Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Friday, October 5, 2018

Kebohongan Dan Filsafat : 3 Pendekatan

Perspektif 1 : Etika-Kewajiban Kantian

Immanuel Kant melakukan kajian kebohongan pada esai pendeknya berjudul On a supposed right to lie from Benevolent Motives (Tentang suatu anggapan hak untuk berbohong dari Motif-motif Kebajikan), sebagai sebuah reaksi terhadap wacana dari Benjamin Constant (reaksi politik), yang mendukung hak-berbohong bagi umat manusia. Sebelum membahas argumen Kantian, mari kita meringkas argumen dari Constant, ia menyatakan :

" Prinsip moral : bahwa mengatakan kebenaran adalah sebuah kewajiban, jika diterima absolut dan tertutup, akan membuat masyarakat tidak mungkin [...]. Mengatakan kebenaran adalah sebuah kewajiban. Apa itu kewajiban ? Gagasan tentang kewajiban tidak-dapat dipisahkan dari hak : sebuah kewajiban, pada kenyataannya, adalah hak-orang-lain. Ketika tidak-ada hak, maka tidak-ada kewajiban yang harus diselesaikan. Mengatakan kebenaran adalah sebuah kewajiban terhadap mereka yang berhak atas kebenaran. Tetapi tidak-ada seorangpun yang memiliki sebuah hak atas kebenaran yang melukai orang lain. "

Dalam kutipan di atas Constant mendukung hak-untuk-berbohong daripada menyampaikan kebenaran yang menyakiti/melukai orang orang lain.

Melawan pendapat Constant, Kant mengatakan bahwa kebohongan selalu-salah secara moral, bahwa kebohongan tidak-pernah-benar. Ini didasarkan pada sebuah konsepsi-subjektif. Memang, ia berpendapat bahwa semua orang dilahirkan dengan nilai-intrinsik yang ia sebut martabat-manusia. Martabat ini berasal dari fakta bahwa manusia adalah mahluk-rasional, yang mampu mengambil keputusan sendiri secara mandiri.

Jadi menurut pendapat Kant, kebohongan adalah dua-kali kesalahan :

Kebohongan merusak kemampuan moral manusia, dan
Kebohongan mencegah orang lain untuk bertindak secara rasional dan bebas, sebagai contoh meruntuhkan martabat orang lain.

Etika Kant adalah formalisme moral, mengarah langsung untuk menyangkal sebuah kebohongan.


Perspektif 2 : Etika-Kebajikan

Perspektif kedua, yaitu Etika-Kebajikan, juga mempertahankan pendapat bahwa kebohongan adalah salah-secara-moral, tetapi kurang ketat daripada pendapat Kant. Moralisme kebajikan lebih-besar menekankan pada perkembangan persoalan-kualitas-moral sebagai tujuan-tujuan mereka atau pemenuhan terhadap sebuah aturan formal. Menurut mereka, kejujuran adalah suatu keutamaan/kebajikan untuk dibudidayakan karena itu adalah landasan yang di atasnya manusia mampu mendorong perkembangan moralnya.


Perspektif 3 : Etika-Utilitarianisme

Perspektif ketiga, menurut Etika-Utilitarianisme, kebohongan atau kebenaran harus dinilai berdasarkan sebuah perhitungan antara keuntungan yang didapat dan kerugian yang dialami. Dengan kata lain, jika sebuah kebohongan memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari suatu situasi yang ada, pendapat moral-utilitarian adalah akan menjadi lebih-tidak-bermoral lagi jika tidak-melakukan kebohongan. Titik lemah dari Etika-Utilitarian adalah memperkirakan konsekuensi-konsekuensi dari kebohongan, di mana individu mungkin saja salah melakukan perkiraan. Tetapi menarik untuk dicatat bahwa utilitarianisme menganggap kebohongan selalu-mungkin sebagai sebuah-pilihan. Sebagai contoh mengacu pada logika-utilitarian, jika seorang dokter kepada pasiennya mengatakan kebohongan mengenai peluangnya untuk bertahan hidup, ia berpikir bahwa si-pasien akan menikmati sisa waktu hidupnya.


Kutipan-kutipan

Kutipan dari Kant :

Karena kebohongan selalu menyangkut kepada orang-lain maka, bahkan jika kebohongan tidak merugikan orang-lain, itu menyakiti kemanusiaan secara umum dan kebohongan membuat sumber-hukum menjadi sia-sia.
Mengatakan kebenaran adalah kewajiban-formal manusia terhadap satu sama lain.


Kutipan dari Stuart Mill :

Adalah fakta yang diakui oleh semua moralis bahwa aturan yang sama mengenai kebenaran, yang disakralkan seperti adanya, mungkin terdapat pengecualian-pengecualian dan jika, untuk menjaga seseorang (terutama orang-lain selain diri-sendiri) dari sebuah kemalangan yang tidak-layak-diterimanya, maka seharusnya menyembunyikan fakta sekaligus tidak-menyangkal-fakta tersebut (misalnya terhadap berita-berita tindakan kriminal atau berita-buruk pada seseorang yang sakit berbahaya). Tetapi pengecualian tidak-diperluas lebih dari yang diperlukan dan tidak melemahkan kepercayaan pada kebenaran, kita harus tahu bagaimana mengenalinya dan, jika mungkin, memberi batasan.


Kutipan dari Hannah Arendt :

Kebenaran tidak pernah termasuk di antara kebajikan-politik, dan kebohongan selalu dianggap sebagai justifikasi-sempurna dalam urusan-urusan politik.


Sumber :https://www.the-philosophy.com/kant-right-to-lie
Pemahaman Pribadi


No comments:

Post a Comment