasakan, bukan ? Sesuatu yang hanya kamu yang merasakannya, datang dari pikiranmu. Karena itu ceritakan kepadaku seperti apa itu ?
Kabul kembali meneguk kopinya.
K: Sulit untuk digambarkan. Sesuatu yang sangat nikmat. Sangat tajam dan menusuk rasanya.
A: Itu pula yang kurang lebih aku rasakan.
K: Lalu, apa yang akan kamu jelaskan padaku ?
A: Baik, jika sekarang kamu lihat otak saya yang sedang merasakan sesuatu. Kamu tidak akan menemukan sesuatu yang tajam dan menusuk, bukan ?
Jika kamu melihat ke dalam otak saya dan mengujinya, kamu hanya akan menemukan gumpalan benda liat berwarna abu-abu. Terserah seberapa dalam kamu observasi otak saya, tidak akan ada sesuatu yang tajam dan menusuk di dalamnya, bukan ?
K: Saya kira ya.
A: Jika pengalaman saya adalah sesuatu yang tajam dan menusuk, tetapi tidak ada sesuatu yang tajam dan menusuk di otak saya, maka pengalaman saya tidak berada di otak saya, bukan ? Jadi, pengalaman bukan sesuatu yang bersifat fisik !
Apakah Kita Memiliki Jiwa ?
Kabul tentu tidak yakin dengan argumentasi Aisah. Dia tidak yakin bisa mengerti apa yang dimaksud Aisah sesungguhnya.
K: Saya tidak setuju. Kalau tidak berbentuk fisik, lalu pengalaman kamu itu apa ? Yakinlah, bahwa ia bersifat fisik. Di alam semesta ini hanya ada benda fisik.
Namun Aisah tetap berpikir bahwa mesti ada sesuatu di luar alam fisik ini.
A: Saya tidak setuju. Tidak ada alasan untuk mengatakan bersifat fisik untuk hal ini, hal mengenai sesuatu yang tajam dan menusuk yang saya rasakan. Tidak ada jalan lain untuk mengatakan bahwa ia adalah sesuatu yang sadar. Jadi, ketika saya benar-benar merasakan suatu pengalaman atau ketika saya sedang sadar, saya tidak dapat dianggap sebagai benda fisik, bukan ? Saya adalah sesuatu yang lain.
K: Lalu, sesuatu yang lain itu apa ?
A: Saya adalah jiwa !
Sekarang Kabul benar-benar bingung. Dia meminta penjelasan kepada Aisah, apa yang dimaksud jiwa.
A: Jiwa bukan bagian dari alam fisik. Alam fisik yang kalian para saintis kaji. Saya tidak sedang membicarakan benda fisik yang terdiri dari unsur-unsur fisik, seperti gunung, danau atau kacang tanah. Saya sedang membahas tentang suatu unsur yang sama sekali lain. Saya sedang membicarakan unsur yang non fisik. Unsur supranatural. Unsur jiwa.
K: Jadi, kamu percaya kalau diri kamu bukan bagian dari unsur fisik ? Kamu, benda yang memiliki pengalaman secara sadar, pemikiran, perasaan dan sebagainya adalah jiwa ?
A: Ya, benar.
K: Dan saya juga memiliki jiwa ?
A: Ya, kita sama-sama memiliki jiwa.
Bagaimana Jiwa Merasakan Penciuman ?
Mulai sekarang, sebutlah teori Aisah yang mengatakan bahwa kita semua memiliki jiwa dengan Teori Jiwa (Soul Theory).
Menurut Aisah, ia memiliki tubuh fisik, namun dirinya sendiri bukan sesuatu yang bersifat fisik. Ia, benda yang memiliki pengalaman secara sadar, berpikir dan merasakan adalah jiwa. Ini berarti, setelah tubuh fisiknya meninggal dan tidak ada lagi, Aisah masih hidup.
Menurut Teori Jiwa, bagaimana Aisah dapat merasakan sesuatu berkaitan dengan dunia fisik ? Bagaimana Aisah dapat merasakan penciuman terhadap bau kopi yang ada dihadapannya misalnya ?
Aisah sependapat dengan Kabul yang mengatakan bahwa ada semacam partikel datang dari kopi itu masuk hidungnya. Partikel-partikel tersebut kemudian menstimulasi sel-sel yang ada dalam hidung. Kemudian, sel-sel tersebut mengirimkan getaran listrik naik ke otak.
Namun menurut Aisah, Kabul salah jika mengatakan bahwa apa yang terjadi pada otak Aisah adalah pengalaman Aisah. Jiwa Aisah-lah yang memiliki pengalaman, bukan otak Aisah.
Lalu, bagaimana otak Aisah menjadikan jiwanya memiliki pengalaman ? Menurut Aisah, hal itu sama jika diumpamakan otaknya mempunyai alat transmisi kecil untuk mengirimkan pesan kepada jiwa. Demikianlah, otak dan jiwa saling berinteraksi sehingga jiwa Aisah dapat merasakan penciuman terhadap bau kopi.
Surga Dan Reinkarnasi
Banyak penganut agama yang mempercayai Teori Jiwa. Bahkan ada yang percaya bahwa setelah tubuh fisiknya meninggal, jiwa akan tetap hidup. Jiwanya naik ke surga.
Ada juga yang percaya adanya reinkarnasi, mereka percaya bahwa ketika meninggal, jiwanya akan memasuki tubuh fisik yang baru, boleh jadi bukan tubuh manusia, mereka akan lahir kembali dalam bentuk nyamuk atau siput misalnya.
Namun, walaupun banyak orang yang percaya terhadap Teori Jiwa, hal itu tidak berarti apa-apa. Bahkan, jika anda menerima Teori Jiwa, anda harus mengakui pendapat bahwa tidak hanya unsur fisik yang ada tetapi juga unsur supranatural, unsur jiwa, namun hal itu sama sekali tidak bisa diuji secara ilmiah bukan ?
Problem Teori Jiwa
Aisah berdiri dan beranjak ke sebuah meja. Di atas meja itu ada dua buah piring. Satu piring berisi kue dan piring lainnya berisi brownis coklat. Aisah mengambil brownis coklat. Lalu ia mengulurkan tangannya, meletakkan jari-jari tangannya pada brownis tersebut dan mengangkatnya. Kemudian Aisah duduk di samping Kabul kembali dan memakan brownisnya.
K: Jujurlah Aisah. Tidak ada yang namanya jiwa. Jiwa adalah sesuatu yang tidak dapat diuji secara ilmiah.
A: Mengapa ?
K: Perhatikan. Tubuhmu baru saja bergerak. Tanganmu diulurkan dan mengambil brownis.
A: Tentu saja.
K: Sekarang apa yang menyebabkan tanganmu bergerak ?
A: Baiklah, tanganku digerakan oleh otot yang ada pada lengan saya. Otot tersebut digerakkan oleh getaran listrik yang datang dari otak saya.
K: Ya, setuju. Itu pendapat para ilmuwan. Tanganmu dijadikan bergerak oleh sesuatu yang terjadi pada otakmu.
A: Ya.
K: Tetapi menurut kamu, mungkin jiwamu yang menyebabkan tanganmu bergerak ?
A: Memang demikian. Jiwa saya menggerakkan tangan saya melalui sesuatu yang digerakkan pada otak saya. Diumpamakan otak saya memiliki alat transmisi penerima pesan, ia menerima pesan dari jiwa saya. Jiwa saya membuat sesuatu terjadi pada otak saya. Sesuatu yang terjadi pada otak saya tersebut menyebabkan otot saya bergerak. Itulah prosesnya sehingga tangan saya bergerak mengambil brownis.
K: Jadi, apa yang terjadi pada otak kamu disebabkan oleh jiwamu ?
A: Ya, tentu saja.
K: Apa yang terjadi pada otak kamu tidak disebabkan oleh sesuatu yang bersifat fisik ?
A: Benar.
Kabul menganggap bahwa pada teori Aisah terdapat problem. Dia kembali meneguk kopinya dan menjelaskan problem tersebut.
K: Menurut saya, ada porblem pada teori kamu, Aisah. Otak adalah bagian dari alam fisik bukan ?
A: Tentu saja.
K: Baik, ilmuwan telah membuktikan bahwa yang terjadi pada alam fisik selalu ditentukan sebelumnya oleh bagaimana keadaan benda itu secara fisik.
A: Maksudmu ?
K: Dengar. Satu menit sebelum kamu mengambil brownis tersebut, kamu tidak membuat satu keputusan apakah akan mengambil kue atau brownis bukan ?
A: Ya, saya tidak berpikir akan mengambil brownis atau kue.
K: Benar. Jadi tampaknya para ilmuwan benar-benar mengetahui semuanya kalau ada sesuatu yang terjadi secara fisik pada kafe ini satu menit sebelum kamu mengambil brownis itu.
A: Mereka tahu semuanya ? Terhadap setiap gerakan atom dalam otak saya ?
K: Ya, tahu semuanya. Jika mereka memiliki semua informasi, maka sangat mungkin bagi mereka memahami bahwa tangan kamu akan diulurkan dan mengambil kue brownis ketika itu.
Kamu tahu apa yang terjadi pada otak kamu, gerakan tanganmu. Semua kejadian fisik ini ditentukan sebelumnya oleh bagaimana keadaan itu secara fisik. Sebagai contoh lain, fakta bahwa kedua tubuh kita berjalan ke kafe pagi ini ditentukan oleh bagaimana keadaan tubuh ini secara fisik pada dua menit yang lalu, bahkan sebelum kita memutuskan untuk datang ke kafe.
A: Lalu... ?
K: Dan selanjutnya, hal itu berarti bahwa tidak ada kemungkinan sesuatu yang non fisik seperti jiwa mempengaruhi apa yang terjadi pada tingkat fisik. Artinya, jiwa kamu tidak dapat memberikan pengaruh pada apa yang dilakukan oleh tubuhmu.
Aisah menggaruk kepalanya dan kelihatan penuh tanda tanya.
A: Mengapa tidak ?
K: Perhatikan penjelasanku ini. Andaikan kamu memutuskan tidak mengambil brownis, tetapi mengambil kue. Tanganmu pasti akan mengambil brownis dengan sendirinya. Ia akan mengambil brownis karena telah ditentukan oleh keadaan secara fisik sebelumnya.
A: Ahh saya mengerti. Kamu mengatakan bahwa kalau ia sebagai bagian dari alam fisik, maka semua yang terjadi disebabkan oleh bagaimana keadaan benda itu sebelumnya. Jadi, tidak ada tempat bagi benda non fisik yang dapat mempengaruhi terjadinya sesuatu. Jiwa saya tidak memberikan pengaruh apapun terhadap apa yang dilakukan oleh tangan saya.
K: Benar. Jadi, jika kamu dapat membuat tanganmu melakukan sesuatu yang kamu inginkan, berarti kamu bukan jiwa. Teori Jiwa pasti salah.
A: Ohh, sayang sekali.
Kabul baru saja menjelaskan sebuah problem yang sangat serius dan populer berkaitan dengan Teori Jiwa:
Jika ada sesuatu yang disebut jiwa, tampaknya ia tidak akan memberikan pengaruh terhadap apa yang dilakukan oleh tubuh. Para filsuf telah berusaha mencari sejumlah solusi terhadap problem ini, namun kita bisa tidak yakin kalau solusi yang ditawarkan tersebut efektif. Jadi, mungkin sama seperti Kabul, kita juga sangat mungkin menolak Teori Jiwa.
Sebuah Misteri
Orang yang menolak Teori Jiwa yaitu mereka yang percaya bahwa yang ada hanya unsur fisik, sering disebut dengan Materialis. Menurut mereka, yang ada hanyalah benda alam atau dunia fisik saja. Artinya, saya yaitu sesuatu yang memiliki pengalaman secara sadar, berpikir, merasa dan sebagainya adalah bagian dari alam fisik.
Namun, kalangan Materialis-pun menghadapi suatu misteri yang cukup pelik. Yaitu, bagaimana sesuatu yang merupakan bagian dari alam fisik dapat memiliki tanda kesadaran ? Bagaimana suatu kumpulan unsur fisik dapat merasakan kesedihan atau kebahagiaan ? Bagaimana unsur fisik tersebut dapat merasakan pengalaman yang saya rasakan ketika menghirup kopi yang ada di atas meja di depan saya ? Bagaimana suatu benda dengan mengirimkan atom dan molekul dengan cara khusus sehingga menyebabkan terjadinya perasaan itu ? Itulah yang akan dijelaskan Kabul berikut ini.
Teori Kabul
Sebenarnya, bagi Kabul tidak ada misteri yang harus dipecahkan di sini. Sekarang dia mulai menjelaskan teorinya tentang pikiran kepada Aisah.
K: Menurut saya, setiap tipe keadaan mental sebenarnya hanyalah tipe keadaan otak.
A: Keadaan otak ?
K: Begini. Otak merupakan organ yang sangat komplek. Otak terdiri dari berjuta-juta sel yang disebut dengan neuron. Neuron tersebut secara bersama menyusun sebuah jaringan yang sangat komplek.
A: Tapi apa yang dapat dilakukan oleh neuron berkaitan dengan kesadaran ? Apa yang bisa ia lakukan terhadap pengalaman saya tentang rasa sakit misalnya ?
K: Baik, ketika seseorang sedang kesakitan, otak mereka sedang berada dalam keadaan tertentu. Ada neuron-neuron tertentu yang diaktifkan pada otak.
A: Ohh ya ?
K: Dan menurut saya, bagi orang yang mengalami rasa sakit hanyalah merupakan hasil dari neuron-neuron yang diaktifkan. Rasa sakit hanyalah merupakan keadaan tertentu pada otak. Rasa sakit dan keadaan otak satu dan sesuatu yang sama.
A: Saya belum juga mengerti.
K: Dengar, kita sering menemukan bahwa benda yang kita anggap dua macam ternyata satu dan benda yang sama, bukan ? Sebagai contoh, seorang pengembara menemukan bahwa gunung yang dia lihat dari suatu hutan tertentu dan gunung yang dia lihat dari padang pasir ternyata adalah satu dan gunung yang sama. Pengembara itu tidak mengatakan bahwa dia telah melihat dua gunung yang persis sama, tetapi dua gunung yang berbeda bentuknya karena dilihat dari tempat yang berbeda.
A: Ahh,saya mengerti. Kamu mengatakan sebagaimana gunung yang sama dapat dilihat dari hutan dan padang pasir, maka rasa sakitpun juga merupakan keadaan otak. Rasa sakit dan keadaan otak adalah satu dan sesuatu yang sama.
K: Tepat sekali !
A: Dan hal yang sama juga berlaku pada semua pengalaman kesadaran kita ?
K: Ya benar. Hal yang sama juga berlaku pada perasaan senang, pengalaman tentang warna pink, pengalaman tentang rasa pahit, dan sebagainya.
A: Jadi, perasaan yang sedang saya alami sekarang ini, saat menghirup kopi hanya keadaan otak ?
K: Benar sekali !
Sebutlah teori yang disampaikan oleh Kabul dengan Teori Otak (Brain Theory)
Tapi Yang Sakit Adalah Kaki Saya !
Anda boleh ragu dengan Teori Otak. Mungkin anda berpikir, ketika saya merasakan sakit pada kaki, rasa sakit itu berada di kaki saya. Jadi, bukan pada otak saya, bukan ?
Apakah keberatan ini cukup efektif untuk menolak Teori Otak ? Mungkin tidak. Berikut ini bagaimana Teori Otak menjelaskan dan ketidaksetujuan tersebut.
Telah terbuktikan, kadang-kadang ketika ada seseorang yang kakinya telah diamputasi, kelihatannya dia masih merasakan kakinya masih ada. Dia sering mengeluh rasa sakit di kakinya, padahal dia sudah tidak memiliki kaki. Kakinya telah tiada.
Berdasar kasus tersebut, tidak benar kalau dikatakan bahwa sakit yang dirasakan orang tersebut berada di kakinya. Lalu, dimana rasa sakit itu, kalau tidak di kaki ?
Sebenarnya orang tersebut tidak akan merasakan sakit jika tidak ada yang terjadi pada otaknya karena yang memberikan sugesti untuk rasa sakit adalah otak. Dan jika rasa sakit itu terletak di otaknya, maka hal yang sama berlaku pada anda dan saya.
Sekarang Aisah Menanyakan Sesuatu Pada Kabul
A: Oke. Jika rasa sakit adalah keadaan otak, jika untuk merasakan sakit hanya perlu mengaktifkan sejumlah Neuron tertentu di otak, maka pertanyaannya adalah keadaan otak yang mana/bagaimana ?
K: Saya harus mengakui bahwa saya tidak mengetahui hal itu. Para ilmuwan belum pernah menunjukkan keadaan otak yang mana/bagaimana sebagai rasa sakit. Namun akan sangat masuk akal kalau dikatakan bahwa pada suatu waktu nanti para ilmuwan akan menemukannya. Perhatikan air di dalam gelas. Sebagai ilmuwan saya bisa menjelaskan kepada kamu bahwa air adalah H2O. Gelas tersebut berisi banyak molekul, dan setiap molekul terdiri dari dua atom Hidrogen dan satu atom Oksigen.
K: Para ilmuwan menunjukan bahwa H2O tidak lain adalah air. Mereka telah menemukan bahwa air dan H2O adalah sesuatu yang sama.
A: Lalu, apa kaitannya dengan rasa sakit ?
K: Baik. Saya yakin bahwa pada suatu saat nanti para ilmuwan akan menemukan bagian otak yang mana/bagaimana sebagai rasa sakit. Mungkin mereka akan melakukan scan pada otak seseorang yang sedang merasakan sakit seperti ini. Seperti yang saya katakan, laiknya air dan H2O, maka rasa sakit juga akan sama dengan keadaan otak tertentu. Kenapa tidak ?
Teori Otak yang dikemukakan Kabul kelihatan sangat ilmiah, bukan ? Banyak ilmuwan menganggap bahwa Teori Otak seperti itu akan dapat dibenarkan. Tinggal menunggu waktu dan bukti saja.
Argumentasi Alien Yang Tidak Punya Mata
Aisah masih yakin Teori Otak itu salah. Kelihatannya bagi Aisah, pengalaman yang dialaminya secara sadar tidak mungkin merupakan keadaan fisik pada otak.
A: Saya masih yakin bahwa Teori Otak yang kamu kemukakan itu salah.
K: Mengapa ?
A: Itulah yang akan saya jelaskan. Pakar otak bisa melihat ke dalam otak saya, tetapi mereka tidak akan bisa pernah bisa melihat pikiran saya. Pikiran adalah sebuah tempat yang sangat pribadi sama sekali, terpisah dari dunia fisik.
K: Saya masih belum yakin dengan argumentasimu.
A: Oke. Saya berikan satu contoh yang lain. Saya akan membuktikan bahwa pengalaman saya bukan sesuatu yang bersifat fisik.
K: Coba buktikan ! Saya meragukan itu !
A: Saya terima tantanganmu ! Dengarlah cerita saya tentang Alien mahluk luar angkasa yang tidak memiliki mata.
K: Mahluk angkasa yang tidak memiliki mata ?
A: Ya. Andaikan ada mahluk yang tidak memiliki mata yang sangat cerdas. Ia benar-benar buta.
K: Lalu, bagaimana mereka mengetahui jalanan yang dilaluinya ?
A: Terutama dengan menyentuhnya, mereka memiliki alat peraba yang panjang atau melalui suara. Mereka memiliki telinga yang sangat peka seperti kelelawar.
Alien ini juga mahluk yang berpikir secara sadar, tentunya mereka juga memiliki pengalaman secara sadar tetapi karena tidak memiliki mata, mereka tidak mengenal warna. Bagaimanapun juga Alien ini sangat serius memikirkan tentang kita, manusia. Khususnya mereka yang ingin mengetahui bagaimana menjadi manusia untuk merasakan pengalaman seperti kita. Mereka ingin mengetahui terutama sekali tentang bagaimana merasakan atau mengalami yang namanya warna. Untuk merasakan warna pink misalnya, untuk itu Alien melakukan hal ini. Mereka menculik kamu.
Mereka membawa kamu dengan menggunakan piring terbang. Mereka mengikat kamu. Kemudian mereka menyuruh kamu untuk melihat sejumlah benda yang menurut mereka benda itu berwarna pink berdasarkan pengalaman kita, seperti crayon misalnya.
K: Aneh mengapa mereka melakukan itu ?
A: Baik. Ketika kamu melihat benda-benda tersebut, kamu akan memiliki pengalaman tentang warna pink. Selanjutnya, pada saat kamu sedang mengalami hal itu, para Alien melakukan scan pada tubuhmu dengan menggunakan alat scan canggih. Alat scan itu akan memberikan informasi secara pasti kepada Alien semua yang ingin diketahui berkaitan dengan apa yang sedang terjadi pada diri kamu secara fisik pada saat melihat warna pink, termasuk yang terjadi pada otak kamu. Keadaan otak kamu.
K: Benar-benar semuanya ? Sampai ke atom-atom sekalipun ?
A: Ya, benar-benar semuanya. Sekarang ada pertanyaan besar. Akankah semua informasi tentang kamu secara fisik dapat menjelaskan kepada Alien seperti apa rasanya memiliki pengalaman akan warna pink ?
K: Hhmmm. Tidak, saya kira tidak. Mereka itu buta sehingga tidak akan dapat mengetahui seperti apa sih melihat warna pink.
A: Tepat sekali. Terlepas dari berapa banyak informasi yang didapatkan Alien berkaitan dengan apa yang terjadi secara fisik pada diri kamu ketika kamu mengalami sesuatu, termasuk apa yang terjadi pada otak kamu, tampaknya hal itu tetap tidak akan memberikan keterangan apa-apa kepada Alien seperti apa sebenarnya pengalaman yang dirasakan seseorang.
K: Oo, begitu.
A: Hal ini membuktikan bahwa Teori Otak salah. Para Alien tidak tahu bahwa kamu sedang mengalami apa. Apa yang kamu dan saya alami pada saat melihat crayon pink. Benar ?
K: Benar. Saya setuju bahwa mereka tidak tahu fakta tersebut.
A: Tapi alat scaner mereka memberikan informasi semua fakta fisik tentang kamu, benar ?
K: Benar.
A: Jadi, itu artinya bahwa fakta kamu memiliki pengalaman itu adalah bukan fakta fisik yang ada di dalam diri kamu. Pengalaman itu sendiri adalah non fisik.
K: Tetapi itu tidak benar.
A: Itu benar !
K: Tidak. Pengalaman adalah sesuatu yang harus bersifat fisik. Pasti ada yang salah dengan argumentasimu itu !
A: Salah apanya, kalau begitu ?
K: Eemm. Saya tidak tahu.
Misteri Pikiran
Mari kembali sejenak mengamati perjalanan kita telah sampai di mana. Kita telah melihat sebuah pertanyaan, Pikiran itu apa ? Apakah pikiran itu bagaimanapun juga adalah bagian dari alam fisik ? Ataukah pikiran adalah sesuatu yang ekstra, sesuatu yang menempel pada benda fisik ? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita telah dihadapkan pada dua arah yang berbeda pada waktu yang bersamaan.
Melalui Teori Otak, Kabul telah menggiring kita pada satu arah tertentu. Dia berpendapat bahwa pikiran kita adalah sesuatu yang merupakan bagian dari alam fisik. Itu berarti bahwa, jika pikiran itu bukan fisik, maka ia tidak akan bisa menggerakan tubuh kita.
Kalau begitu, mengapa kita tidak menerima bahwa pikiran adalah berbentuk fisik ? Karena Aisah memberikan pendapat yang membawa kita pada arah sebaliknya dengan Teori Jiwa. Argumentasi Alien yang buta yang dikemukakan Aisah menunjukan bahwa fakta yang terjadi pada pikiran kita adalah tersembunyi walaupun tubuh kita berbentuk fisik. Berdasar kasus tersebut, maka pikiran mesti bukanlah sesuatu yang berbentuk fisik.
Jadi, pada satu sisi pikiran adalah bagian dari alam fisik, sementara pada sisi yang lain, ia bukanlah alam fisik. Lalu mana yang benar ? Saya harus mengakui bahwa saya belum yakin pada salah satunya. Dan bukan saya sendiri yang seperti itu. Dewasa ini, di berbagai universitas di dunia, para filsuf dan ilmuwan terus berjuang untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan bagaimana pikiran kita berhubungan dengan tubuh fisik kita. Usaha dan kerja keras yang tentu membutuhkan waktu yang panjang dan entah kapan akan berhasil.
Sumber:
Stephen Law
Prof. Filsafat, Heythroo College, University of London
Filsafat Itu Heboh !
Belajar Filsafat Itu Menyenangkan
Pemahaman Pribadi
Purwokerto , 4 Maret 2017
No comments:
Post a Comment