Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Wednesday, June 10, 2020

Filsafat Analitik 3d : Logika Atomisme dan Tractatus Wittgeinstein


Ludwig Wittgenstein mengunjungi Cambridge untuk mempelajari logika di bawah bimbingan Russell, tetapi kemudian dengan cepat ia menetapkan diri sebagai mitra intelektual terhadap gurunya.

Bersama-sama, mereka merancang dan menemukan sebuah sistem-metafisis yang disebut 'logika-atomisme'. Seperti yang telah dibahas pada awal bagian 3, karena terdapat sistem-keseluruhan yang melingkupi, logika-atomisme tampak merupakan buah pikiran Wittgenstein. Namun tetap saja, seharusnya ini tidak dilihat sebagai suatu cara meyingkirkan peran-penting Russell pada sistem, yang dapat dideskripsikan sebagai suatu metafisika yang didasarkan pada asumsi bahwa suatu bahasa-ideal ----seperti yang telah diberikan dalam Principia Mathematica---- adalah kunci terhadap pemahaman realitas.

Menurut logika-atomisme, proposisi-proposisi dibangun dengan menggunakan elemen-elemen yang mengacu pada unsur-unsur-dasar yang menyusun dunia, persis seperti kalimat-kalimat yang dibangun dengan menggunakan kata-kata.

Kombinasi dari kata-kata pada sebuah kalimat yang memiliki makna ( penuh-makna ) mencerminkan kombinasi dari unsur-unsur-penyusun proposisi yang dinyatakan oleh kalimat-itu dan sesuai dengan suatu-kondisi-yang-mungkin atau kondisi-aktual yang menjadi dasar proposisi bernilai-benar.

Hal itu berarti, struktur pada setiap kondisi-yang-mungkin atau kondisi-aktual yang menjadi acuan proposisi bernilai-benar adalah isomorfis ( sama bentuk dan relasi ) baik dengan struktur-proposisi yang merujuk kepadanya juga dengan struktur-kalimat yang menyatakan proposisi-itu ----sepanjang kalimat-itu dirumuskan dengan memadai dalam notasi logika-simbolik.

Jenis-kombinasi yang paling-sederhana disebut sebuah 'fakta-atomik' karena fakta-ini tidak mempunyai 'sub-fakta' sebagai bagian di dalam strukturnya. Bagi beberapa penganut logika-atomisme, sebuah fakta-atomik dapat berupa-sesuatu seperti benda-individual-nyata ( partikular ) yang mempunyai suatu-sifat ----sebagai contoh sehelai daun tertentu berwarna hijau

Secara bahasa, fakta-atomik ini direpresentasikan dengan sebuah proposisi-atomik, sebagai contoh :
" Daun ini berwarna hijau. " atau dalam logika-simbolisme 'F(a)'. Baik fakta F(a) dan proposisi 'F(a)' keduanya disebut 'atomik' bukan karena dalam dirinya-sendiri adalah atomik ( yang berarti tidak-memiliki-struktur ), tetapi karena semua-unsur-penyusunnya adalah atomik.

Fakta-fakta-atomik adalah unsur-unsur-dasar penyusun dunia dan proposisi-proposisi-atomik adalah unsur-dasar penyusun bahasa.

Proposisi yang semakin kompleks merepresentasikan fakta yang lebih kompleks disebut 'proposisi-molekular' dan 'fakta-molekular'. Proposisi-proposisi itu disusun oleh proposisi-proposisi-atomik yang berhubungan-bersama melalui penghubung-fungsi-kebenaran seperti 'dan', 'atau' dan 'tidak/bukan' ( 'and' , 'or' , 'not' ).

Suatu penghubung-fungsi-kebenaran adalah salah-satu yang melakukan kombinasi terhadap unsur-unsur proposisi sedemikian rupa sehingga nilai-kebenaran masing-masing unsur ( yaitu status benar atau salah pada masing-masing unsur ) benar-benar menentukan nilai-kebenaran dari proposisi-molekular yang dihasilkannya.

Sebagai contoh, nilai-kebenaran dari sebuah proposisi dalam bentuk 'bukan-p' dapat dicirikan melalui nilai-kebenaran dari 'p', ----dan oleh karena itu proposisi ditinjau sebagai 'ditentukan-oleh'----, karena :

jika 'p' adalah benar maka 'bukan-p' adalah salah, dan jika 'p' adalah salah maka 'bukan-p' adalah benar.

Begitu juga, sebuah proposisi dalam bentuk 'p dan q' akan benar :
jika dan hanya-jika unsur-unsur proposisi 'p' dan 'q' adalah benar pada dirinya.

Logika pada Principia Mathematica sepenuhnya merupakan fungsi-kebenaran, sehingga hanya menerima proposisi-proposisi-molekular yang memiliki nilai-kebenaran yang ditentukan oleh unsur-unsur-atomik penyusunnya.

Oleh karena itu, seperti yang telah diteliti Russell dalam pengantar edisi kedua Principia, ia menyatakan :

" pada semua proposisi-proposisi-atomik yang benar, bersama semua fakta yang direpresentasikan, secara teoritis, setiap proposisi-lain yang bernilai-benar dapat dideduksikan melalui metode-metode logika. " (Russell 1925, xv).

Asumsi yang sama ----disebut dengan tesis fungsionalitas-kebenaran atau tesis ekstensionalitas---- berada dibalik Tractatus Logico-Philosophicus dari Wittgeinstein.

Seperti disebutkan sebelumnya, Tractatus dari Wittgenstein telah terbukti sebagai ekspresi dari logika-atomisme yang paling berpengaruh. Tractatus diorganisasi disekitar tujuh-proposisi, berikut adalah tujuh-proposisi dalam Tractatus yang diambil dari translasi tahun 1922 oleh C.K. Ogden :

1. Dunia adalah segalanya, itu benar.
2. Apa yang benar adalah fakta, yaitu eksistensi dari fakta-fakta-atomik.
3. Gambar-logis dari fakta-fakta adalah pikiran (thought).
4. Suatu pikiran (thought) adalah proposisi yang memiliki makna.
5. Proposisi-proposisi merupakan fungsi-fungsi-kebenaran dari proposisi-proposisi-dasar ( sebuah proposisi-dasar adalah sebuah fungsi-kebenaran pada dirinya-sendiri ).
6. Bentuk-umum suatu fungsi-kebenaran adalah... merupakan bentuk-umum dari suatu proposisi.
7. Jika terhadap sesuatu seseorang tidak dapat mengatakan apapun, maka ia harus diam ( tidak mengatakan apapun mengenainya ).

Tractatus terdiri lapisan-lapisan bertingkat dalam penjelasan-runut yang mendalam dan rinci terhadap tujuh-proposisi di atas ( poin 1 dijelaskan secara rinci dengan poin 1.1 yang dijelaskan rinci dengan 1.11, 1.12 dan 1.13 dan seterusnya ) ----kecuali untuk poin 7 yang berdiri sendiri.

Proposisi 1 dan 2 menetapkan sisi-metafisis dari logika-atomisme :
" Dunia bukanlah apa-apa selain suatu fakta-fakta-atomik yang kompleks. "

Proposisi 3 dan 4 menetapkan isomorfisme antara bahasa dan realitas :
Suatu proposisi yang bermakna ( penuh-makna ) adalah suatu 'gambar-logis' dari fakta-fakta yang menyusun sekaligus menjadi bagian suatu kondisi-yang-mungkin atau kondisi-aktual yang menjadi acuan proposisi bernilai-benar.

Gambar-logis yang dimaksud adalah suatu gambar dalam pengertian bahwa struktur dari proposisi adalah identik dengan struktur dari fakta-fakta-atomik yang dirujuk olehnya.

Secara kebetulan,  disinilah kita mendapat pernyataan eksplisit pertama terhadap karakteristik pandangan meta-filosofis dari filsafat-analitik pada masa-masa awal perkembangannya :

" Semua filsafat adalah suatu 'kritik bahasa'... " (4.0031)

Proposisi 5 menyatakan tesis fungsionalitas-kebenaran, yaitu pandangan bahwa semua proposisi-kompleks dibangun dari proposisi-atomik yang dihubungkan oleh penghubung-penghubung fungsi-kebenaran dan bahwa proposisi-atomik adalah fungsi-kebenaran pada dirinya-sendiri.

Bahkan proposisi-proposisi yang dinyatakan dalam-ukuran secara eksistensial ( dikuantifikasikan ) dipandang sebagai penghubung-yang-panjang antara proposisi-atomik yang berbeda-beda.

Karena telah diketahui bahwa logika fungsi-kebenaran tidak memadai untuk menangkap semua fenomena dari dunia, atau paling-tidak, jika terdapat sebuah sistem fungsi-kebenaran yang memadai, kita belum menemukannya juga hingga sekarang ini. Maka fenomena tertentu tampak menolak karakterisasi fungsi-kebenaran, sebagai contoh :  fakta-fakta moral adalah problematis.

Mengetahui apakah unsur-penyusun dari proposisi 'p' adalah benar, tidak tampak memberitahu kita apakah 'memang seharusnya proposisi p' adalah benar.

Problematika yang sama terdapat pada fakta-fakta mengenai pikiran, kepercayaan dan kondisi mental lainnya ( seperti yang ditangkap dalam pernyataan ' John percaya bahwa...' ) dan fakta-fakta modal ( yang ditangkap dalam pernyataan-pernyataan tentang kepastian atau kemungkinan suatu kondisi-tertentu pada saat-tertentu yang-harus-dipenuhi agar proposisi bernilai-benar )

Dan memperlakukan penentu-ukuran eksistensial sebagai penghubung-yanh-panjang tampak tidak memadai untuk fakta-fakta dengan jumlah tak-terbatas / tak-berhingga ( infinit ) karena pasti terdapat lebih-banyak bilangan-nyata ( real ) daripada nama-nama yang tersedia untuk menyebutnya bahkan bila kita bersedia menerima penghubung-panjang yang tak-terbatas / tak-berhingga.

Harapan bahwa logika fungsi-kebenaran akan membuktikan dengan memadai untuk menyelesaikan semua persoalan-persoalan itu telah memberi inspirasi suatu cabang-pemikiran-yang-baik dalam tradisi analitik, khususnya selama paruh-pertama abad 20. Harapan ini terlatak pada jantung logika-atomisme.

Dalam bentuk-penuhnya, proposisi 6 memasukan sejumlah simbolisme-yang-tidak-umum, yang tidak dijelaskan disini. Namun semua itu untuk memberi sebuah rumusan-umum terhadap penciptaan proposisi-proposisi-molekuler dengan memberi bentuk-umum kepada sebuah fungsi-kebenaran. Pada dasarnya, Wittgenstein mengatakan bahwa semua proposisi-proposisi adalah merupakan fungsi-kebenaran dan pada akhirnya hanya terdapat satu-jenis fungsi-kebenaran.

Principia Mathematica telah bekerja menggunakan sejumlah penghubung-fungsi-kebenaran : 'dan' , 'atau' , 'tidak/bukan' ( 'and' , 'or' , 'not' ) dan sebagainya.

Namun, dalam tahun 1913 seorang ahli logika bernama Henry Sheffer menunjukan bahwa proposisi-proposisi yang melibatkan penghubung-penghubung-itu dapat dianalisa dan disusun-ulang ( re-frase ) sebagai proposisi yang melibatkan suatu penghubung-tunggal yang tersusun dalam sebuah negasi terhadap sebuah penghubung ( konjungsi ).

Ini disebut penghubung 'not and' atau 'nand' dan telah menjadi equivalen dengan rumusan-bahasa-biasa bukan-keduanya baik x maupun y ('not both x and y'). Penghubung itu, biasa disimbolkan dengan sebuah garis-vertikal-pendek (|) yang disebut Garis-Sheffer ( Sheffer Stroke ).

Meskipun Wittgenstein menggunakan simbolisme yang khas miliknya, ini adalah operasi yang diidentifikasi dalam proposisi 6 dan beberapa bahasan-detailnya ketika menunjukan bentuk-umum dari suatu fungsi-kebenaran.

Mengganti pluralitas-penghubung yang ada dalam Principia dengan penghubung 'nand' dilakukan untuk mencapai sistem-minimalistik-ekstrim ----semua yang dibutuhkan bagi seseorang untuk menyusun sebuah gambar / deskripsi yang lengkap dari dunia adalah suatu penghubung-tunggal fungsi-kebenaran yang diterapkan secara berulang kepada satu set dari semua proposisi-proposisi atomik.

Proposisi 7, yang berdiri sendiri adalah puncak dari rangkaian pengamatan yang dilakukan sepanjang Tractatus dan khususnya dalam penjelasan yang mendalam pada Proposisi 6.

Sepanjang pembahasan dalam Tractatus terdapat perbedaan pengertian antara 'menunjukan' (showing) dan 'mengatakan' (saying).

Mengatakan (saying) adalah sebuah persoalan mengekspresikan suatu proposisi yang memiliki makna ( penuh-makna ).

Menunjukan (showing) adalah sebuah persoalan menyajikan sesuatu semacam-bentuk atau struktur. Oleh karena itu, ketika Wittgenstein mengamati pada penjelasan 4.022 ia menyatakan :

" Suatu proposisi menunjukan (shows) pengertiannya. Suatu proposisi menunjukan (showing) bagaimana sesuatu dipenuhi/dicapai jika proposisi itu adalah benar. Dan itu mengatakan (saying) bahwa sesuatu-itu benar-benar dipenuhi/dicapai. "

Dalam pengantar Tractatus Wittgenstein menunjukan bahwa tujuannya yang paling penting adalah menetapkan kriteria dan batas-batas terhadap 'mengatakan (saying) dengan penuh-makna'.

Aspek struktural dari bahasa dan dunia ----aspek-aspek itu yang 'ditunjukan (shown)'---- adalah melewati batas-batas 'mengatakan (saying) dengan penuh-makna'.

Menurut Wittgenstein, proposisi-proposisi dalam logika dan matematika adalah murni-strukural dan oleh karena itu tanpa-makna ----proposisi dalam logika dan matematika menunjukan bentuk dari semua proposisi / kondisi yang menjadi acuan proposisi bernilai-benar yang mungkin tetapi proposisi-proposisi itu bukanlah gambar kondisi pada dirinya-sendiri oleh karena itu mereka tidak mengatakan apapun.

Ini memiliki kensekuensi yang aneh bahwa proposisi-proposisi dalam Tractatus sendiri seharusnya mengenai logika adalah tanpa-makna. Sehingga diktum yang terkenal pada penjelasan 6.54:

" Proposisi-proposisi saya menjadi lebih jelas dengan cara ini : dia yang mengerti aku pada akhirnya mengenali proposisi-proposisi-itu tidak-bisa-dimengerti, ketika dia telah memanjat melalui proposisi-proposisi-itu, berada di atas, melewati proposisi-proposisi-itu. ( dia juga harus berbicara melempar tangga setelah dia memanjatnya ). Dia harus melampaui proposisi-proposisi ini dan kemudian dia akan melihat dunia dengan benar. "

Meski tanpa-makna, proposisi-proposisi dalam logika dan matematika adalah bukan tidak-bisa-dimengerti. Proposisi-proposisi itu setidaknya memiliki keutamaan dengan menunjukan sruktur-esensial pada semua-fakta-yang-mungkin.

Di sisi lain, terdapat penggabungan kata-kata, proposisi-proposisi yang tidak 'menunjukan' (showing) atau tidak 'mengatakan' (saying) apapun dan karenanya tidak terkait dengan realitas melalui cara apapun.

Proposisi-proposisi seperti itu tidak hanya tanpa-makna, mereka adalah tidak-bisa-dimengerti. Diantara proposisi-proposisi yang-tidak-bisa-dimengerti termasuk di dalamnya banyak pernyataan pernyataan filsafat-tradisional yang mengartikulasikan persoalan dan solusi filsafat-tradisional khususnya dalam metafisika dan etika.

Ini adalah konsekuensi dari anggapan Wittgenstein bahwa kepenuhan-makna bagaimanapun terhubung dan terkait dengan dunia-fenomena yang diselidiki ilmu alam ( cf. 4.11 ff ). Sehingga seperti yang diakui olehnya dalam penjelasan 6.53 :

Metode yang benar dalam filsafat akan benar-benar menjadi berikut ini :

" untuk tidak mengatakan apapun kecuali apa yang bisa dikatakan itulah proposisi-proposisi dari ilmu-alam ---sesuatu yang tidak terkait dengan filsafat--- dan kemudian, ketika seseorang bermaksud mengatakan sesuatu yang bersifat metafisis, untuk mendemonstrasikan kepadanya bahwa ia telah gagal memberikan sebuah-makna kepada tanda-tanda tertentu dalam proposisi-proposisinya. "

Dari mata penciptanya ( seperti yang diakui dalam Pengantarnya ), capaian sesungguhnya dari Tractatus adalah telah menyelesaikan bukan sekedar meleburkan, semua persoalan filsafat-tradisional dengan menunjukan bahwa di dalam filsafat-tradisional terdapat persoalan 'tanpa-makna' yang sulit dan membingungkan, yang dihasilkan oleh suatu kegagalan memahami batas-batas mengenai wacana yang penuh-makna.



Sumber :
https://www.iep.utm.edu/analytic/#SH2d
Pemahaman Pribadi


No comments:

Post a Comment