Salah satu kesimpulan utama
Descartes adalah
pikiran berbeda-sama-sekali dengan badan.
Tapi apa itu
"berbeda-sama-sekali" ? Penjelasan terbaik
Descartes terdapat dalam karyanya
Principle, Bagian 1, Bab 60.
Di sini pertama kali, ia menyatakan bahwa ini adalah
perbedaan antara dua-atau-lebih substansi.
Kedua, pengertian
berbeda-sama-sekali ditangkap ketika sebuah
substansi dapat dipahami dengan
jelas-dan-terpilah tanpa memerlukan yang lain dan sebaliknya.
Ketiga, pemahaman yang
jelas-dan-terpilah ini menunjukkan bahwa
Tuhan dapat mewujudkan apapun yang dapat dipahami dengan cara ini.
Oleh karena itu, dalam berdebat mengenai perbedaan
pikiran-dan-badan yang
berbeda-sama-sekali,
Descartes mengemukakan bahwa :
1) Pikiran adalah suatu substansi,
2) Pikiran dapat dipahami dengan jelas-dan-terpilah tanpa memerlukan substansi lain, termasuk badan, dan
3) Bahwa Tuhan dapat menciptakan substansi-pikiran (mental) dengan sendiri tanpa bantuan substansi-lain yang sudah tercipta.
Jadi
Descartes pada akhirnya berpendapat mengenai kemungkinan keberadaan
pikiran atau
jiwa tanpa
badan.
Dalam karyanya
Sixth Meditation, Descartes berpendapat bahwa
pikiran-dan-badan berbeda-sama-sekali pada dua hal.
Argumen pertama adalah dia memiliki pemahaman yang
jelas-dan-terpilah tentang
pikiran sebagai
substansi-yang-berpikir dan
yang-tidak-menempati-ruang sedang
badan sebagai
substansi-yang-menempati-ruang dan
yang-tidak-berpikir.
Jadi,
ide/gagasan masing-masing ini dapat dipahami dengan
jelas-dan-terpilah, merupakan dua hal yang saling berlawanan satu sama lain dan oleh karena itu masing-masing dapat dipahami seluruhnya dengan sendiri tanpa membutuhkan yang lain.
Dua poin harus disebutkan di sini.
Pertama,
Descartes berpendapat bahwa persepsi
jelas-dan-terpilah menunjukkan bahwa
pikiran tidak dapat berbuat apa-apa selain hanya mempercayai bahwa mereka
benar, dan karenanya
pastilah-benar karena jika
tidak-benar,
Tuhan akan
menjadi-penipu, yang itu adalah tidak mungkin.
Jadi
premis-premis argumen ini berakar kuat di dalam fondasinya untuk memperoleh
pengetahuan yang
pasti-mutlak.
Kedua, ini menunjukkan lebih jauh lagi bahwa
Descartes mengetahui,
Tuhan dapat menciptakan
pikiran-dan-badan dengan cara seperti mereka dipahami yaitu
jelas-dan-terpilah.
Karena itu,
pikiran bisa
ada tanpa
badan dan sebaliknya.
Versi kedua kemudian ditemukan dalam karyanya
Sixth Meditation di mana
Descartes berpendapat untuk memahami
ciri-karakteristik dari
badan atau
substansi-yang-menempati-ruang sebagai
dapat-di-bagi menjadi
bagian-bagian, sedangkan
ciri-karakteristik pikiran dipahami sebagai
sesuatu-yang-sangat-sederhana-dan-lengkap sedemikian hingga
tidak-tersusun dari
bagian-bagian dan karena itu
tidak-dapat-di-bagi.
Dari sini,
pikiran-dan-badan tidak-dapat memiliki
ciri-karakteristik yang
sama, karena jika
sama, maka
sebuah-substansi yang
sama akan memiliki
ciri-karakteristik dapat-dibagi sekaligus
tidak-dapat-dibagi, yang adalah tidak mungkin.
Oleh karena itu
pikiran-dan-badan harus memiliki
dua ciri-karakteristik yang berbeda-sama-sekali agar masing-masing dapat dipahami dengan sendiri tanpa memerlukan yang lain.
Meskipun di sini
Descartes tidak membuat kesimpulan lebih lanjut sampai pada kesimpulan bahwa
pikiran-dan-badan adalah
dua-substansi yang berbeda-sama-sekali, namun itu sesuai kemampuan masing-masing untuk dipahami dengan
jelas-dan-terpilah tanpa membutuhkan satu sama lain sehingga
Tuhan dapat menciptakan masing-masingnya tanpa yang lain.
b. Masalah Hubungan Pikiran Dan Badan
Masalah hubungan antara
pikiran-dan-badan yang terkenal berasal dari kesimpulan
Descartes bahwa antara
pikiran-dan-badan adalah
dua-substansi yang berbeda-sama-sekali.
Hal terpenting dari kesulitan yang ada terletak pada pendapat bahwa
ciri-karakteristik dari
pikiran-dan-badan yang dimiliki oleh masing-masing adalah
berbeda-sama-sekali dan dalam beberapa hal bertentangan satu sama lainnya.
Dalam penjelasan ini,
pikiran adalah
sepenuh-nya substansi-immaterial tanpa ada
substansi-yang-menempati-ruang terkandung di dalamnya.
Dan sebaliknya,
badan adalah
sepenuh-nya substansi-material tanpa sama sekali
substansi-berpikir di dalamnya.
Ini juga berarti bahwa setiap
substansi hanya bisa memiliki jenis
modus tertentu.
Misalnya,
pikiran hanya bisa memiliki
modus pemahaman atau pengetahuan,
kehendak dan dalam beberapa hal
sensasi, sedangkan
badan hanya bisa memiliki
modus ukuran, bentuk, gerak, dan
kuantitas.
Tetapi
badan tidak dapat memiliki
modus memahami, mengetahui atau
menghendaki, karena ini bukanlah
modus bagi
substansi-yang-menempati-ruang dan
pikiran tidak dapat memiliki
modus bentuk atau
gerak, karena ini bukan
modus dari
substansi-pikiran.
Kesulitan timbul ketika diperhatikan bahwa
kehendak terkadang menggerakkan
badan, misalnya,
niat untuk mengajukan pertanyaan di kelas menyebabkan terangkatnya lengan (tangan) anda, dan gerakan tertentu dalam
badan menyebabkan
pikiran memiliki
sensasi.
Tetapi bagaimana
dua-substansi dengan
ciri-karakteristik yang
berbeda-sama-sekali itu dapat berinteraksi secara
kausalitas ?
Pierre Gassendi dalam
keberatan-kelima dan
Putri Elizabeth dalam korespondensi dengan
Descartes keduanya mencatat masalah ini dan menjelaskannya dalam hal
kontak-dan-gerak.
Kepercayaan utama pemikiran mereka adalah
pikiran harus bisa bersentuhan dengan
badan agar bisa menyebabkan
badan bergerak.
Namun
kontak harus terjadi di antara
dua-atau-lebih permukaan, dan karena
permukaan adalah
modus substansi yang-menempati-ruang, maka
pikiran tidak dapat memiliki
permukaan.
Oleh karena itu,
pikiran tidak dapat bersentuhan dengan
badan sehingga menyebabkan beberapa anggota
badan bergerak.
Lebih jauh lagi, walaupun
Gassendi dan
Elizabeth memperhatikan bagaimana
substansi-pikiran (mental) dapat menyebabkan gerakan pada
substansi-badan, masalah serupa dapat ditemukan sebaliknya yaitu bagaimana
gerak-partikel di mata, misalnya, berjalan melalui saraf optik ke otak menyebabkan
sensasi-visual dalam
pikiran, jika tidak ada
kontak atau perpindahan
gerak yang mungkin di antara keduanya ?
Ini bisa menjadi masalah serius bagi
Descartes, karena keberadaan aktual dari
modus-sensasi dan
gerakan-fisik-sukarela yang menunjukkan
pikiran-dan-badan berinteraksi secara
kausalitas.
Tetapi
ciri-karakteristik dari
pikiran-dan-badan yang
berbeda-sama-sekali sepertinya menghalangi kemungkinan interaksi ini.
Oleh karena itu, jika masalah ini tidak dapat dipecahkan, maka bisa digunakan untuk mengartikan bahwa
pikiran-dan-badan adalah
tidak-sepenuhnya-berbeda tetapi mereka pasti memiliki
kesamaan dalam rangka memfasilitasi interaksi ini.
Perhatian yang ada pada
Elizabeth dan
Gassendi, ini akan menyarankan pendapat bahwa
pikiran adalah sebuah
substansi yang-menempati-ruang yang mampu memiliki
permukaan dan
gerak.
Oleh karena itu,
Descartes tidak benar-benar mencapai pemahaman
pikiran-dan-badan secara
jelas-dan-terpilah satu sama lain, karena
ciri-karakteristik pikiran harus mengandung
substansi-yang-nenempati-ruang atau
badan di dalamnya.
Meskipun demikian
Descartes, tampak tidak begitu memperhatikan masalah ini.
Alasan kurangnya perhatian ini adalah keyakinannya yang disampaikan kepada keduanya,
Gassendi dan
Elizabeth, bahwa masalahnya terletak pada kesalahpahaman tentang
kesatuan antara
pikiran-dan-badan.
Meskipun dia tidak menjelaskannya lebih jauh kepada
Gassendi,
Descartes memang memberikan beberapa pandangan pada surat tanggal 21 Mei 1643 kepada
Elizabeth.
Dalam surat itu,
Descartes membedakan antara berbagai
gagasan-asal.
Yang pertama adalah gagasan tentang
badan, yang mengandung pengertian tentang
bentuk-dan-gerak.
Yang kedua adalah gagasan tentang
pikiran atau
jiwa, yang mencakup persepsi dari
intelek dan kecenderungan dari
kehendak.
Yang ketiga adalah pengertian tentang
kesatuan jiwa-dengan-badan, yang bergantung pada pengertian tentang kekuatan
jiwa untuk menggerakkan
badan dan kekuatan
badan untuk menimbulkan
sensasi-dan-hasrat di dalam
jiwa.
Gagasan yang dikandung atau termasuk di dalam
pengertian-asal tentang
badan-dan-jiwa hanyalah
pengertian dari
modus yang dimiliki oleh masing-masing.
Ini menunjukkan bahwa
pengertian itu bergantung pada
gagasan-asal tentang
kesatuan jiwa-dan-badan merupakan
modus-modus dari
entitas yang dihasilkan oleh penyatuan itu.
Ini juga berarti bahwa
manusia adalah
satu-substansi, bukanlah
dua-substansi yang berinteraksi secara
kausalitas melalui
kontak-dan-gerak seperti dalam pendapat
Elizabeth dan
Gassendi.
Tetapi,
manusia adalah
jiwa yang disatukan dengan
badan, yang akan menjadi
keseluruhan yang melebihi jumlah semua
bagian-bagian-nya.
Dengan demikian,
pikiran atau
jiwa adalah sebuah
bagian yang memiliki kapasitas sendiri dengan
modus-intelek dan
kehendak.
Badan adalah sebuah
bagian yang memilik kapasitas sendiri juga dengan
modus ukuran,
bentuk, gerak dan
kuantitas.
Dan
kesatuan pikiran-dan-badan atau
manusia, memiliki kapasitas seperangkat/semua
modus-modus di atas dan melampaui kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing
bagian itu sendiri.
Pada penjelasan ini,
modus gerakan-badan-sukarela tidak akan menjadi
modus dari
badan sendiri akibat interaksi
kausalitas-mekanis-nya dengan
substansi-pikiran (mental), namun justru merupakan
modus-keseluruhan dari
manusia sebagai
kesatuan.
Penjelasan tentang, misalnya, mengangkat lengan (tangan) akan ditemukan dalam penjelasan tentang
prinsip-memilih yang terdapat di dalam
ciri-karakteristik manusia dan
sensasi adalah sama merupakan
modus dari
keseluruhan-manusia.
Oleh karena itu,
manusia akan menyebabkan dirinya
bergerak dan akan memiliki
sensasi dan oleh karena itu, masalah
interaksi-kausalitas antara
pikiran-dan-badan dapat dihindari sama sekali.
Akhirnya, di penjelasan yang digambarkan di sini,
manusia, menurut
Descartes sebenarnya adalah
satu-substansi-keseluruhan, sementara
pikiran-dan-badan adalah
bagian-bagian-nya yang dapat diciptakan
Tuhan secara independen satu sama lain.
Namun demikian, poin terakhir harus dibuat sebelum menutup bagian ini.
Posisi dari pendapat
Descartes yang digambarkan dalam beberapa paragraf sebelumnya bukanlah pandangan umum di kalangan ilmuwan dan membutuhkan lebih banyak pembenaran daripada yang bisa diberikan di sini.
Sebagian besar ilmuwan memahami doktrin
Descartes tentang
berbeda-sama-sekali antara
pikiran-dan-badan adalah dengan cara yang sama seperti
Elizabeth dan
Gassendi melakukan hal itu sehingga
manusia diyakini
bukanlah satu-substansi-keseluruhan tetapi
dua-substansi yang entah bagaimana secara
mekanis saling berinteraksi.
Ini juga berarti bahwa mereka menemukan masalah
hubungan pikiran-dan-badan menjadi kelemahan keseluruhan filsafat
Descartes yang serius, jika tidak fatal.
Namun, manfaat dari penjelasan singkat yang diberikan di sini adalah hal itu membantu menjelaskan kurangnya perhatian
Descartes terhadap masalah ini dan pendapatnya yang terus-menerus tentang pemahaman
kesatuan pikiran-dan-badan akan menarik perhatian orang lain terhadap
interaksi-kausalitas melalui
kontak-dan-gerak antara
pikiran-dan-badan.
Sumber:
http://www.iep.utm.edu/descarte/#H1
Pemahaman Pribadi