Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Friday, September 6, 2019

Objektivitas 1 : Pendahuluan


Istilah 'objektivitas' dan 'subjektivitas', dalam pemakaian modern, secara umum berhubungan dengan suatu subjek yang mem-persepsi (biasanya seseorang) dan objek yang di-persepsi atau objek-objek yang tidak-di-persepsi.

Mem-persepsi berarti melakukan proses menangkap, mengenali, mengolah, menyusun, informasi-informasi-sensorik yang diterima melalui indra kemudian melakukan interpretasi/menafsir, membuat kesimpulan atau membentuk konsepsi guna memperoleh gambaran atau pengetahuan/pemahaman tentang objek-yang-di-persepsi, dunia dan lingkungan.

Objek adalah suatu 'ada' yang tidak-bergantung pada persepsi-subjek terhadap-nya (independen). Dengan kata lain, objek ada-di-luar-sana seperti ada-nya, bahkan jika tidak-ada subjek yang mem-persepsi terhadap-nya (menyadari/mengetahui/memahami keberadaan-nya). Oleh karena itu, objektivitas biasanya diasosiasikan dengan gagasan seperti realitas, kebenaran dan hal-hal-dasar-yang-diyakini.

Subjek yang mem-persepsi sebuah objek dapat mem-persepsi secara akurat atau mem-persepsi sifat-sifat objek yang sesungguhnya tidak melekat pada objek tersebut. Sebagai contoh subjek yang menderita sakit-kuning akan mem-persepsi sebuah objek sebagai berwarna-kuning meskipun objek tersebut secara aktual tidaklah berwarna-kuning. Oleh karena itu, istilah 'subjektivitas' biasanya menunjukan kemungkinan-kesalahan.

Adanya potensi ketidak-samaan secara aktual antara sifat-sifat pada kesan-kesan-indrawi (perceptual-impressions) yang ditangkap oleh subjek melalui indra dengan kualitas-kualitas-nyata sesungguhnya yang melekat pada objek yang di-persepsi memunculkan pertanyaan-pertanyaan filosofis.

Juga terdapat pertanyaan-pertanyaan filosofis mengenai sifat-dasar dari realitas-objektif dan sifat-dasar realitas pada diri-kita yang disebut juga realitas-subjektif.

Akibatnya, kita memiliki bermacam pemakaian terhadap istilah 'objektif' dan 'subjektif' dengan asal-muasal bahasa-nya yang sama untuk menyatakan ada-nya kemungkinan perbedaan antara realitas-objektif dan kesan-kesan-indrawi yang subjektif.

Para filsuf menyebut/menunjuk/mengacu kepada kesan-kesan-indrawi (perceptual-impressions) itu sendiri sebagai 'ada' yang subjektif atau objektif.

Penilaian-penilaian sebagai 'objektif' atau 'subjektif' selanjutnya menuju ke tingkatan yang berbeda-beda dan kita membagi realitas ke dalam realitas-objektif dan realitas-subjektif.

Oleh karena itu, adalah penting untuk membedakan beragam pemakaian istilah 'objektif' dan 'subjektif'.



Sumber :
https://www.iep.utm.edu/objectiv/
Pemahaman Pribadi



No comments:

Post a Comment