Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Monday, August 14, 2017

Rene Descartes 9 : Sensasi Dan Hasrat


a. Sensasi Dan Hasrat

Dalam karyanya yang diterbitkan terakhir, Passions of the Soul, Descartes memberi penjelasan mengenai bagaimana berbagai gerakan dalam badan menyebabkan munculnya sensasi-dan-hasrat di dalam jiwa.

Dia memulai dengan melakukan beberapa pengamatan terhadap hubungan-pikiran-dan-badan.

Descartes menyatakan bahwa :

" Keseluruhan-pikiran berada di dalam keseluruhan-badan dan keseluruhan-pikiran berada di dalam setiap-bagian-bagian-nya. "

Tempat-duduk-utama-nya berada di dalam kelenjar-kecil-dipusat-otak yang sekarang dikenal sebagai kelenjar-pineal.

Descartes tidak menyatakan secara eksplisit tentang apa yang dimaksud dengan :

" Keseluruhan-pikiran berada di dalam keseluruhan-badan dan keseluruhan-pikiran berada di dalam setiap-bagian-bagian-nya " .

Tetapi ini bukan cara yang tidak biasa untuk mencirikan bagaimana jiwa dipersatukan dengan badan pada zaman Descartes.

Inti utamanya adalah jiwa membuat sebuah badan-manusia benar-benar menjadi manusia.

Artinya, jiwa membuat suatu badan-manusia menjadi sebuah badan-manusia-yang-hidup dan bukan hanya sebuah mayat belaka.

Mengingat penggunaan frase ini yang tidak dijelaskan oleh Descartes, adalah masuk-akal untuk menganggap bahwa ia menggunakan frase itu seperti cara orang-orang sezamannya memahaminya.

Sehingga pikiran yang dipersatukan dengan seluruh-badan dan keseluruhan-pikiran berada di dalam setiap-bagian-bagian-nya itu dipahami sebagai jiwa atau prinsip-kehidupan.

Dengan demikian, penyatuan badan dengan jiwa menjadikannya sebagai sebuah badan-manusia-yang-hidup (Descartes menyebutnya badan manusia, dalam surat Descartes kepada Mersenne tertanggal 9 Februari 1645).

Tempat-duduk-utama-nya yang disebut kelenjar-pineal, adalah tempat dimana jiwa melakukan fungsi-fungsi utamanya, merupakan titik dimana pikiran, dalam beberapa hal, dipengaruhi oleh badan.

Descartes mempertahankan lebih jauh pendapatnya bahwa semua sensasi bergantung pada saraf, yang membentang dari otak hingga bagian badan yang paling jauh/luar dalam bentuk serat-kecil yang terbungkus oleh selaput-seperti-pipa.

Serat-serat ini melayang dalam sebuah materi yang sangat bagus yang disebut Descartes sebagai roh-roh hewani.

Hal ini memungkinkan serat-serat ini dapat melayang bebas sehingga apapun yang menyebabkan gerakan sekecil apapun, dimanapun di dalam badan, akan menyebabkan gerakan di bagian otak dimana serat-serat itu tersambung/terpasang.

Berbagai variasi gerakan yang berbeda dari roh-roh hewani menyebabkan berbagai macam sensasi yang berbeda tidak pada bagian badan aslinya yang terkena pengaruh langsung tetapi hanya di otak dan pada akhirnya di kelenjar-pineal.

Dengan demikian, secara tegas dikatakan, rasa-sakit tidak terjadi di jari pada saat jari-kaki terantuk benda keras tetapi hanya di otak.

Hal ini, selanjutnya menyebabkan pelebaran atau penyempitan pori-pori di otak sehingga mengarahkan roh-roh hewani ke berbagai otot dan membuat mereka bergerak.

Misalnya, sensasi dari panas dihasilkan oleh partikel yang tak terlihat dari air mendidih di dalam panci, yang menyebabkan pergerakan roh-roh hewani pada saraf yang berakhir di ujung-tangan.

Roh-roh hewani ini kemudian menggerakkan serat-serat yang membentang sampai ke otak melalui pipa-pipa-saraf yang selanjutnya menyebabkan sensasi rasa-sakit.

Hal ini kemudian menyebabkan berbagai pori-pori menjadi melebar atau menyempit di otak sehingga mengarahkan roh-roh hewani menuju otot-otot lengan dan menyebabkan dengan cepat menggerakkan tangan menjauh dari panas agar bisa menghindarkannya dari bahaya.

Inilah model bagaimana semua sensasi-sensasi terjadi.

Sensasi ini juga bisa menyebabkan emosi atau hasrat tertentu dalam pikiran.

Namun, sensasi yang berbeda tidak menimbulkan hasrat yang berbeda karena perbedaan objek tetapi hanya menimbang sensasi-sensasi itu melalui bermacam cara menjadi bermanfaat, berbahaya atau penting bagi kita.

Dengan demikian, fungsi hasrat adalah untuk memerintahkan jiwa agar menginginkan hal-hal yang berguna dan menahannya/menyimpannya di dalam keinginan.

Selain itu, roh-roh hewani yang sama juga menyebabkan hasrat memerintahkan badan untuk bergerak meraihnya.

Misalnya, pemandangan ruangan pengunjung di sebuah toko es krim, yang disebabkan oleh pergerakan roh-roh hewani pada mata dan melalui saraf lalu menuju otak dan kelenjar-pineal, juga menimbulkan hasrat keinginan untuk bangkit mendekat.

Roh-roh hewani yang sama ini kemudian akan memerintahkan badan untuk bergerak (misalnya berjalan menuju ruangan pengunjung toko es krim) untuk mencapai tujuan makan es krim sehingga memuaskan keinginan itu.

Descartes selanjutnya berpendapat bahwa hanya ada enam hasrat-primitif, yaitu harapan, cinta, kebencian, keinginan, kegembiraan dan kesedihan.

Semua hasrat lainnya tersusun dari beberapa kombinasi hasrat-primitif ini atau merupakan spesies salah satu diantara enam yang umum ini.

Sebagian besar bagian 2 dan 3 dari karyanya Passions of the Soul dikhususkan untuk menjelaskan secara rinci tentang enam hasrat-primitif ini serta spesies-nya masing-masing.


Sumber:
http://www.iep.utm.edu/descarte/#H1
Pemahaman Pribadi


Wednesday, August 9, 2017

Rene Descartes 8 : Badan Dan Ilmu Fisika


a. Keberadaan Dunia Luar

Dalam karyanya Sixth Meditation, Descartes mengenali bahwa sensasi adalah fakultas-pasif yang menerima ide/gagasan sensorik-indrawi yang bersumber dari sesuatu-yang-lain.

Tetapi apa itu "sesuatu-yang-lain" ?

Menurut prinsip penyebab-yang-memadai pada karyanya Third Meditation, penyebab ini memiliki realitas setidaknya sama-dengan realita yang secara formal maupun berlebih (eminen) terkandung secara objektif di dalam ide/gagasan sensorik yang dihasilkan melalui indra.

Dengan demikian, sesuatu-yang-lain itu bisa jadi adalah Descartes sendiri, sebuah badan atau substansi yang-menempati-ruang yang secara aktual memiliki apa yang terkandung secara objektif di dalam ide/gagasan sensorik, atau Tuhan atau makhluk yang-lebih-mulia daripada badan, yang memiliki realitas dengan berlebih.

Sesuatu-yang-lain itu, tidak mungkin Descartes sendiri, karena dia tidak memiliki kendali atas ide/gagasan ini.

Tidak mungkin juga Tuhan atau makhluk-yang-lebih-mulia daripada badan, karena jika memang begitu, maka Tuhan akan menjadi-penipu, karena kecenderungan yang sangat kuat untuk percaya bahwa badan adalah penyebab ide/gagasan sensorik akan menjadi salah.

Dan jika memang salah, tidak ada fakultas yang mampu menemukan kesalahan-nya.

Dengan demikian, Tuhan akan menjadi sumber-kesalahan dan bukan-nanusia, yang ini berarti bahwa Tuhan akan menjadi-penipu.

Sehingga badan pasti menjadi penyebab ide/gagasan, dan karena itu badan ada secara eksternal terhadap pikiran.

Badan berada di-luar-pikiran.


b. Ciri Karakteristik Badan

Pada bagian II dalam karyanya Principles, Descartes berpendapat bahwa keseluruhan-fisik alam-semesta adalah substansi-material yang-menempati-ruang dengan tidak-terbatas dalam panjang-lebar-dan-kedalaman.

Ini berarti bahwa ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang menyusun badan dan ruangan di mana badan-badan tersebut dikatakan berada di dalamnya adalah sama.

Disini Descartes menolak pendapat banyak orang yang memegang pendirian bahwa badan memiliki sesuatu yang lain yang disebut sifat tidak-dapat-di-tembus, yang melebihi dan di atas ciri-karakteristik-utama-nya yaitu ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman sebagai bagian dari sifat-nya, sementara ruangan hanyalah ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang-dapat-di-tembus dimana badan yang-tidak-dapat-di-tembus terletak di dalamnya.

Sehingga, badan dan ruangan memiliki ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang sama di dalamnya terdapat badan yang-tidak-dapat-di-tembus dan ruangan yang-dapat-di-tembus, lebih jauh lagi hanya ada satu jenis ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman.

Descartes mempertahankan pendapat bahwa ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman adalah mengikuti sesuatu yang-tidak-dapat-di-tembus karenanya hanya ada satu-ekstensi yaitu ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang-tidak-dapat-di-tembus.

Dia melanjutkan dengan menyatakan bahwa :

" Istilah tempat-dan-ruang, maka, jangan menandakan sesuatu apapun, selain badan yang dikatakan berada di suatu tempat... " (AT VIIIA 47: CSM I 228).

Oleh karena itu, bukanlah badan yang berada di dalam ruangan tetapi alam-semesta yang-menempati-ruang tersusun oleh pluralitas atau plenum dari badan-badan yang-tidak-dapat-di-tembus.

Pada penjelasan ini, tidak-ada ruangan di mana badan tertentu berada, melainkan apa yang disebut ruangan hanyalah hubungan antara sebuah badan dengan badan yang lain.

Meskipun demikian, ketika badan dikatakan berubah tempat-nya, itu hanyalah telah mengubah hubungan-nya dengan badan yang lain, namun tidak meninggalkan ruangan-kosong untuk diisi oleh badan yang lain.

Tetapi sebaliknya, badan lain menggantikan ruangan pertama sehingga ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dari bagian yang baru sekarang menyusun ruangan itu.

Berikut contoh yang bisa membantu untuk membuktikan.

Perhatikan contoh botol berisi penuh anggur.

Anggur dikatakan menempati ruangan di dalam botol.

Begitu anggur habis, ruangan itu sekarang tersusun oleh kuantitas udara yang sekarang menempati-nya.

Perhatikan bahwa ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang dimiliki anggur dan dimiliki oleh udara adalah dua set badan yang berbeda, jadi ruangan di dalam botol disusun oleh dua buah ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang berbeda.

Tetapi, karena kedua ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman ini memiliki ukuran, bentuk dan hubungan yang sama dengan badan yang mengelilingi/membatasi, yaitu botol, maka itu disebut satu ruangan/tempat yang sama meskipun, secara lebih tepat, itu terdiri dari dua buah ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang berbeda.

Oleh karena itu, selama badan dengan bentuk, ukuran dan posisi yang sama terus saling menggantikan, itu dianggap sebagai satu ruangan/tempat yang sama.

Asimilasi ruangan dengan badan yang menyusunnya memunculkan masalah filosofis yang menarik.

Karena sebuah ruangan adalah identik dengan badan yang menyusunnya, bagaimana sebuah ruangan mempertahankan identitas-nya, dan oleh karena itu, tetap merupakan ruangan yang sama ketika digantikan oleh badan lain yang sekarang menyusunnya ?

Kembali ke contoh botol anggur akan membantu untuk menggambarkan hal ini.

Ingatlah dulu bahwa pertama ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dari anggur yang pertama menyusun ruangan di dalam botol dan kemudian, setelah anggur habis, ruangan di dalam badan botol disusun oleh ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dari udara yang sekarang menempatinya.

Jadi, karena ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dari anggur berbeda dengan ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dari udara, tampak bahwa ruangan di dalam botol bukanlah ruangan yang persis sama tetapi dua-ruangan yang berbeda pada dua-waktu yang berbeda.

Sulit untuk melihat bagaimana Descartes menangani masalah ini.

Konsekuensi penting lainnya dari asimilasi Descartes terhadap badan dan ruangan adalah ruangan-hampa atau ruangan-kosong tidak dapat dimengerti.

Ini karena ruangan-kosong, menurut Descartes, hanyalah ruangan tanpa ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman, yang ini adalah tidak mungkin.

Kembali ke botol anggur akan menjelaskan lebih jauh hal ini.

Perhatikan bahwa ruangan di dalam botol anggur pertama kali disusun oleh anggur dan kemudian oleh udara.

Ini adalah dua jenis benda berbeda yang-menempati-ruang, namun mereka tetap merupakan benda-benda yang-nenempati-ruang.

Dengan demikian, ruangandi dalam botol disusun pertama oleh badan anggur dan kemudian oleh badan yang lain yaitu udara.

Tetapi anggaplah bahwa semua ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dikeluarkan dari botol sehingga ada ruangan-kosong.

Sekarang, jarak adalah modus yang membutuhkan ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman agar ada, karena tidak masuk akal untuk berbicara tentang jarak spasial tanpa ruangan atau ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman.

Jadi, dalam keadaan seperti ini, tidak-ada modus-jarak yang bisa ada di dalam botol.

Artinya, tidak-ada jarak yang akan ada di antara dinding botol, dan oleh karena itu sisi-sisi botol akan ber-sentuh-an.

Sehingga, sebuah ruangan-kosong tidak-bisa ada diantara dua atau lebih badan.

Asimilasi tertutup Descartes dari badan dan ruangan, penolakannya terhadap ruangan-hampa, dan beberapa masalah tekstual telah mengarahkan banyak orang untuk menyimpulkan asimetri dalam pemikiran netafisika dan benda-benda yang-nenempati-ruang.

Asimetri ini ditemukan dalam pendapat bahwa pikiran-partikular adalah substansi untuk Descartes tetapi sebuah badan-partikular bukanlah suatu substansi.

Bahkan, pemikiran ini menunjukkan kepada banyak orang bahwa keseluruhan-fisik alam-semesta adalah suatu substansi, sementara badan-partikular, misalnya, botol anggur, adalah modus dari substansi itu.

Meskipun banyak masalah tekstual, masalah filosofis utama berasal dari penolakan ruangan-kosong.

Argumennya berjalan seperti ini :

Badan-badan-partikular bukanlah substansi yang sangat berbeda, karena dua atau lebih badan-partikular tidak dapat dipahami dengan jelas-dan-terpilah dengan adanya ruangan-kosong di antara keduanya.

Artinya, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, bahkan oleh kuasa Tuhan sekalipun.

Oleh karena itu, badan-badan-partikular bukanlah substansi, dan karena itu seharusnya adalah modus.

Namun, garis penalaran ini adalah sebuah hasil dari kesalahpahaman terhadap kriteria pengertian berbeda-sama-sekali.

Sebagai ganti, usaha untuk memahami dua badan dengan ruangan-kosong di antara keduanya, sebuah badan harus dipahami segalanya dengan sendiri tanpa memerlukan yang lain sehingga Tuhan bisa menciptakan dunia dengan badan itu, misalnya, botol anggur, sebagai satu-satunya keberadaan.

Karena hanya membutuhkan keberadaan Tuhan untuk ada-nya, botol anggur itu adalah substansi yang berbeda-sama-sekali dengan semua substansi berpikir dan substansi yang-menempati-ruang lainnya.

Meskipun demikian kesulitan juga muncul dari argumen penjelasan Descartes tentang permukaan badan sebagai modus yang dibagi/dimiliki bersama antara badan-badan, ini terlalu rumit untuk dibahas di sini.

Tapi, cukuplah untuk mengatakan bahwa bukti tekstual juga mendukung klaim bahwa Descartes, terlepas dari masalah yang tak terduga tentang permukaan badan, berpendapat bahwa badan-partikular adalah sebuah substansi.

Bukti tekstual paling terkenal ditemukan di dalam surat pada tahun 1642 kepada Gibeuf:

" Dari fakta sederhana, saya memikirkan dua buah bagian-separo dari sebuah materi, betapapun kecilnya, seperti dua buah substansi lengkap. . . Saya menyimpulkan dengan pasti bahwa mereka benar-benar dapat dibagi. " (AT III 477: CSMK 202-203

Pemikiran itu secara umum, dan kutipan di atas khususnya, mengarah pada ciri-karakteristik Cartesian lainnya, yang disebut menempati-ruang adalah dapat-dibagi hingga tak-terbatas.

Intinya adalah bahwa tidak peduli seberapa kecil sebuah potongan materi, ia dapat-dibagi menjadi dua bagian, dan kemudian masing-masing setengahnya dapat dibagi menjadi dua lagi, dan seterusnya sampai tak-terhingga.

Pemikiran ini tentang ruangan-hampa dan pembagian-tak-terbatas substansi yang-menempati-ruang diungkapkan sebagai penolakan terhadap atomisme.

Atomisme adalah aliran pemikiran yang kembali ke zaman Yunani-Kuno, yang mendapat kebangkitan di abad ke-17 terutama dalam filsafat dan sains Pierre Gassendi.

Menurut penjelasan ini, semua perubahan di Alam-Semesta dapat dijelaskan melalui gerakan partikel-partikel kecil yang tidak-dapat-dibagi yang disebut atom di dalam ruangan-kosong atau ruangan-hampa.

Tetapi, jika argumen Descartes untuk menolak ruangan-hampa dan pembagian-tak-terbatas dari materi didengar dan diterima, maka atomisme pasti salah, karena keberadaan atom yang tidak-dapat-dibagi dan ruangan-hampa keduanya sama sekali tidak dapat dipahami.


c. Fisika

Descartes menemukan sebuah fisika-mekanistik non-atomis di mana semua fenomena fisik harus dijelaskan dengan konfigurasi-dan-gerak dari bagian badan yang sangat kecil.

Fisika-mekanistik ini juga merupakan titik perbedaan mendasar antara aliran pemikiran Cartesian dan skolastik-Aristotelian.

Pemikiran skolastik-Aristotelian, seperti yang dipahami Descartes, berpendapat bahwa tingkah-laku teratur badan pada benda-benda mati dijelaskan dengan tujuan-akhir tertentu yang kepadanya badan-badan tersebut berusaha untuk mencapainya.

Di sisi lain, Descartes berpendapat bahwa usaha manusia lebih baik diarahkan pada penemuan/pencarian penyebab-penyebab mekanistik pada benda-benda mengingat tidak bermanfaatnya lenjelasan kausal-terakhir dan bagaimana sia-sianya untuk mencari tujuan Illahi.

Selanjutnya, Descartes berpendirian bahwa metode-geometrik juga harus diterapkan pada fisika sedemikian sehingga hasil disimpulkan dari persepsi-persepsi yang jelas-dan-terpilah secara geometris atau dari sifat yang dapat diukur (kuantitatif) yang terdapat pada badan, yaitu ukuran, bentuk, gerak, determinasi atau arah, kuantitas atau jumlah dan sebagainya.

Mungkin ringkasan yang paling padat dari pandangan umum Descartes terhadap fisik alam-semesta ditemukan di bagian III, bab 46 dalam karyanya Principles :

" Dari apa yang telah disampaikan, kita telah menetapkan bahwa semua badan-badan di alam-semesta tersusun dari satu dan nateri yang sama, yang dapat-dibagi hingga tak-terbatas menjadi bagian-bagian, dan pada faktanya terbagi menjadi bagian-bagian dalam jumlah yang sangat banyak yang bergerak ke arah yang berbeda-beda dan memiliki rangkaian gerak-melingkar. Selain itu, jumlah-gerak-yang-sama selalu dilestarikan di alam-semesta." (AT VIIIA 100: CSM I 256)

Karena materi yang menyusun fisik alam-semesta dan sifat dapat-dibagi-nya telah dibahas sebelumnya, selanjutnya penjelasan singkat mengenai gerak-melingkar dari badan dan pelestarian jumlah-gerak-yang-sama akan dilakukan.

Tesis pertama berasal dari imutabilitas-Tuhan dan berimplikasi bahwa tidak-ada sejumlah-gerak yang ditambahkan pada alam-semesta atau dikurangi dari alam-semesta, namun sejumlah-gerak hanya berpindah/melewati dari satu badan ke badan lainnya.

Imutabilitas-Tuhan juga digunakan untuk mendukung hukum-gerak-pertama, yang menyebutkan :

" Setiap dan semua, sejauh itu bisa, sesuatu selalu terus berada dalam keadaan yang sama. Dan dengan demikian apa yang bergerak akan selalu terus bergerak. " (AT VIIIA 62-63: CSM I 241).

Prinsip ini menunjukkan bahwa sesuatu akan tetap berada dalam keadaan tertentu yang tetap, selama tidak dipengaruhi oleh hadirnya penyebab-dari-luar.

Jadi, badan yang bergerak dengan kecepatan tertentu akan terus bergerak dengan kecepatan tersebut selamanya hingga tidak-terbatas kecuali ada sesuatu yang mengubahnya/mempengaruhi.

Tesis kedua tentang gerak-nelingkar dari badan dibahas dalam karyanya Principles, bagian II, bab 33.

Klaim ini didasarkan pada tesis sebelumnya bahwa fisik alam-semesta adalah pluralitas badan-badan yang saling bersentuhan.

Pada penjelasan ini, sebuah badan yang bergerak harus bertabrakan dengan dan mengganti badan yang lain, yang selanjutnnya menjadi bergerak dan bertabrakan dengan badan yang lain lagi, menggantikannya dan seterusnya.

Tetapi, pada akhir rangkaian tabrakan dan penggantian ini, badan terakhir yang bergerak kemudian harus bertabrakan dan mengganti badan yang pertama secara berurutan dalam sebuah rangkaian.

Sebagai ilustrasi adalah sebagai berikut : anggaplah bahwa badan A bertabrakan dengan dan menggantikan badan B, B bertabrakan, menggantikan C, C bertabrakan, menggantikan D, dan kemudian D bertabrakan, menggantikan A. Ini dikenal sebagai pusaran-Cartesian.

Hukum-gerak-kedua dari Descartes adalah :

" Semua gerak itu pada dirinya sendiri berbentuk garis-lurus. Dan karenanya setiap badan yang bergerak dalam sebuah lingkaran selalu cenderung menjauh dari pusat-lingkaran yang dilintasinya. (AT VIIIA 63-64: CSM I 241-242).

Hal ini dibenarkan oleh imutabilitas-Tuhan dan kesederhanaan-Nya didalamnya Ia bermaksud mempertahankan jumlah-gerak dengan bentuk yang tepat-sama dimana hal itu terus terjadi sampai hadir benda yang diciptakan untuk mengubahnya.

Prinsip yang diungkapkan di sini adalah bahwa setiap badan dianggap dengan sendirinya cenderung bergerak dalam bentuk garis-lurus kecuali jika ia bertabrakan dengan badan lain, yang kemudian membelokkan-nya.

Perhatikan bahwa ini adalah tesis tentang satu badan yang tinggal sendirian, dan hanya satu badan saja yang akan terus bergerak dalam garis-lurus.

Namun, karena dunia fisik adalah plural badan-badan tidak hanya sendirian tetapi terus bertabrakan satu sama lain, yang menimbulkan pusaran-Cartesian seperti yang dijelaskan di atas.

Hukum-gerak-ketiga pada gilirannya, mengatur tabrakan dan pantulan badan yang sedang bergerak. Hukum ketiga ini menyebutkan :

" Jika sebuah badan bertabrakan dengan badan lain yang Lebih Kuat dari dirinya sendiri, ia tidak kehilangan sedikitpun gerak-nya. Tetapi jika bertabrakan dengan badan yang lebih lemah, ia kehilangan banyak gerak " (AT VIIIA 65: CSM I 242).

Hukum ini mengungkapkan prinsip bahwa jika gerakan badan dalam garis-lurus kurang tahan terhadap badan yang-lebih-kuat yang dengannya ia bertabrakan, maka tidak akan kehilangan gerak-nya namun arah-nya akan berubah.

Tetapi jika badan bertabrakan dengan badan yang-lebih-lemah, maka badan pertama kehilangan jumlah-gerak yang sama-dengan jumlah-gerak yang diberikan pada badan yang kedua.

Perhatikan bahwa ketiga prinsip ini tidak menggunakan Tujuan (yaitu penyebab-akhir) yang digunakan dalam fisika skolastik-Aristotelian seperti yang dimengerti oleh Descartes, namun hanya menggunakan hukum-hukum yang paling umum dari mekanisme badan melalui kontak dan gerak mereka.


d. Badan Manusia Dan Binatang

Pada bagian kelima dalam karyanya Discourse On Method, Descartes meneliti ciri-karakteristik binatang dan bagaimana hal itu dibedakan dengan manusia.

Disini Descartes berpendapat bahwa jika sebuah mesin dibuat dengan penampilan luar mirip persis binatang yang tidak memiliki akal, seperti monyet misalnya, maka ia tidak akan dapat dibedakan dengan spesies sebenarnya dari binatang itu yang ditemukan di alam.

Tetapi jika mesin seperti itu dibuat mirip penampilan manusia, maka akan mudah dibedakan dengan manusia-sejati karena ketidak-mampuan-nya untuk menggunakan bahasa

Poin Descartes adalah bahwa penggunaan bahasa adalah tanda-rasionalitas dan hanya benda yang diberkahi akal atau jiwa yang rasional.

Oleh karena itu, tidak ada binatang yang memiliki pikiran atau jiwa immaterial.

Bagi Descartes ini juga berarti bahwa binatang tidak, secara tegas dinyatakan, memiliki sensasi seperti rasa lapar, haus dan sakit.

Sebaliknya, jeritan rasa-sakit, misalnya, hanyalah reaksi mekanis terhadap rangsangan luar tanpa sensasi rasa-sakit.

Dengan kata lain, memukul seekor anjing dengan tongkat, misalnya, adalah semacam masukan dan jeritan yang mengikutinya hanya keluaran hasilnya, tetapi anjing itu sama sekali tidak merasakan apa-apa dan tidak dapat merasakan kesakitan kecuali dikaruniai sebuah pikiran.

Meskipun demikian manusia, dikaruniai pikiran atau jiwa rasional, dan karena itu mereka dapat menggunakan bahasa dan merasakan sensasi seperti rasa lapar, haus, dan sakit.

Memang, "fakta" Cartesian ini adalah inti argumen Descartes untuk kesatuan-pikiran-dan-badan yang dirangkum mendekati akhir bagian kelima dari Discourse On Method dan dituangkan secara penuh dalam Sixth Meditation.

Namun Descartes tetap mengakui bahwa baik badan binatang maupun manusia dipahami paling baik sebagai :

" Mesin terbuat dari tanah, yang dibentuk Tuhan. " (AT XI 120: CSM I 99).

Intinya adalah bahwa sama seperti cara kerja jam yang bisa dipahami dengan baik melalui konfigurasi-dan-gerak dari bagian-bagian-nya demikian juga dengan badan binatang dan manusia.

Memang, jantung binatang dan manusia sangat mirip sehingga dia menasihati pembacanya yang tidak paham dalam anatomi :

" untuk memiliki jantung seekor hewan besar dengan paru-paru dibedah di depannya (karena hati seperti itu dalam segala hal cukup seperti Dari seorang pria), dan ditunjukkan dua ruang atau rongga yang ada di dalamnya " (AT VI 47: CSM I 134).

Dia kemudian melangkah dengan menjelaskan secara terperinci gerak darah melalui jantung untuk menjelaskan bahwa ketika jantung mengeras maka tidak berkontraksi tetapi benar-benar membengkak sedemikian rupa sehingga memungkinkan lebih banyak darah masuk ke dalam rongga tertentu.

Meskipun penjelasan ini bertentangan dengan pengamatan yang lebih benar yang dilakukan oleh William Harvey, seorang Inggris yang menerbitkan sebuah buku tentang peredaran darah pada tahun 1628, Descartes berpendapat bahwa penjelasannya memiliki kekuatan-demonstrasi-geometris.

Dengan demikian, fisiologi dan biologi tentang badan manusia, dipikirkan dengan tidak memperhatikan fungsi-fungsi yang diperlukan jiwa untuk operasi-nya, dan seharusnya dilakukan dengan cara yang sama seperti pada fisiologi dan biologi tentang badan binatang, yaitu melalui penerapan metode-geometris pada konfigurasi-dan-gerak dari bagian-bagiannya.


Sumber:
http://www.iep.utm.edu/descarte/#H1
Pemahaman Pribadi


Friday, August 4, 2017

Rene Descartes 7 : Hubungan Pikiran Dan Badan


a. Berbeda Sama Sekali

Salah satu kesimpulan utama Descartes adalah pikiran berbeda-sama-sekali dengan badan.

Tapi apa itu "berbeda-sama-sekali" ? Penjelasan terbaik Descartes terdapat dalam karyanya Principle, Bagian 1, Bab 60.

Di sini pertama kali, ia menyatakan bahwa ini adalah perbedaan antara dua-atau-lebih substansi.

Kedua, pengertian berbeda-sama-sekali ditangkap ketika sebuah substansi dapat dipahami dengan jelas-dan-terpilah tanpa memerlukan yang lain dan sebaliknya.

Ketiga, pemahaman yang jelas-dan-terpilah ini menunjukkan bahwa Tuhan dapat mewujudkan apapun yang dapat dipahami dengan cara ini.

Oleh karena itu, dalam berdebat mengenai perbedaan pikiran-dan-badan yang berbeda-sama-sekali, Descartes mengemukakan bahwa :
1) Pikiran adalah suatu substansi,
2) Pikiran dapat dipahami dengan jelas-dan-terpilah tanpa memerlukan substansi lain, termasuk badan, dan
3) Bahwa Tuhan dapat menciptakan substansi-pikiran (mental) dengan sendiri tanpa bantuan substansi-lain yang sudah tercipta.

Jadi Descartes pada akhirnya berpendapat mengenai kemungkinan keberadaan pikiran atau jiwa tanpa badan.

Dalam karyanya Sixth Meditation, Descartes berpendapat bahwa pikiran-dan-badan berbeda-sama-sekali pada dua hal.

Argumen pertama adalah dia memiliki pemahaman yang jelas-dan-terpilah tentang pikiran sebagai substansi-yang-berpikir dan yang-tidak-menempati-ruang sedang badan sebagai substansi-yang-menempati-ruang dan yang-tidak-berpikir.

Jadi, ide/gagasan masing-masing ini dapat dipahami dengan jelas-dan-terpilah, merupakan dua hal yang saling berlawanan satu sama lain dan oleh karena itu masing-masing dapat dipahami seluruhnya dengan sendiri tanpa membutuhkan yang lain.

Dua poin harus disebutkan di sini.

Pertama, Descartes berpendapat bahwa persepsi jelas-dan-terpilah menunjukkan bahwa pikiran tidak dapat berbuat apa-apa selain hanya mempercayai bahwa mereka benar, dan karenanya pastilah-benar karena jika tidak-benar, Tuhan akan menjadi-penipu, yang itu adalah tidak mungkin.

Jadi premis-premis argumen ini berakar kuat di dalam fondasinya untuk memperoleh pengetahuan yang pasti-mutlak.

Kedua, ini menunjukkan lebih jauh lagi bahwa Descartes mengetahui, Tuhan dapat menciptakan pikiran-dan-badan dengan cara seperti mereka dipahami yaitu jelas-dan-terpilah.

Karena itu, pikiran bisa ada tanpa badan dan sebaliknya.

Versi kedua kemudian ditemukan dalam karyanya Sixth Meditation di mana Descartes berpendapat untuk memahami ciri-karakteristik dari badan atau substansi-yang-menempati-ruang sebagai dapat-di-bagi menjadi bagian-bagian, sedangkan ciri-karakteristik pikiran dipahami sebagai sesuatu-yang-sangat-sederhana-dan-lengkap sedemikian hingga tidak-tersusun dari bagian-bagian dan karena itu tidak-dapat-di-bagi.

Dari sini, pikiran-dan-badan tidak-dapat memiliki ciri-karakteristik yang sama, karena jika sama, maka sebuah-substansi yang sama akan memiliki ciri-karakteristik dapat-dibagi sekaligus tidak-dapat-dibagi, yang adalah tidak mungkin.

Oleh karena itu pikiran-dan-badan harus memiliki dua ciri-karakteristik yang berbeda-sama-sekali agar masing-masing dapat dipahami dengan sendiri tanpa memerlukan yang lain.

Meskipun di sini Descartes tidak membuat kesimpulan lebih lanjut sampai pada kesimpulan bahwa pikiran-dan-badan adalah dua-substansi yang berbeda-sama-sekali, namun itu sesuai kemampuan masing-masing untuk dipahami dengan jelas-dan-terpilah tanpa membutuhkan satu sama lain sehingga Tuhan dapat menciptakan masing-masingnya tanpa yang lain.


b. Masalah Hubungan Pikiran Dan Badan

Masalah hubungan antara pikiran-dan-badan yang terkenal berasal dari kesimpulan Descartes bahwa antara pikiran-dan-badan adalah dua-substansi yang berbeda-sama-sekali.

Hal terpenting dari kesulitan yang ada terletak pada pendapat bahwa ciri-karakteristik dari pikiran-dan-badan yang dimiliki oleh masing-masing adalah berbeda-sama-sekali dan dalam beberapa hal bertentangan satu sama lainnya.

Dalam penjelasan ini, pikiran adalah sepenuh-nya substansi-immaterial tanpa ada substansi-yang-menempati-ruang terkandung di dalamnya.

Dan sebaliknya, badan adalah sepenuh-nya substansi-material tanpa sama sekali substansi-berpikir di dalamnya.

Ini juga berarti bahwa setiap substansi hanya bisa memiliki jenis modus tertentu.

Misalnya, pikiran hanya bisa memiliki modus pemahaman atau pengetahuan, kehendak dan dalam beberapa hal sensasi, sedangkan badan hanya bisa memiliki modus ukuran, bentuk, gerak, dan kuantitas.

Tetapi badan tidak dapat memiliki modus memahami, mengetahui atau menghendaki, karena ini bukanlah modus bagi substansi-yang-menempati-ruang dan pikiran tidak dapat memiliki modus bentuk atau gerak, karena ini bukan modus dari substansi-pikiran.

Kesulitan timbul ketika diperhatikan bahwa kehendak terkadang menggerakkan badan, misalnya, niat untuk mengajukan pertanyaan di kelas menyebabkan terangkatnya lengan (tangan) anda, dan gerakan tertentu dalam badan menyebabkan pikiran memiliki sensasi.

Tetapi bagaimana dua-substansi dengan ciri-karakteristik yang berbeda-sama-sekali itu dapat berinteraksi secara kausalitas ?

Pierre Gassendi dalam keberatan-kelima dan Putri Elizabeth dalam korespondensi dengan Descartes keduanya mencatat masalah ini dan menjelaskannya dalam hal kontak-dan-gerak.

Kepercayaan utama pemikiran mereka adalah pikiran harus bisa bersentuhan dengan badan agar bisa menyebabkan badan bergerak.

Namun kontak harus terjadi di antara dua-atau-lebih permukaan, dan karena permukaan adalah modus substansi yang-menempati-ruang, maka pikiran tidak dapat memiliki permukaan.

Oleh karena itu, pikiran tidak dapat bersentuhan dengan badan sehingga menyebabkan beberapa anggota badan bergerak.

Lebih jauh lagi, walaupun Gassendi dan Elizabeth memperhatikan bagaimana substansi-pikiran (mental) dapat menyebabkan gerakan pada substansi-badan, masalah serupa dapat ditemukan sebaliknya yaitu bagaimana gerak-partikel di mata, misalnya, berjalan melalui saraf optik ke otak menyebabkan sensasi-visual dalam pikiran, jika tidak ada kontak atau perpindahan gerak yang mungkin di antara keduanya ?

Ini bisa menjadi masalah serius bagi Descartes, karena keberadaan aktual dari modus-sensasi dan gerakan-fisik-sukarela yang menunjukkan pikiran-dan-badan berinteraksi secara kausalitas.

Tetapi ciri-karakteristik dari pikiran-dan-badan yang berbeda-sama-sekali sepertinya menghalangi kemungkinan interaksi ini.

Oleh karena itu, jika masalah ini tidak dapat dipecahkan, maka bisa digunakan untuk mengartikan bahwa pikiran-dan-badan adalah tidak-sepenuhnya-berbeda tetapi mereka pasti memiliki kesamaan dalam rangka memfasilitasi interaksi ini.

Perhatian yang ada pada Elizabeth dan Gassendi, ini akan menyarankan pendapat bahwa pikiran adalah sebuah substansi yang-menempati-ruang yang mampu memiliki permukaan dan gerak.

Oleh karena itu, Descartes tidak benar-benar mencapai pemahaman pikiran-dan-badan secara jelas-dan-terpilah satu sama lain, karena ciri-karakteristik pikiran harus mengandung substansi-yang-nenempati-ruang atau badan di dalamnya.

Meskipun demikian Descartes, tampak tidak begitu memperhatikan masalah ini.

Alasan kurangnya perhatian ini adalah keyakinannya yang disampaikan kepada keduanya, Gassendi dan Elizabeth, bahwa masalahnya terletak pada kesalahpahaman tentang kesatuan antara pikiran-dan-badan.

Meskipun dia tidak menjelaskannya lebih jauh kepada Gassendi, Descartes memang memberikan beberapa pandangan pada surat tanggal 21 Mei 1643 kepada Elizabeth.

Dalam surat itu, Descartes membedakan antara berbagai gagasan-asal.

Yang pertama adalah gagasan tentang badan, yang mengandung pengertian tentang bentuk-dan-gerak.

Yang kedua adalah gagasan tentang pikiran atau jiwa, yang mencakup persepsi dari intelek dan kecenderungan dari kehendak.

Yang ketiga adalah pengertian tentang kesatuan jiwa-dengan-badan, yang bergantung pada pengertian tentang kekuatan jiwa untuk menggerakkan badan dan kekuatan badan untuk menimbulkan sensasi-dan-hasrat di dalam jiwa.

Gagasan yang dikandung atau termasuk di dalam pengertian-asal tentang badan-dan-jiwa hanyalah pengertian dari modus yang dimiliki oleh masing-masing.

Ini menunjukkan bahwa pengertian itu bergantung pada gagasan-asal tentang kesatuan jiwa-dan-badan merupakan modus-modus dari entitas yang dihasilkan oleh penyatuan itu.

Ini juga berarti bahwa manusia adalah satu-substansi, bukanlah dua-substansi yang berinteraksi secara kausalitas melalui kontak-dan-gerak seperti dalam pendapat Elizabeth dan Gassendi.

Tetapi, manusia adalah jiwa yang disatukan dengan badan, yang akan menjadi keseluruhan yang melebihi jumlah semua bagian-bagian-nya.

Dengan demikian, pikiran atau jiwa adalah sebuah bagian yang memiliki kapasitas sendiri dengan modus-intelek dan kehendak.

Badan adalah sebuah bagian yang memilik kapasitas sendiri juga dengan modus ukuran, bentuk, gerak dan kuantitas.

Dan kesatuan pikiran-dan-badan atau manusia, memiliki kapasitas seperangkat/semua modus-modus di atas dan melampaui kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing bagian itu sendiri.

Pada penjelasan ini, modus gerakan-badan-sukarela tidak akan menjadi modus dari badan sendiri akibat interaksi kausalitas-mekanis-nya dengan substansi-pikiran (mental), namun justru merupakan modus-keseluruhan dari manusia sebagai kesatuan.

Penjelasan tentang, misalnya, mengangkat lengan (tangan) akan ditemukan dalam penjelasan tentang prinsip-memilih yang terdapat di dalam ciri-karakteristik manusia dan sensasi adalah sama merupakan modus dari keseluruhan-manusia.

Oleh karena itu, manusia akan menyebabkan dirinya bergerak dan akan memiliki sensasi dan oleh karena itu, masalah interaksi-kausalitas antara pikiran-dan-badan dapat dihindari sama sekali.

Akhirnya, di penjelasan yang digambarkan di sini, manusia, menurut Descartes sebenarnya adalah satu-substansi-keseluruhan, sementara pikiran-dan-badan adalah bagian-bagian-nya yang dapat diciptakan Tuhan secara independen satu sama lain.

Namun demikian, poin terakhir harus dibuat sebelum menutup bagian ini.

Posisi dari pendapat Descartes yang digambarkan dalam beberapa paragraf sebelumnya bukanlah pandangan umum di kalangan ilmuwan dan membutuhkan lebih banyak pembenaran daripada yang bisa diberikan di sini.

Sebagian besar ilmuwan memahami doktrin Descartes tentang berbeda-sama-sekali antara pikiran-dan-badan adalah dengan cara yang sama seperti Elizabeth dan Gassendi melakukan hal itu sehingga manusia diyakini bukanlah satu-substansi-keseluruhan tetapi dua-substansi yang entah bagaimana secara mekanis saling berinteraksi.

Ini juga berarti bahwa mereka menemukan masalah hubungan pikiran-dan-badan menjadi kelemahan keseluruhan filsafat Descartes yang serius, jika tidak fatal.

Namun, manfaat dari penjelasan singkat yang diberikan di sini adalah hal itu membantu menjelaskan kurangnya perhatian Descartes terhadap masalah ini dan pendapatnya yang terus-menerus tentang pemahaman kesatuan pikiran-dan-badan akan menarik perhatian orang lain terhadap interaksi-kausalitas melalui kontak-dan-gerak antara pikiran-dan-badan.



Sumber:
http://www.iep.utm.edu/descarte/#H1
Pemahaman Pribadi




Tuesday, August 1, 2017

Rene Descartes 6 : Dasar Pengetahuan


a. Kepastian Mutlak Dan Lingkaran Cartesian

Ingat bahwa dalam karyanya First Meditation, Descartes mengibaratkan bahwa iblis-jahat menipu dirinya.

Jadi selama anggapan ini tetap ada, maka tidak ada harapan untuk mendapatkan pengetahuan yang mutlak-pasti.

Tetapi Descartes mampu menunjukkan keberadaan-Tuhan dari premis yang digenggam secara intuitif, sehingga memberikan secercah harapan untuk melepaskan diri dari skenario iblis-jahat itu.

Langkah berikutnya adalah menunjukkan bahwa Tuhan tidak-bisa menjadi penipu.

Pada awal karya Fourth Meditation, Descartes mengklaim bahwa "kehendak untuk menipu" adalah "bukti kejahatan-atau-kelemahan yang tidak-diragukan lagi" dengan demikian merupakan bentuk ke-tidak-sempurna-an.

Tetapi, karena Tuhan memiliki segala ke-sempurna-an dan tanpa ke-tidak-sempurna-an sama sekali, maka Tuhan tidak-bisa menjadi penipu.

Untuk itu memahami Tuhan mempunyai kehendak-menipu akan berimplikasi bahwa Tuhan tidak-memiliki ke-tidak-sempurna-an sekaligus juga memiliki ke-tidak-sempurna-an, yang itu adalah sama sekali tidak mungkin.

Pemahaman seperti itu seperti mencoba memahami gunung tanpa lembah.

Kesimpulan ini adalah tambahan terhadap premis keberadaan-Tuhan untuk menyediakan landasan kepastian-mutlak bagi Descartes yang telah ditetapkan sejak awal ketika menyusun karya Meditations.

Ini adalah kepastian-mutlak karena kedua kesimpulan itu yaitu "Tuhan ada" dan "Tuhan tidak-bisa menjadi penipu" telah menunjukkan diri bersumber dari penangkapan-langsung dan merupakan kebenaran-intuitif dengan kepastian-mutlak.

Hal di atas mengandung arti bahwa Tuhan tidak bisa menjadi penyebab-kesalahan manusia, karena Tuhan tidak menciptakan manusia dengan fakultas untuk menghasilkan kesalahan, atau tidak juga Tuhan menciptakan makhluk, seperti iblis-jahat, yang tugasnya menyesatkan dengan menipu manusia.

Sebaliknya, manusia adalah penyebab-kesalahan mereka sendiri ketika tidak menggunakan fakultas-penilaian mereka dengan benar.

Kedua, ciri-karakteristik Tuhan yang tidak-menipu juga berfungsi menjamin-kebenaran semua ide/gagasan yang jelas-dan-terpilah.

Jadi Tuhan akan menjadi-penipu, jika ditemukan ide/gagasan yang jelas-dan-terpilah tetapi salah, karena pikiran tidak bisa tidak-percaya bahwa itu benar.

Oleh karena itu, ide/gagasan yang jelas-dan-terpilah harus benar di atas 'rasa sakit' karena adanya kontradiksi.

Ini juga berarti bahwa pengetahuan tentang keberadaan-Tuhan dibutuhkan agar memiliki pengetahuan dengan kepastian-mutlak.

Dengan demikian menurut Descartes, seorang Atheis, yang tidak mengakui keberadaan-Tuhan, tidak dapat memiliki pengetahuan apapun yang mutlak-pasti, termasuk pengetahuan-ilmiah.

Tetapi jaminan-kebenaran ini menimbulkan masalah serius dalam karya Meditations, yang berasal dari pendapat bahwa semua ide/gagasan yang jelas-dan-terpilah pada akhirnya dijamin oleh keberadaan-Tuhan, dimana premis keberadaan-Tuhan tidak ditetapkan oleh Descartes hingga karyanya Third Meditation.

Ini berarti bahwa kebenaran-kebenaran yang dicapai dalam karyanya Second Meditation, seperti prinsip "Saya ada" atau "Saya substansi berpikir" dan prinsip-prinsip yang digunakan dalam karya Third Meditation untuk menyimpulkan "Tuhan ada" bukanlah dipahami sebagai jelas-dan-terpilah karena kesimpulan keberadaan-Tuhan belum dicapai disini sehingga tidak-ada jaminan bahwa prinsip-prinsip itu adalah kepastian-mutlak, dan oleh karena itu prinsip-prinsip itu bukanlah kepastian-mutlak.

Sehingga, karena premis-premis untuk argumen keberadaan-Tuhan bukanlah kepastian-mutlak, kesimpulan bahwa "Tuhan ada" juga bukanlah kepastian-mutlak.

Inilah yang dikenal sebagai "lingkaran-Cartesian", karena penalaran Descartes tampaknya masuk ke dalam lingkaran yang di dalamnya ia membutuhkan premis keberadaan-Tuhan demi kepastian-mutlak untuk kebenaran prinsip-prinsip-sebelumnya tetapi ia menggunakan prinsip-prinsip sebelumnya itu untuk memperoleh kesimpulan keberadaan-Tuhan dengan kepastian-nutlak.

Respons Descartes terhadap keprihatinan ini ditemukan dalam surat-jawaban-nya Second Replies.

Di sana dia berpendapat bahwa jaminan-kebenaran Tuhan hanyalah pengaitan terhadap kumpulan argumen-argumen sebelumnya dan bukanlah kesadaran-langsung terhadap argumen-argumen yang jelas-dan-terpilah yang saat itu sedang dipikirkan/dipertimbangkan.

Oleh karena itu, kebenaran-kebenaran yang dicapai sebelum kesimpulan keberadaan-Tuhan diperoleh adalah jelas-dan-terpilah ketika argumen-argumen itu sedang dipikirkan/dipertimbangkan namun tidak dapat menyandarkan sepenuhnya sebagai kepastian-mutlak ketika argumen-argumen tersebut digunakan kembali kemudian.

Tetapi begitu kesimpulan keberadaan-Tuhan telah ditunjukkan, pengumpulan kembali persepsi dari argumen-argumen yang jelas-dan-terpilah adalah memadai sebagai kepastian-mutlak, oleh karena itu merupakan pengetahuan-sempurna dari kesimpulan yang diambil itu (lihat juga Fifth Meditation pada VII 69-70: CSM II XXX).


b. Bagaimana Menghindari Kesalahan

Dalam Third Meditation, Descartes berpendapat bahwa hanya ide/gagasan yang disebut penilaian, yang secara tegas dapat menjadi benar atau salah, karena hanya dengan membuat penilaian maka kemiripan, kesesuaian atau korespondensi ide/gagasan dengan sesuatu dapat disetujui atau ditolak.

Jadi jika seseorang menyetujui bahwa sebuah ide/gagasan sesuai dengan sesuatu itu padahal sesungguhnya tidak, maka sebuah kesalahan telah terjadi.

Fakultas-penilaian ini dijelaskan lebih rinci dalam karyanya Fourth Meditation.

Disini penilaian digambarkan sebagai fakultas-pikiran yang dihasilkan dari interaksi antara fakultas-intelek dan kehendak.

Disini Descartes mengamati bahwa fakultas-intelek adalah terbatas sehingga manusia tidak bisa mengetahui segalanya, dan pengetahuan mereka terhadap sesuatu adalah terbatas.

Tetapi kehendak atau fakultas-pilihan tampak tak-terbatas karena bisa diterapkan pada apa saja.

Keterbatasan fakultas-intelek bersama dengan ke-tidak-terbatas-an kehendak adalah sumber kesalahan manusia.

Sebab kesalahan muncul bila kehendak melebihi pemahaman sedemikian sehingga sesuatu yang berada di luar batas pemahaman dapat disetujui secara sukarela atau ditolak.

Sederhananya : sesorang membuat kesalahan ketika mereka memilih untuk melakukan penilaian pada sesuatu yang tidak mereka pahami sepenuhnya.

Jadi kehendak harus diatur berada di dalam batas-batas apa yang dipahami akal pikiran untuk menghindari kesalahan.

Sesungguhnya, Descartes berpendapat bahwa penilaian seharusnya hanya dibuat pada sesuatu yang dipahami secara jelas-dan-terpilah, karena kebenaran mereka dijamin oleh ciri-karakteristik tidak-menipu Tuhan.

Jika seseorang hanya membuat penilaian terhadap apa yang dipahami dengan jelas-dan-terpilah dan tidak membuat penilaian tentang sesuatu yang tidak jelas, maka kesalahan akan dihindari sama sekali.

Sesungguhnya, manusia tidak mungkin salah jika peraturan ini selalu diikuti


Sumber:
http://www.iep.utm.edu/descarte/#H1
Pemahaman Pribadi