Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Wednesday, November 1, 2017

Aristoteles 4 : Jiwa Dan Psikologi


Jiwa didefinisikan oleh Aristoteles sebagai ekspresi-sempurna atau realisasi dari suatu sifat-tubuh.

Dari definisi ini, dapat ditarik pengertian adanya hubungan erat antara keadaan-psikologis dan proses-fisiologis.

Tubuh-dan-jiwa disatukan dengan cara yang sama seperti lilin/tinta disatukan dengan impresi (kesan/pola) dari gambar-cetakan pada stempel ketika gambar-hasil-cetakan menempel pada kertas.

Para metafisikawan sebelum Aristoteles membahas jiwa secara abstrak tanpa memperhatikan lingkungan/keadaan tubuh.

Aristoteles meyakini hal ini sebagai sebuah kesalahan.

Pada saat yang sama, Aristoteles menganggap jiwa-dan-pikiran bukanlah produk dari kondisi-fisiologis-tubuh, namun sebagai hakekat-dari-tubuh yang berarti sebuah substansi yang hanya di dalam-nya kondisi-tubuh mendapatkan makna-sesungguhnya.

Jiwa me-manifestasi-kan aktivitas-nya pada fakultas atau bagian-tertentu yang sesuai dengan tahap perkembangan biologis, adalah fakultas-nutrisi khusus pada tumbuhan, fakultas-gerak khusus pada hewan, dan fakultas-penalaran khusus pada manusia.

Fakultas-fakultas ini menyerupai sifat matematis-angka di mana yang lebih tinggi/besar mencakup yang lebih rendah/kecil, dan harus dipahami tidak seperti bagian-fisik-aktual yang sesungguhnya, tetapi seperti aspek (sisi) cembung dan cekung yang kita bedakan pada satu-garis-lengkung.

Fakultas-penalaran (pikiran) tetap/terus berada dalam kondisi kesatuan dan hal ini absurd untuk dibahas, seperti yang dilakukan oleh Plato misalnya, ketika memperhatikan satu-bagian dan mengabaikan bagian-lain.

Indra-persepsi adalah sebuah fakultas yang menerima forma-forma dari suatu objek-luar yang kndependen (terlepas) dari materi yang menyusun objek itu, sama seperti lilin/tinta yang mengambil impresi (kesan/pola) dari gambar-cetakan pada stempel tanpa membawa emas atau logam lain sebagai bahan yang menyusun stempel itu.

Sebagai subjek dari impresi (kesan/pola), fakultas-persepsi melibatkan sebuah gerakan dan semacam perubahan-kualitatif.

Namun fakultas-persepsi tidaklah semata pasif atau reseptif terhadap afeksi.

Fakultas-persepsi selanjutnya melakukan aksi-aksi, dan membedakan antara kualitas-kualitas benda-benda-luar, menjadi sebuah gerakan-jiwa melalui medium-tubuh.

Objek-objek dari indra bisa berupa :

(1) Objek-khusus, misalnya warna adalah objek-khusus dari indra-penglihatan dan suara adalah objek-khusus dari indra-pendengaran.

(2) Objek-umum, adalah objek-pengindraan yang ditangkap oleh beberapa-indra-sekaligus dalam bentuk kombinasi misalnya gerak-atau-Gambar.

(3) Insidental atau inferensial misalnya ketika dari sensasi-langsung warna-putih kita dapat mengenal seseorang atau suatu-benda yang berwarna putih.

Ada lima indra-khusus.

Dari jumlah tersebut, indra-sentuh adalah yang paling mendasar, indra-pendengaran yang paling instruktif, dan indra-penglihatan yang paling mengagumkan/mengesankan.

Organ dari alat-alat-indra ini tidak pernah bertindak secara langsung, namun dipengaruhi oleh beberapa media misalnya udara.

Bahkan sentuhan, yang seolah terjadi melalui tindakan kontak-aktual, sebenarnya mungkin melibatkan beberapa kendaraan/perantara komunikasi.

Bagi Aristoteles, jantung adalah organ-indra-umum atau sentral.

Jantung mengenali kualitas-umum yang terlibat dalam semua sensasi-objek-kongkret.

Pertama, jantung adalah indra yang membawa kita kepada sebuah kesadaran-akan-sensasi.

Kedua, melalui satu aksi/tindakan di depan pikiran, jantung menangkap objek-objek-dari-pengetahuan-kita dan membuat kita mampu membedakan antara laporan-laporan dari indra yang berbeda-beda.

Aristoteles mendefinisikan imajinasi sebagai suatu gerakan yang dihasilkan sebuah sensasi-aktual.

Dengan kata lain, ini adalah proses di mana impresi (kesan/pola) pada indra dipotret/digambar dan dipertahankan di depan pikiran dan adalah sesuai dengan dasar-ingatan.

Gambar-gambar-representatif adalah yang menyediakan forma-forma dari materi-materi-pikiran.

Ilusi-dan-mimpi keduanya mirip karena sebuah kesan pada organ-indra yang serupa dengan yang disebabkan oleh kehadiran-aktual dari fenomena-yang-dapat-di-indra.

Memori (ingatan) didefinisikan sebagai kepemilikan permanen gambar-sensorik sebagai salinan yang merepresentasikan objek yang ditunjuk oleh gambar itu.

Pengumpulan atau pemanggilan kembali sisa memori (ingatan) ke dalam pikiran, bergantung pada hukum yang mengatur asosiasi-gagasan-gagasan kita.

Kita melacak asosiasi-asosiasi dengan mulai memikirkan objek yang disajikan pada kita, lalu mempertimbangkan apa yang serupa, bertentangan atau bersebelahan.

Pikiran adalah sumber dari prinsip-prinsip-pertama pengetahuan.

Pikiran dipertentangkan dengan indra sejauh sensasi-sensasi adalah dibatasi-dan-individual sedang pikiran adalah bebas-dan-universal.

Selain itu, sementara indra berkaitan dengan fenomena dari aspek-material-dan-konkret, pikiran berkaitan dengan aspek-abstrak-dan-ideal.

Tapi meskipun pikiran itu sendiri merupakan sumber gagasan-umum, tetapi hal itu hanya berupa potensi.

Karena, gagasan-umum itu sampai pada pikiran hanya dengan proses perkembangan/pembangunan di mana secara bertahap gagasan-umum itu memakai indra di dalam pikiran, dan menyatu dan menafsirkan presentasi-indra.

Kerja pikiran ini ketika memikirkan mengarah pada pertanyaan : Bagaimana pikiran-yang-immaterial bisa menerima benda-benda-material ?

Itu hanya mungkin berdasarkan adanya beberapa kesamaan-semu antara pikiran dan benda-benda.

Aristoteles mengenali pikiran-aktif yang menciptakan objek-pikiran.

Hal ini dibedakan dari pikiran-pasif yang menerima, menggabungkan dan membandingkan objek-objek-pikiran.

Pikiran-aktif membuat dunia yang dapat dipahami dengan akal-budi, dan menganugerahkan materi-materi-pengetahuan berupa gagasan atau kategori yang membuat mereka dapat diakses oleh pikiran.

Ini sama seperti matahari berkomunikasi dengan objek-material yang bersinar, tanpa ada warna tertentu yang tidak terlihat, dan penglihatan tidak akan mempunyai objek.

Oleh karena itu, pikiran terhadap jiwa manusia, Aristoteles menggambarkan-nya sebagai berasal dari luar, dan hampir tampaknya mengidentifikasinya dengan Tuhan sebagai pemikir-abadi yang hadir-dimana-mana.

Bahkan pada manusia, singkatnya, pikiran menyadari adanya suatu karakteristik-esensial dari pikiran-absolut yaitu kesatuan-pikiran sebagai subjek dengan pikiran-pikiran sebagai objek.



Sumber :
http://www.iep.utm.edu/aristotl/#H6
Pemahaman Pribadi



No comments:

Post a Comment