Banyak para filsuf menggunakan istilah 'realitas-objektif' untuk merujuk/menunjuk/mengacu kepada apa-pun yang 'ada' seperti ada-nya, yang tidak-bergantung pada suatu kesadaran apa-pun terhadap-nya (melalui persepsi, pikiran dll)
Objek-fisik umum dengan kategori tengah-tengah antara objek-objek fisik dan non-fisik (misal, warna, suara dll), kepada-nya diterapkan seperti halnya realitas pada seseorang yang memiliki kondisi-subjektif. Realitas-subjektif (ditafsirkan secara luas) kemudian akan mencakup apa-pun yang-keberadaan-nya bergantung pada suatu kesadaran terhadap-nya.
Warna-warna dan suara-suara tertentu (ketika di-persepsi) adalah contoh-utama dari suatu yang 'ada' hanya ketika terdapat kondisi-kesadaran yang sesuai/memadai untuk keberadaan-nya.
Emosi-emosi tertentu (misal, kebahagiaan saya sekarang-ini) juga tampak menjadi suatu realitas-subjektif, suatu yang 'ada' ketika seseorang merasakan-nya dan mengejar untuk 'ada' ketika perasaan (mood) seseorang berubah.
'Pengetahuan-objektif' hanya dapat mengacu kepada pengetahuan mengenai suatu realitas-objektif. Dengan demikian 'pengetahuan-subjektif' merupakan pengetahuan apa-pun tentang realitas-subjektif.
Namun demikian, terdapat pemakaian lain yang berkaitan dengan istilah objektivitas. Banyak filsuf menggunakan istilah 'pengetahuan-subjektif' hanya untuk merujuk/menunjuk/mengacu kepada pengetahuan-pada-seseorang yang memiliki kondisi-subjektif
Pengetahuan semacam itu dibedakan dari pengetahuan-seseorang terhadap kondisi-subjektif yang dimiliki orang-lain dan dari pengetahuan tentang realitas-objektif, yang keduanya menjadi pengetahuan-objektif sesuai definisi yang ada di atas.
Pengetahuan anda mengenai kondisi-subjektif yang dimiliki orang-lain dapat disebut pengetahuan-objektif karena kondisi-subjektif pada orang-lain diperlakukan/dipandang sebagai bagian dunia yang berarti suatu 'objek' bagi anda, sama-persis seperti anda dengan kondisi-subjektif yang dimiliki anda adalah bagian dari dunia yang berarti suatu 'objek' bagi orang-lain
Hal tersebut merupakan perbedaan penting dalam epistemologi (studi-filosofis tentang pengetahuan) karena banyak para filsuf tetap mempertahankan pengetahuan-subjektif dalam pengertian di atas mempunyai status-spesial.
Secara kasar, mereka menegaskan bahwa pengetahuan-seseorang yang memiliki kondisi-subjektif adalah langsung menjadi pengetahuan-subjektif, dalam pengertian bahwa pengetahuan-apa-pun selain-itu tidaklah demikian.
Akan lebih mudah untuk menunjuk/menyebut pengetahuan-pada-seseorang yang memiliki kondisi-subjektif hanya sebagai pengetahuan-subjektif. Mengikuti definisi ini, pengetahuan-objektif merupakan pengetahuan apa-pun selain pengetahuan-seseorang yang memiliki kondisi-subjektif.
Terakhir satu gaya pemakaian yang penting terhadap istilah yang berhubungan dengan objektivitas adalah berkaitan dengan karakteristik klaim-dukungan yang dimiliki pengetahuan tertentu.
'Pengetahuan-objektif' dapat menunjuk kepada klaim-pengetahuan dengan status didukung-penuh atau telah terbukti-kebenarannya. Sesuai dengan itu, 'pengetahuan-subjektif' dapat merujuk kepada klaim-pengetahuan yang tidak mempunyai dukungan atau didukung secara lemah kebenaran-nya.
Adalah lebih akurat untuk menunjuk klaim-pengetahuan sebagai penilaian-penilaian objektif dan subjektif daripada pengetahuan-objektif atau pengetahuan-subjektif, tetapi seseorang seharusnya waspada untuk penggunaan istilah 'pengetahuan' dalam konteks ini
Pemakaian di atas sesuai dengan konotasi-umum terhadap pengertian istilah 'objektivitas' sebagai kebulatan (soliditas), keyakinan/kepercayaan,akurasi, ketidak-berpihakan dan lain-lain. Sementara konotasi-umum untuk banyak pemakaian istilah 'subjektivitas ' termasuk didalamnya adalah ketidak-percayaan, bias, sebuah perspektif (personal) yang tidak lengkap dan lain-lain.
'Penilaian-objektif atau keyakinan' mengacu pada sebuah penilaian atau keyakinan yang didasarkan pada dukungan-kuat bukti-bukti secara objektif, yaitu sejumlah bukti yang akan membangkitkan-keyakinan bagi setiap ada-rasional apa-pun.
Sebuah penilaian-subjektif maka akan tampak menjadi sebuah penilaian atau keyakinan yang didukung oleh bukti-bukti yang membangkitkan-keyakinan pada beberapa ada-rasional (subjek) tetapi tidak bagi ada-rasional yang lain. Hal itu juga dapat merujuk pada sebuah penilaian yang didasarkan pada bukti yang hanya diperlukan bagi sejumlah subjek tertentu.
Yang tersebut di atas adalah pemakaian-utama untuk istilah dalam bahasan-bahasan filosofis. mari kita memeriksa beberapa persoalan-utama epistemologis terhadap objektivitas, dengan terlebih dahulu mengambil asumsi definisi-definisi yang telah disebutkan sebelumnya tentang realitas-objektif dan realitas-subjektif.
Sumber :
https://www.iep.utm.edu/objectiv/#H1
Pemahaman Pribadi
No comments:
Post a Comment