c. Kualitas Primer dan Sekunder : Dapatkah Kita Mengetahui Kualitas Primer ?
Locke mengajukan pendapat bahwa ada suatu kualitas-primer dan kualitas-sekunder pada sebuah benda. Menurut perbedaan yang dikemukakan Locke, kesan-kesan-subjektif yang kita miliki adalah tidak-sesuai dengan realitas-objektif-apa-pun dalam benda-benda-yang-di-persepsi oleh kita.
Sebagai contoh, tidak-ada persepsi kita terhadap suara yang-seperti vibrasi-vibrasi fisik aktual yang kita ketahui sebagai asal-penyebab dari pengalaman-subjektif kita. Tidak-ada persepsi kita terhadap warna yang-seperti kombinasi-kombinasi kompleks dari bermacam frekuensi radiasi elektromagnetik yang kita ketahui sebagai asal-penyebab persepsi kita terhadap warna.
Locke menegaskan bahwa melalui sain, kita dapat mencapai/memperoleh pengetahuan mengenai karakteristik-primer suatu objek yang dimiliki-dalam-diri-nya-sendiri.
Dia berkata, sain mengajarkan kepada kita, suara seperti-yang-di-persepsi oleh kita tidak-ada dalam objek itu sendiri sedangkan dimensi spasial (ruang), masa, durasi, gerak dan lain-lain adalah ada-di-dalam objek itu sendiri.
Untuk menanggapi pendapat ini, seseorang dapat menyatakan bahwa, melalui sain kita mengetahui bahwa penyebab tidak-ada-sesuatu-pun-dalam-objek yang sesuai dengan kesan-kesan-subjektif kita tidak-lain adalah sifat-objektif-yang-sebenarnya dari objek itu sendiri.
Sehingga pendekatan Locke mengarah kepada optimisme terhadap pengetahuan-objektif sebagai contoh pengetahuan tentang hal/benda yang tidak-bergantung pada persepsi-persepsi kita kepada-nya.
d. Skeptisisme terhadap Pengetahuan tentang Realitas-Objektif
Dalam menanggapi terhadap garis penalaran yang diajukan Locke, untuk menandai/menyebut objektivitas-murni Immanuel Kant menggunakan ekspresi/ungkapan/istilah 'benda-dalam-dirinya-sendiri' (the things-in-itself).
Benda-dalam-dirinya-sendiri adalah objek seperti ada-nya-dalam-diri-nya-sendiri, yang tidak bergantung pada sifat-sifat persepsi-subjektif apa-pun terhadap-nya.
Sementara Locke optimis terhadap pengetahuan-saintifik mengenai karakterisitik-objektif-yang-sesungguhnya (primer) dari benda-benda, Kant dipengaruhi oleh argumen-argumen skeptis dari David Hume yang menyatakan bahwa kita tidak-dapat mengetahui apa-pun mengenai sifat-sifat-sesungguhnya dari 'benda-dalam-dirinya-sendiri' selain bahwa itu ada.
Menurut Kant pengetahuan-saintifik adalah pengetahuan-sistematik mengenai sifat-sifat benda sebagai benda yang menampakan-diri kepada kita dan tidak sebagai 'benda-dalam-diri-nya sendiri'.
Menggunakan perbedaan yang dikemukakan oleh Kant, kesepakatan-antar-subjek tidak hanya tampak menjadi bukti-terbaik yang dapat dimiliki kita mengenai kebenaran-objektif tetapi merupakan penyusun kebenaran-objektif-itu sendiri. (Ini mensyaratkan suatu kesepakatan-antar-subjek yang sempurna secara teoritis di bawah kondisi-kondisi ideal)
Berawal dari asumsi bahwa kita dapat memiliki pengetahuan hanya untuk benda-benda yang tampak dalam pengalaman-subjektif, pengertian yang masuk akal untuk istilah objektif akan menjadi penilaian-penilaian yang terhadapnya dapat dicapai kesepakatan-antar-subjek yang universal. Bila secara alternatif kita memutuskan untuk membatasi istilah objektif kepada 'benda-dalam-diri-nya-sendiri' maka, menurut Kant tidak akan ada pengetahuan-objektif. Pemahaman tentang objektivitas oleh karenanya menjadi tidak berguna, bahkan mugkin tidak bermakna sama sekali (katakanlah bagi seorang yang melakukan verifikasi).
Menghadapi setiap serangan skeptisime pengetahuan terhadap realitas-objektif dalam pengertian yang kaku dan ketat, kita harus menggaris-bawahi bahwa pemahaman tentang ada-nya suatu realitas-objektif adalah tidak-bergantung kepada sikap khusus apa-pun terhadap prospek/kemungkinan kita untuk dapat mengetahui realitas-objektif-itu dalam pengertian objektif apapun.
Dengan kata lain, seseorang sepakat bahwa gagasan suatu realitas-objektif, yang ada-seperti-ada-nya terlepas dari persepsi-subjektif-apa-pun terhadap-nya, tampak masuk akal bahkan bagi setiap orang diantara kita yang memegang sedikit harapan untuk dapat mengetahui bahwa ada realitas semacam itu atau mengetahui apa-pun secara objektif mengenai suatu realitas semacam itu.
Mungkin situasi kemanusiaan kita sedemikian rupa sehingga kita tidak dapat mengetahui apa-pun yang melampaui pengalaman kita. Mungkin kita (setiap diri kita secara individual) dibatasi oleh teater/pertunjukan dari pikiran-pikiran kita sendiri. Namun demikian kita dapat menangkap konsep apa makna menyatakan sebuah realitas-objektif yang melampaui arus pengalaman-pengalaman kita.
Sumber:
https://www.iep.utm.edu/objectiv/#SH2c
Pemahaman Pribadi
No comments:
Post a Comment