Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Thursday, November 16, 2017

Estetika 1 : Pengantar


Estetika dapat didefinisikan secara-sempit sebagai teori-keindahan atau lebih-luas lagi sebagai filsafat-seni. Tradisi minat terhadap keindahan itu sendiri meluas pada abad ke-18 M dengan memasukkan sesuatu-yang-sublim, dan sejak tahun 1950 jumlah konsep-estetika-murni yang dibahas dalam literatur bahkan berkembang lebih-luas lagi.

Secara tradisi, filsafat-seni terkonsentrasi pada bahasan definisi-keindahan, namun akhir-akhir ini sudah tidak menjadi pusat perhatian-nya, analisis yang cermat terhadap aspek-seni sebagian besar telah menggantikan-nya.

Filsafat-estetika dalam tulisan ini dipusatkan pembahasan-nya kepada perkembangan pada masa akhir-akhir ini. Jadi, setelah melakukan penjelajahan terhadap gagasan-tentang-keindahan dan konsep-konsep yang terkait, pertanyaan tentang nilai-dari-pengalaman-estetika dan keragaman-perilaku-estetika juga akan dibahas, sebelum beralih ke hal-hal yang memisahkan seni dan estetika-murni terutama pada hadirnya-tujuan/intensi. Hal itu akan mengarah kepada sebuah penelusuran terhadap beberapa definisi-utama-seni yang telah dikemukakan, bersama dengan penjelasan periode de-definition baru-baru ini. Konsep ekspresi, representasi, dan sifat-objek-seni kemudian juga akan dibahas.

Apa yang bisa disebut bidang-lengkap-estetika adalah sangat luas. Bahkan sekarang terdapat ensiklopedia-empat-jilid yang dikhususkan untuk berbagai topik yang mungkin termasuk di dalamnya. Meskipun demikian masalah-inti dalam filsafat-estetika, saat ini sudah cukup banyak ditetapkan, lihat buku yang disunting oleh Dickie, Sclafani, dan Roblin, dan monograf oleh Sheppard, di antara banyak buku-buku lainnya.

Estetika dalam arti-sentral (definisi-keindahan) dikatakan telah dimulai pada awal abad ke-18 M, dengan serangkaian artikel The Pleasures of the Imagination yang oleh jurnalis Joseph Addison ditulis dalam edisi awal majalah The Spectator pada tahun 1712. Sebelum masa ini, pemikiran oleh tokoh-tokoh terkenal membuat sejumlah aktivitas yang terlibat ke dalam lapangan ini, misalnya dalam perumusan teori-umum proporsi-dan-harmoni, yang paling rinci terutama dalam bidang arsitektur dan musik. Namun perkembangan penuh lebih lanjut, refleksi-filosofis tentang estetika tidak lagi muncul sampai meluasnya aktivitas-rekreasi (bersenang-senang) di abad ke-18 M.

Sejauh ini, hingga menjelang akhir abad ke-18 M para teoritikus-awal yang paling lengkap dan berpengaruh adalah Immanuel Kant. Oleh karena itu pertama-tama, adalah penting untuk memiliki beberapa pengertian bagaimana Kant mendekati subjek-estetika.

Kritik terhadap gagasan-nya, dan alternatif-nya, akan disajikan kemudian di bagian awal tulisan ini, tapi melalui dia kita dapat menemukan beberapa konsep-kunci dalam subjek-estetika sebagai pengenalan.

Kant terkadang dianggap sebagai seorang formalis dalam teori-seni. Artinya, seseorang yang menganggap isi-sebuah-karya-seni bukanlah perhatian bahasan dari estetika. Namun itu hanyalah sebagian cerita. Yang pasti dia seorang formalis terhadap kenikmatan-murni-dari-alam, tapi bagi Kant sebagian besar seni itu tidak-nurni, karena melibatkan sebuah konsep.

Bahkan kenikmatan sebagai bagian-alam-pun tidak-murni, yaitu ketika sebuah konsep-dilibatkan, seperti ketika kita mengagumi kesempurnaan sebuah tubuh-binatang atau badan-manusia. Tetapi, misalnya, ketika kita melihat pola-abstrak-acak pada sejumlah dedaunan atau sebuah bidang-warna seperti pada bunga-poppy-liar atau matahari-terbenam, menurut Kant di sana tidak-hadir konsep semacam itu. Dalam kasus seperti itu, kemampuan-kognitif adalah bermain-secara-bebas.

Secara kodrati, seni kadang-kadang mampu mencapai kemunculan-kebebasan ini, itu kemudian disebut 'fine-art' (seni yang semata-mata untuk estetika) tetapi bagi Kant tidak-semua seni memiliki kualitas ini.

Secara keseluruhan, teori-tentang keindahan-murni dari Kant memiliki empat-aspek :
1. Kebebasan dari konsep
2. Objektivitas
3. Bebas-kepentingan
4. Kewajiban menarik-perhatian-penuh-dengan-ketiadaan-diri

Yang dimaksud dengan konsep bagi Kant berarti akhir atau tujuan yaitu penilaian oleh kemampuan-kognitif pemahaman-dan-imajinasi manusia yang diterapkan pada suatu objek.

Untuk mengambil sebuah contoh, misalnya seseorang yang melihat sebuah batu kecil berkata :

" Itu adalah sebuah kerikil. ".

Namun bila tidak-ada-konsep-tertentu yang terlibat, seperti halnya melihat kerikil-kerikil yang tersebar di pantai, kemampuan-kognitif dipertahankan dalam permainan-bebas dan saat inilah permainan-ini-harmonis sehingga ada-pengalaman terhadap keindahan-murni.

Menurut Kant, ada juga objektivitas-dan-universalitas dalam penilaian itu, karena kemampuan-kognitif adalah umum bagi semua-orang yang dapat menilai, misalnya, bahwa objek-individual adalah kerikil. Kemampuan-kognitif ini berfungsi sama, apakah mereka berasal dari penilaian-tertentu (konsep) atau dibiarkan dalam permainan-bebas, seperti saat menilai pola-kerikil di sepanjang garis pantai.

Namun, ini bukanlah dasar landasan-yang-wajib untuk penangkapan terhadap keindahan-murni. Menurut Kant, itu berasal dari ketiadaan-diri di dalam sebuah penangkapan, yang disebut pada abad ke-18 M sebagai bebas-kepentingan. Hal ini muncul karena keindahan-murni tidak-memuaskan kenikmatan kita secara indra (sensual). Juga tidak menimbulkan keinginan apapun untuk memiliki objek itu. Ini "menyenangkan" tentu saja, tetapi dengan sebuah cara penangkapan-intelektual yang berbeda.

Keindahan-murni, dengan kata lain, hanya memegang-penuh-perhatian-pikiran kita, yang berarti kita tidak memiliki perhatian lebih lanjut selain merenungkan-objek itu sendiri. Menangkap-objek dalam kasus seperti itu adalah tujuan itu sendiri. Ini bukan sarana untuk tujuan lebih jauh, dan di-nikmati-demi-dirinya-sendiri.

Karena moralitas mensyaratkan kita untuk menjunjung melampaui diri kita sehingga perilaku/sikap dalam perhatian-penuh-dengan-ketiadaan-diri menjadi sebuah kewajiban. Penilaian terhadap keindahan-murni, dengan-ketiadaan-diri memicu serta menarik seseorang ke dalam sudut pandang moral.

"Keindahan adalah simbol moralitas." dan "menikmati kenikmatan-alam adalah tanda jiwa yang baik." adalah kunci-ucapan Kant. Kenikmatan yang dibagi-bersama matahari terbenam atau pantai menunjukkan adanya harmoni-antara-kita-semua-dan-dunia.

Di antara gagasan ini, gagasan bebas-kepentingan memiliki banyak kualitas-umum yang diterima paling luas. Bahkan, Kant mengambilnya dari teori-teori abad ke-18 M sebelum ia mengemukakan teorinya, seperti dari filsuf-moral bernama Lord Shaftesbury, dan sejak itu, ini telah menarik banyak perhatian, misalnya baru-baru ini oleh sosiolog Prancis Pierre Bourdieu.

Jelas, dalam konteks ini bebas-kepentingan tidak berarti tidak-ada-kepentingan dan secara paradoks itu paling dekat dengan apa yang sekarang kita sebut kepentingan-kita adalah hal-hal-menyenangkan seperti hobi, melakukan perjalanan, dan olahraga seperti yang akan kita lihat di bawah ini. Tapi di abad-abad awal sebelumnya kepentingan-seseorang adalah keuntungan-seseorang, yang berarti kepentingan-pribadi, sehingga merupakan negasi dari apa yang berkaitan dengan estetika sampai etika.



Sumber :
http://www.iep.utm.edu/aestheti/#H1
Pemahaman Pribadi



No comments:

Post a Comment