a. Dapatkah kita mengetahui realitas-objektif ?
Subjektif terutama dicirikan kepada pikiran-yang-mem-persepsi. Objektif dicirikan terutama oleh ekstensi-fisik ke dalam ruang dan waktu.
Beberapa perbedaan paling sederhana antara penilaian-subjektif dan realitas-objektif di-ilustrasi-kan dengan baik oleh contoh yang dikemukakan John Lock dengan seseorang yang mencelupkan tangan-kiri-nya ke dalam air-es sementara tangan-kanan-nya ke dalam air-panas untuk beberapa saat. Selanjutnya, ketika ia memasukan kedua-tangan-nya ke dalam ember yang berisi air-hangat yang suam-suam-kuku, ia sekaligus mengalami dua pengalaman-subjektif yang saling-bertentangan secara bersamaan dan satu realitas-objektif yang sama. Tangan-kiri-nya merasa dingin dan tangan-kanan-nya merasakan panas. Oleh karenanya pikiran seseorang yang mem-persepsi suatu objek dapat menangkap kesan-kesan yang sangat berbeda secara bersamaan dan beriringan dari suatu objek-tunggal.
Dari pengalaman tersebut, tampak akan sesuai bahwa dua pikiran yang berbeda dapat memiliki kesan-kesan yang sangat berbeda terhadap suatu objek-tunggal. Begitulah dua orang dapat memasukan masing-masing tangan-nya ke dalam air yang sama. Satu orang menggambarkannya sebagai air-yang-dingin dan orang yang lain menggambarkan sebagai air-yang-panas. Atau lebih masuk akal lagi, dua orang melangkah keluar rumah, satu orang menggambarkan cuaca di luar yang dingin sedang orang yang lain cuaca yang sejuk.
Kemudian kita melawankan dengan sebuah tantangan epistemologis, apakah dan jika bisa bagaimana, kesan-kesan subjektif dapat menuju kepada pengatahuan realitas-objektif. Seorang 'skeptis' mengajukan pendapat bahwa pengetahuan kita adalah terbatas pada dunia kesan-kesan-subjektif yang kita miliki, yang membuat kita tidak akan memiliki pengetahuan realitas-objektif sebagai benda-dalam-dirinya-sendiri.
b. Apakah kesepakatan-antara-subjek menunjukan pengetahuan-objektif ?
Pengukuran adalah dugaan suatu alat untuk mencapai penilaian-objektif, sebuah penilaian yang setidaknya memiliki kemungkinan-tinggi untuk menyatakan kebenaran mengenai realitas-objektif.
Dengan pengukuran, suatu penilaian-objektif terhadap cuaca, yang sangat-berbeda dengan dua gambaran-subjektif yang saling-bertentangan pada contoh di atas (dingin atau sejuk), akan menggambarkan cuaca sebagai katakanlah udara bersuhu 20 C (68 F).
Penilaian ini dihasilkan dari pemakaian suatu alat ukur. Alat ukur tidaklah seperti dua subjek-yang-mem-persepsi objek seperti contoh di atas, dengan menggunakan fungsi termometer akan memiliki / memperoleh penilaian yang berbeda terhadap udara di luar.
Contoh dari dua orang yang memberikan laporan berbeda mengenai cuaca (dingin atau sejuk) memberi ilustrasi bahwa adanya variasi pada penilaian oleh beberapa subjek yang berbeda adalah indikator kemungkinan subjektivitas dalam penilaian-penilaian mereka.
Adanya kesepakatan/persetujuan kepada satu-penilaian diantara beberapa penilaian-subjek yang berbeda-beda misal dari contoh di atas 'udara bersuhu 20 C' seringkali diterima sebagai indikasi / petunjuk dari objektivitas.
Para filsuf biasa menyebut bentuk kesepakatan/persetujuan seperti itu sebagai kesepakatan-antar-subjek (intersubjective agreement)
Apakah kesepakatan-antar-subjek membuktikan bahwa disana ada kebenaran-objektif ?
Jawabnya adalah tidak, karena mempunyai/adanya satu atau tiga atau bahkan lebih subjek-yang-setuju dengan sebuah gambaran-subjektif, sebagai contoh, gambaran bahwa udara di luar sangat-dingin, tidak mengeluarkan kemungkinan adanya subjek-lain yang berpendapat bahwa udara di luar sama sekali tidak-dingin.
Akankah kita memiliki tingkat kecocokan yang tinggi terhadap kebenaran-objektif jika kita memiliki kesepakatan-antar-subjek dengan jumlah subjek yang sepakat banyak ?
Garis penalaran ini tampak menjanjikan, tetapi tidak bagi penelitian lain dari John Lock mengenai adanya kemungkinan perbedaan antara kesan-kesan-subjektif dan realitas-objektif.
Sumber:
https://www.iep.utm.edu/objectiv/#SH2a
Pemahaman Pribadi
No comments:
Post a Comment