Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Thursday, May 21, 2020

Filsafat Analitik 2 : Revolusi oleh Moore dan Russell - Realisme Cambridge dan Perubahan Linguistik


Aliran filsafat-analitik telah mendominasi dunia filsafat-akademis di berbagai wilayah, terutama Inggris-Raya dan Amerika-Serikat, sejak awal abad ke-20.

" Saat itu menjelang akhir tahun 1898 ", tulis Bertrand Russell.

" Bahwa Moore dan saya memberontak melawan keduanya, baik Kant maupun Hegel. Moore yang memandu jalan, tetapi saya mengikuti sangat dekat jejak-jejak langkah kakinya... . Saya merasa... sebuah kemerdekaan yang luar-biasa, seolah saya terbebas dari rumah yang panas ke sebuah tanjung terbuka dengan desir hembusan angin yang kencang. Dalam kegembiraan pertama dari kebebasan ini, saya menjadi seorang realis yang lugu dan bersuka ria dalam sebuah pikiran bahwa rumput-rumput adalah benar-benar hijau. " (Russell 1959, 22)

Peristiwa penting dalam sejarah intelektual yang dimiliki Russell ini, berubah menjadi penentu bagi sejarah filsafat abad 21 secara keseluruhan. Karena, adalah pemisahan yang revolusioner dari Idealisme-Inggris ini ----suatu aliran / ajaran pemikiran filosofi yang paling berpengaruh di universitas-universitas Inggris---- yang telah melahirkan filsafat-analitik dan menetapkan-nya pada jalur untuk menggantikan keduanya baik Idealisme juga filsafat sebagai konsepsi dan praktek-praktek tradisional.

Untuk memahami rasa suka-cita Russell pada saat pemberontakan itu, pertama-tama seseorang harus mengetahui sesuatu tentang dirinya dan juga mengenai Idealisme-Inggris. Mari kita mulai dengan Idealisme-Inggris.

Pada akhir abad ke-20, F.H. Bradley, Bernard Bosanquet, dan J.M.E. McTaggart adalah pemuka-pemuka dari para penganut Idealisme-Inggris. Mereka berpendapat, dunia meski secara naif menampak-kan diri kepada kita sebagai suatu kumpulan dari objek-objek individual yang terpisah-pisah / diskrit ( burung ini, meja itu, bumi dan matahari dan seterusnya ), dunia adalah benar-benar suatu kesatuan-keseluruhan yang tidak dapat dibagi, yang bersifat mental atau spiritual atau ideal dan bukan material. Oleh karena itu, Idealisme-Inggris merupakan merek dari metafisika-monisme tetapi bukan suatu bentuk materialisme, sebuah bentuk lain yang terkemuka dari metafisika-monisme. Idealisme-Inggris juga merupakan suatu bentuk, apa yang akan kita sebut sekarang ini sebagai anti-realisme. Karena Idealisme-Inggris berpendapat bahwa dunia-naif atau dunia-pengalaman-keseharian kita adalah sesuatu semacam ilusi. Pendapat Idealisme-Inggris bukanlah bahwa objek-objek dari pengalaman-biasa kita adalah tidak-ada tetapi bahwa objek-objek itu adalah tidak-terpisah-pisah-secara-individual seperti yang biasa kita alami / terima.

Sebaliknya setiap objek adalah ada (eksis) dan ada-nya setidaknya dikarenakan bediri / berada dalam relasi-nya dengan benda-benda-lain, lebih tepatnya dengan semua-benda-benda-lain. Pengertian itu adalah apa yang disebut sebagai doktrin relasi-relasi-internal. Karena dalam pandangan ini, apa-pun-yang-ada sekaligus ada hanya dikarenakan dalam relasi-nya dengan segala-ada-yang-lain, adalah menyesatkan untuk mengatakan satu-benda-apapun adalah 'ada-sederhana' ( simpliciter ) yaitu ada-yang-sendirian, ter-isolasi dan tanpa-relasi dengan ada-yang-lain. Satu-satunya benda yang ada-sederhana adalah kesatuan-keseluruhan yaitu keseluruhan-jaringan dari objek-objek yang saling berhubungan dengan pasti. Sesuai dengan pandangan itu, para Idealis meyakini bahwa tidak-ada pernyataan mengenai suatu objek yang ada-ter-isolasi yang benar-benar-sederhana ( simpliciter ) karena dalam pandangan mereka, berbicara tentang sebuah objek-ter-isolasi akan mengabaikan bagian-kebenaran yang lebih-besar mengenai-nya sebutlah relasi-relasi-nya dengan segala-sesuatu-ada-yang-lain.

Filsafat-analitik diawali ketika Moore dan kemudian Russel mulai untuk membela / mempertahankan suatu realisme-komprehensif mengenai sesuatu yang oleh Moore disebut sebagai pandangan yang 'masuk-akal' atau 'biasa' ( common-sense atau ordinary ) terhadap dunia. Hal ini melibatkan suatu pluralisme-metafisis yang sangat menarik, suatu keyakinan bahwa terdapat banyak hal yang ada-secara-sederhana. Meski demikian bukanlah pluralisme ini atau bukan pula isi-apapun dalam pandangan-pandangan filosofinya yang telah menginspirasi gerakan analitik. Tetapi cara-dan-idiom Moore dalam melakukan filsafat.

Pertama, Moore menolak bangunan-sistem atau membuat sintesa-besar dalam pandangan-pandangannya, namun lebih tertarik untuk memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan filosofi yang didefinisikan secara sempit yang dipegang dalam sebuah isolasi.

Kedua, ketika Moore meng-artikulasi-kan realisme-nya, dia juga melakukannya dalam idiom 'proposisi' dan 'makna'. Disana terdapat suatu ambiguitas yang tidak-biasa seperti apakah idiom itu merupakan suatu hal mengenai bahasa atau tentang mental.

Dalam kasus Moore, terminologi itu semakin ambigu karena dua alasan.

Pertama, pandangan-pandangannya mengenai 'proposisi' sangat mirip dengan pandangan standar dalam filsafat Austro-Jerman dari Bolzano dan Lotze hingga Husserl yang menurut pandangan itu 'proposisi' dan 'makna' mempunyai eksistensi Ideal ----semacam eksistensi yang secara tradisional berasal dari teori Forma-Plato. Hal tersebut tampak menunjukan bahwa Moore memperoleh gagasan itu dari membaca dalam tradisi Austro-Jerman. (cf. Bell 1999, Willard 1984).

Kedua, disamping kemiripan yang sangat kuat dengan pandangan-pandangan Austro-Jerman, adalah jelas bahwa di tahap awal pemikiran Moore 'proposisi' dan 'makna' bukanlah ideal atau mental atau bahasa, tetapi nyata dalam pengertian 'seperti-benda'. Bagi Moore dan pada pandangan awal Russell 'proposisi' dan 'makna' adalah identik dengan objek-objek-biasa seperti meja, kucing atau seseorang. Untuk pandangan yang lebih khusus ini, baca artikel Moore, Bagian 2b di bawah.

Kompleksitas metafisis yang dalam, yang melekat pada pandangan Moore, sebagian besar dilewati atau diabaikan oleh pengikut-pengikutnya yang lebih muda sekarang ini, mereka tertarik kepada bentuk cara-berfilsafat daripada kepada isi filsafatnya. Mengambil aspek-bahasa dari 'proposisi' dan 'makna' menjadi lebih penting dari aspek-lainnya mereka memandang Moore sebagai pendukung atau pendorong sebuah pendekatan bahasa terhadap filsafat. Bersama dengan kencenderungan untuk menghadirkan persoalan-persoalan filosofi yang ter-isolasi daripada membangun sebuah sistem-besar, keduanya membangkitkan paham bahwa Moore telah memberontak tidak hanya melawan Idealisme-Inggris tetapi juga melawan filsafat-tradisional pada skala-besar.

Meskipun Moore kemudian menunjukan bahwa tidak-ada yang khusus bahasa mengenai filsafatnya, konsepsi bahasa dari metode Moore bukanlah tanpa-dasar. Sebagai contoh dalam sebuah tulisan yang terkenal berjudul “A Defense of Common Sense” (Moore 1925), Moore tampak berpendapat bahwa pandangan akal-sehat ( common-sense ) terhadap dunia adalah dibangun dalam pengertian bahasa kita sehari-hari, dengan demikian jika seorang filsuf bermaksud untuk mengatakan bahwa keyakinan terhadap akal-sehat ( common-sense ) adalah keliru, maka sang-filsuf disini membatalkan / menolak medium yang sesungguhnya dengannya dia menyatakan dirinya dan berbicara baik secara equivokal atau non-sensikal.

Persoalan Moore berawal dengan pengamatan bahwa kita mengetahui banyak benda-benda disamping fakta bahwa kita tidak-mengetahui bagaimana mengetahui benda-benda itu. Diantaranya seperti yang disebut Moore sebagai 'keyakinan pada akal-sehat' ( common-sense ), adalah semacam proposisi-proposisi seperti pernyataan berikut :

" Saat ini ada tubuh seorang yang hidup, yaitu tubuh-saya. "

" Selama tubuh-saya-ini telah terlahir, ia berkontak dengan permukaan bumi atau tidak-jauh dari permukaan bumi ." dan

" Saya seringkali mempersepsi keduanya baik tubuh-saya-ini juga benda-benda-lain yang membentuk bagian dari lingkungan-nya, termasuk tubuh-tubuh manusia lain. " (Moore 1925; in Moore 1959: 33).

Kita dapat menyebut pernyataan-pernyataan di atas sebagai 'proposisi-proposisi akal-sehat' ( common-sense ).

Moore berpendapat bahwa setiap proposisi-akal-sehat ( common-sense ) memiliki sebuah 'makna-biasa' ( ordinary-meaning ) yang menentukan secara tepat apa-yang-diketahui oleh seseorang ketika seseorang mengetahui bahwa proposisi itu adalah benar. Makna-biasa ini sangatlah jelas bagi hampir semua orang, kecuali bagi beberapa filsuf-skeptis yang tampak berpikir bahwa pertanyaan :

" Percayakah anda bahwa bumi ini telah ada beberapa tahun yang lalu ? "

bukanlah sebuah pertanyaan-sederhana yang jelas-dan-biasa yang dapat dipenuhi dengan jawaban " Ya " atau " Tidak " atau dengan jawaban " Saya tidak bisa memutuskan percaya atau tidak-percaya. "

melainkan suatu-pertanyaan yang dapat dijawab memadai dengan :

" Semua tergantung pada apa yang anda maksud dengan 'bumi' , 'ada' dan 'beberapa tahun'... " (Moore 1925; in 1959: 36)

Moore berpendapat bahwa untuk menyebut / mengaitkan akal-sehat ( common-sense ) ke dalam pertanyaan sejenis itu adalah tidak sesuai dengan pemakaian-standar karena makna-biasa dari suatu proposisi-akal-sehat ( common-sense ) adalah jelas-dan-sederhana bagi semua pemakai-bahasa yang kompeten. Sehingga untuk menanyakan makna-nya dan untuk mengajukan bahwa itu memiliki makna-yang-berbeda adalah sebuah kepura-puraan / kepalsuan. Bahkan, karena ikatan dengan kemampuan intelek, makna-makna-biasa dari proposisi-akal-sehat ( common-sense ) tampak tetap, filsuf harus menerimanya sebagai titik awal untuk refleksi-filosofis. Oleh karena itu tugas dari seorang filsuf bukanlah untuk bertanya kebenaran dari proposisi-akal-sehat ( common-sense ) tetapi untuk menyediakan 'analisis' atau penjelasan yang benar.

Pemakaian Moore pada istilah 'analisis' dalam pengertian di atas merupakan sumber dari penamaan / sebutan 'filsafat-analitik'. Pada awal sejarah analitik, analisis Moorean diterima sebagai sebuah persoalan dari suatu proposisi-akal-sehat ( common-sense ) sedemikian hingga menghasilkan pandangan yang lebih besar yang di dalamnya pertanyaan itu sudah-jelas dan tak-bisa-dipertanyakan lagi.

Sebagai contoh sekali seseorang menjelaskan makna dari 'saudara' dengan mengatakan seorang saudara adalah ' seorang lelaki yang memiliki hubungan-darah ' atau dengan mengatakan maknanya sebagai saudara-lelaki-sedarah maka dia mungkin mengatakan bahwa melihat sebuah tangan berarti mengalami sebuah objek-eksternal tertentu --yang sama-persis dengan pendapat Moore dalam tulisan karyanya “ Proof of an External World ” (Moore 1939).

Argumen dari esai itu berjalan sebagai berikut. Pernyataan :

" Ini adalah sebuah tangan. " adalah sebuah proposisi-akal-sehat ( common-sense ) dengan makna-biasa. Menggunakannya sesuai dengan makna-biasa itu, dengan menyajikan / menunjukan tangan untuk inspeksi adalah bukti yang memadai bahwa proposisi itu adalah benar --bahwa di sana benar-benar ada sebuah tangan. Tetapi sebuah tangan, sesuai dengan makna-biasa dari kata 'tangan' adalah sebuah 'objek-material', menurut makna-biasa dari 'objek-material' adalah sebuah 'objek-eksternal', yaitu sebuah objek yang tidak hanya ada dalam pikiran kita. Sehingga, jika kita dapat membuktikan bahwa di sana ada sebuah tangan, dan jika sebuah tangan adalah 'objek-eksternal', maka di sana ada sebuah 'dunia-eksternal', sesuai dengan makna-biasa dari 'dunia-eksternal'

Contoh-contoh di atas berasal dari karyanya yang ditulis pada paruh kedua masa karir Moore, tetapi metode-bahasa-nya dapat ditangkap lebih awal lagi, dalam karya-karyanya kembali ke masa akhir 1800 ----periode ketika pemberontakan-nya melawan Idealisme. Bahkan dalam tulisan pertama Moore yang paling berpengaruh berjudul " The Nature of Judgment " (Moore 1899), dapat ditemukan Moore sangat memberi perhatian terhadap 'proposisi-proposisi' dan 'makna-makna'.

Dalam karya-tulis perayaannya berjudul “ The Refutation of Idealism ” (Moore 1903b), Moore menggunakan analisis-bahasa untuk berdebat melawan slogan para Idealis " Esse est percipi " : ada / menjadi adalah ada / menjadi diketahui ( to be is to be perceived ). Moore membaca slogan itu sebagai sebuah definisi atau apa yang kemudian disebut olehnya, suatu analisis : persis-sama seperti ketika kita mengatakan 'bujangan' berarti 'seorang lelaki yang tidak / belum menikah', sehingga para Idealis menyatakan 'ada / menjadi' berarti 'ada / menjadi diketahui'. Meskipun demikian, jika setiap bagian-kecil dari rangkaian-bahasa itu memiliki makna yang sama, Moore berpendapat, menjadi tidak-perlu / sia-sia untuk menyatakan bahwa keduanya adalah identik, sama-persis seperti tidak-perlu untuk menyatakan 'seorang-bujangan adalah seorang-bujangan'. Fakta bahwa para Idealis melihat suatu kebutuhan untuk menyatakan suatu rumusan mengungkapkan bahwa terdapat sebuah perbedaan dalam makna dari 'ada / menjadi' dan 'ada / menjadi diketahui' dan oleh karenanya juga merupakan suatu perbedaan pada masing-masing fenomena.

Mungkin argumen yang berpusat-pada-makna dari Moore yang paling terkenal adalah 'argumen-pertanyaan-terbuka' dalam karyanya  " Principia Ethica " (Moore 1903a). Argumen-pertanyaan-terbuka untuk menunjukan bahwa adalah sebuah kesalahan untuk menentukan definisi 'baik' dalam pengertian apapun selain dirinya-sendiri. Apapun definisi dari 'baik' katakanlah 'kebaikan adalah kesenangan', adalah masuk-akal untuk menanyakan apakah kebaikan benar-benar merupakan hal yang menyenangkan ( atau apakah kebaikan sudah diidentifikasikan dengan kesenangan ), sehingga setiap upaya melakukan pendefinisian menyisakan sebuah pertanyaan-terbuka seperti untuk menanyakan apa itu 'baik' yang sesungguhnya. Hal ini juga karena setiap klaim definisi gagal untuk menangkap makna dari 'baik'.

Semua persoalan di atas menunjukan bukti apa yang menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam karya filosofi Moore, sebutlah metode-analisis-nya yang oleh banyak pengikutnya sekarang ini diterima / diambil menjadi analisis-bahasa. Sebagai contoh Norman Malcolm mewakili pandangan-standar dari Moore hampir sepanjang abad dua puluh ketika dia mengatakan bahwa :

" Esensi dari teknik Moore dalam membuktikan kesalahan pernyataan-pernyataan filosofis tersusun dalam penunjukan bahwa pernyataan-pernyataan itu berjalan / bekerja melawan bahasa-biasa. " (Malcolm 1942, 349).

Dalam esai yang sama, dia berlanjut untuk melekatkan seluruh warisan filosofi Moore ke dalam metode-linguistik-nya.

Peranan sejarah yang besar Moore terbangun dalam fakta bahwa dia mungkin filsuf-pertama yang mengenali bahwa setiap pernyataan-filosofis apapun yang melanggar bahasa-biasa adalah keliru dan secara konsisten terus membela bahasa-biasa melawan para perusak filosofis-nya.

Malcolm tidak keliru untuk mencatat kebaruan-dan-orisinalitas dari pendekatan Moore. Meskipun terkadang filsuf-filsuf sebelumnya telah berfilsafat mengenai bahasa dan dalam melakukan filsafat sangat memberi perhatian kepada bagaimana bahasa digunakan, tak seorangpun yang pernah berpendapat bahwa cara-berfilsafat itu sendiri hanyalah sebuah persoalan tentang menganalisa-bahasa.

Tentu saja, Moore juga tidak berpendapat seperti itu, tetapi apa yang sesungguhnya dilakukan Moore sebagai seorang filsuf tampaknya untuk membuat pernyataan yang tidak-perlu dalam praktek, dia tampak melakukan persis seperti apa yang telah dikatakan Malcolm.

Sehingga membutuhkan waktu beberapa lama bagi komunitas-filosofi untuk mewujudkan-nya, yang pada akhirnya menjadi jelas bahwa metode-bahasa baru ini dipelopori oleh Moore, yang telah menetapkan secara sah sebuah pemisahan-radikal tidak hanya dengan Idealisme-Inggris tetapi juga tradisi-filosofi yang lebih besar itu sendiri.

Secara umum, filsafat dipahami secara tradisional sebagai praktek penalaran tentang dunia. Tujuannya adalah untuk memberikan / menghasilkan suatu logos ----sebuah penjelasan yang koheren secara rasional---- terhadap dunia dan bagian-bagiannya dalam beragam tingkatan dari granularitas, namun pada akhirnya sebagai sebuah-keseluruhan dan pada tingkatan yang paling-umum

Tentu saja, juga terdapat aspek-aspek-lain dari proyek tersebut, tetapi ini adalah jantung dari proyek itu. Meski demikian bersama Moore filsafat tampak dituangkan / disusun kembali sebagai praktek dari analisis-bahasa yang diterapkan pada persoalan-persoalan yang ter-isolasi. Oleh karena itu, kabangkitan filsafat-analitik dipahami sebagai perkembangan yang relatif kontinyu dari sebuah ajaran-baru-filsafat yang bersumber dari titik-balik-perubahan kearah filsafat-bahasa Moore, yang pada akhirnya dikenal tidak hanya sebagai bangkitnya dari ajaran filosofi lain, tetapi sebagai bagian secara keseluruhan dari sebuah 'revolusi dalam filsafat' dalam skala besar. (See Ayer et al. 1963 and Tugendhat 1982.)



Sumber :
https://www.iep.utm.edu/analytic/#H1
Pemahaman Pribadi





No comments:

Post a Comment