Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Monday, October 24, 2016

Plato 1 : Kisah Hidupnya


Plato adalah salah satu filsuf paling dikenal dan paling banyak dibaca serta dipelajari di dunia.

Dia adalah murid Socrates dan guru dari Aristoteles. Ia menulis karya-karyanya pada pertengahan abad 4 SM di wilayah Yunani kuno.

Meski terutama dipengaruhi oleh Socrates, sejauh Socrates merupakan tokoh utama dalam banyak tulisan karya Plato, ia juga dipengaruhi oleh Heraclitus, Parmenides, dan Pythagoras.

Ada kontroversi dalam berbagai tingkat berkaitan dengan ontetisitas karya Plato, serta bagaimana urutan karya Plato ditulis, hal ini dikarenakan kunonya karya-karya itu dan disebabkan oleh cara-pelestariannya melalui waktu.

Meskipun demikian, karya-karya Plato yang paling-awal, umumnya dianggap sebagai sumber-sumber kuno yang paling dapat diandalkan untuk menjelaskan mengenai Socrates, dan karakter Socrates yang kita kenal melalui tulisan ini dianggap menjadikan dia sebagai salah satu filsuf-terbesar diantara filsuf kuno lainnya

Karya Plato pada periode-tengah hingga periode-akhir termasuk karyanya yang paling terkenal, Republic, umumnya dianggap sebagai filsafat hasil pemikiran Plato sendiri, di mana karakter-utama dalam karya itu berbicara selaku Plato sendiri.

Karya-karya ini mencampurkan etika, filsafat politik, psikologi moral, epistemologi, dan metafisika menjadi sebuah filosofi yang saling berhubungan dan sistematis.

Diatas semua itu, dari Plato kita mendapatkan teori-forma, yang berpandangan bahwa dunia yang kita ketahui melalui indera hanyalah-tiruan dari dunia-forma yang murni, kekal, tidak-berubah dan transenden.

Karya Plato juga mengandung asal-muasal keluhan yang sering terdengar bahwa seni bekerja dengan mengobarkan-nafsu dan hanya merupakan ilusi-belaka.

Kita juga diperkenalkan dengan ide cinta-platonis dalam hal ini Plato melihat cinta sebagai suatu yang dimotivasi oleh kerinduan pada ide-keindahan-tertinggi dalam dunia-forma yaitu hakikat-keindahan itu sendiri dan cinta sebagai kekuatan-pendorong untuk meraih prestasi-tertinggi yang mungkin dapat dicapai.

Meskipun demikian karena cinta cenderung mengalihkan perhatian untuk menerima sesuatu yang kurang dari potensi-tertinggi yang dimiliki, pandangan Plato salah dipercayai dan secara-umum dipahami menganjurkan ekspresi-cinta-secara-fisik.


a. Kelahiran

Sudah diterima secara luas bahwa Plato adalah filsuf Athena yang lahir pada tahun 428/427 SM dan meninggal pada usia delapan-puluh atau delapan-puluh-satu pada tahun 348/447 SM, meskipun demikian tanggal tersebut tidak sepenuhnya tepat.

Menurut Diogenes Laertius (DL), yang mengikuti kronologi Apollodorus, Plato lahir pada tahun ketika Pericles meninggal dunia, enam tahun lebih muda dari Isokrates, dan meninggal pada usia delapan puluh empat (DL 3,2-3,3). Jika tanggal kematian Plato versi Apollodorus benar, Plato akan lahir pada tahun 430 SM atau 431 SM.

Diogenes berpendapat bahwa Plato lahir pada tahun Pericles meninggal dunia akan menempatkan kelahirannya pada tahun 429 SM. Kemudian (pada 3,6), Diogenes mengatakan bahwa Plato berumur dua puluh delapan ketika Socrates dihukum-mati pada tahun 399 SM yang akan menempatkan tahun kelahirannya pada tahun 427 SM.

Disamping ketidakpastian tanggal kehidupan Plato yang disebutkan di atas, yang didasarkan pada perhitungan Eratosthenes, secara tradisional data tersebut telah diterima sebagai hal yang akurat.


b. Keluarga

Sedikit yang dapat diketahui tentang kehidupan awal Plato. Menurut Diogenes dengan kesaksian yang sangat meragukan diperoleh informasi bahwa orang tua Plato adalah Ariston dan Perictione (atau Potone- lihat D.L. 3.1).

Kedua belah pihak keluarga orang-tua Plato mengaku mempunyai nenek-moyang yang sama yaitu Poseidon (D.L. 3.1).

Diogenes melaporkan bahwa kelahiran Plato adalah hasil perkosaan Ariston kepada Perictione (D.L. 3.1), ini adalah contoh yang baik dari gosip yang belum terkonfirmasi di mana Diogenes begitu sering memanjakannya.

Dari orang tua yang sama, Plato memiliki dua kakak laki-laki yaitu Glaucon dan Adeimantus dan seorang adik perempuan bernama Potone (lihat D.L. 3.4).

Pada buku karya WKC Guthrie, A History of Greek Philosophy, vol. 4, 10 n. 4 berpendapat masuk-akal bahwa Glaucon dan Adeimantus adalah kakak dari Plato.

Setelah kematian Ariston, ibu Plato kemudian menikah dengan pamannya sendiri yaitu Pyrilampes (dalam karya Plato berjudul Charmides, disebutkan bahwa Pyrilampes adalah paman Charmides dan Charmides adalah saudara dari ibu Plato). Dari pernikahan dengan Pyrilampes ibu Plato mempunyai anak-lain bernama Antiphon, saudara-tiri Plato (lihat Plato, Parmenides 126A-b).

Plato berasal dari salah-satu keluarga terkaya dan paling-aktif secara politik di Athena. Meskipun demikian kegiatan politik mereka tidak dilihat sebagai suatu hal yang patut-dipuji oleh para sejarawan.

Salah satu paman Plato, Charmides adalah anggota dari tiran-tiga-puluh yang terkenal karena menggulingkan demokrasi Athena pada tahun 404 SM. Paman Charmides sendiri yaitu Critias adalah pemimpin tiran-tiga-puluh.

Keluarga Plato sendiri tidak secara eksklusif terkait dengan faksi-oligarki di Athena namun demikian ayah tirinya Pyrilampes dikatakan menjadi rekan dekat Pericles, ketika ia memimpin faksi-demokrasi.

Sepertinya nama lahir Plato yang sebenarnya mengikuti nama kakeknya yaitu Aristocles. Plato yang berarti bidang atau luas pada awalnya merupakan nama-panggilan yang mungkin pertama diberikan oleh guru gulatnya untuk menunjukan fisiknya, atau luas gayanya, atau bahkan luas dahinya (semua dijelaskan di DL 3.4).

Meskipun demikian nama Aristocles masih diberikan pada Plato sebagai nama pada salah satu dari dua-nisan di makamnya (lihat D.L. 3,43) dan sejarah mengenalnya sebagai Plato.


c. Perjalanan Awal Dan Pendirian Academy

Ketika Socrates meninggal, Plato meninggalkan Athena, menetap pertama kali di Megara. Tetapi kemudian berpindah ke beberapa tempat lainnya, termasuk mungkin Kirene, Italia, Sisilia (Syracuse), dan bahkan Mesir.

Strabo (17,29) mengaku ditunjukkan di mana Plato hidup ketika ia mengunjungi Heliopolis di Mesir. Plato sesekali menyebut Mesir dalam karya-karyanya tetapi tidak untuk mengungkapkan banyak konsekuensi apapun (lihat, sebagai contoh, Phaedrus 274c-275b; Philebus 19b ).

Bukti yang lebih baik dapat ditemukan untuk kunjungan Plato ke Italia dan Sisilia, terutama dalam Seventh-Letter.

Menurut penjelasan yang diberikan di sana, Plato pertama kali pergi ke Italia dan Sisilia ketika dia berumur "sekitar empat puluh tahun" (Seventh-Letter 324a). Ketika ia menetap di Sisilia, Plato menjadi instruktur untuk Dion, adik-ipar dari tiran Dionysius I.

Menurut cerita yang diragukan dari masa yang lebih kuno, selama kunjungan ini Dionysius menjadi kesal dengan Plato untuk beberapa hal dan mengatur agar sang-filsuf dijual sebagai budak (Diod 15.7; Plut Dion 5; DL 3.19-21).

Pada suatu kesempatan, Plato kembali ke Athena dan mendirikan sekolah, yang dikenal sebagai Academy. Dari sinilah kita mendapatkan kata Akademi. Academy diambil sebagai nama berdasar-lokasi dimana sekolah didirikan pada sebuah tempat-sakral yang dipenuhi pohon yang rimbun untuk menghormati pahlawan Academus atau Hecademus (lihat DL 3.7) berjarak satu setengah kilometer atau lebih di luar tembok Athena.

Situs ini masih dapat dikunjungi di Athena modern, namun pengunjung hanya akan menjumpai depresi kekosongan dari monumen atau fitur yang menarik.

Kecuali dua perjalanan ke Sisilia berikutnya, Academy tampaknya menjadi rumah tinggal bagi Plato selama menghabiskan sisa hidupnya.


d. Perjalanan Terakhir Ke Sisilia Dan Kematian

Dari dua petualangan terakhir Plato di Sisilia, yang pertama terjadi setelah Dionysius I meninggal dan putranya Dionysius II naik tahta. Pamannya/kakak ipar Dion membujuk tiran-muda itu untuk mengundang Plato, guna membantu dia menjadi seorang filsuf-penguasa seperti yang dijelaskan dalam karya Plato Republic.

Meskipun sang-filsuf yang sudah berumur enam-puluhan-tahun tidak sepenuhnya dibujuk (Seventh-Letter 328b-c), ia setuju untuk berangkat ke Sisilia. Meskipun demikian, perjalanan ini seperti sebuah perjalanan terakhir, tidak berjalan dengan baik sama-sekali.

Dalam beberapa bulan kemudian, Dionysius muda mengirim Dion ke pengasingan karena penghasutan (Seventh-Letter 329c, Third-Letter 316C-d) dan Plato efektif menjadi tahanan rumah sebagai Tamu-Pribadi sang diktator (Seventh-Letter 329c-330B).

Plato akhirnya berhasil mendapatkan izin dari tiran untuk kembali ke Athena (Seventh-Letter 338A). Ia dan Dion berkumpul kembali di Academy (Plut. Dion 17).

Dionysius setuju bahwa Setelah-Perang mungkin Perang-Lucanian yang terjadi pada tahun 365 SM (Seventh-Letter 338A) ia akan mengundang Plato dan Dion kembali ke Sisilia (Third-Letter 316e-317a, Seventh-Letter 338A-b).

Dion dan Plato selanjutnya tinggal di Athena selama empat-tahun pada 365-361 SM. Dionysius kemudian memanggil Plato, tetapi menghendaki Dion tetap tinggal di Athena untuk menunggu beberapa saat.

Dion menerima syarat itu dan mendorong Plato untuk segera berangkat ke Sisilia (Third-Letter 317a-b, Seventh-Letter 338b-c), tapi Plato menolak undangan (Third-Letter 317a,Seventh-Letter 338c). Hampir setahun berlalu, Dionysius mengirim sebuah kapal yang membawa salah-satu teman Plato pengikut filsuf Pythagoras bernama Archedemus, teman dari Archytas (Seventh-Letter bagian 339a-b dan berikutnya) di atas kapal memohon Plato untuk kembali ke Sisilia.

Sebagian karena antusiasme temannya Dion pada rencana tersebut, Plato akhirnya berangkat sekali lagi ke Sisilia. Meskipun demikian, sekali lagi keadaan di Sisilia sama-sekali tidak disukai Plato. Dionysius sekali lagi efektif memasukan Plato ke penjara di Sisilia, dan pada terakhir Plato mampu melarikan-diri lagi dengan bantuan dari temannya dari Tarentum (Seventh-Letter 350A-b).

Dion kemudian mengumpulkan tentara bayaran dan menyerbu tanah airnya sendiri. Tapi kesuksesannya itu hanya berumur-pendek, dia dibunuh dan kekacauan di Sisilia menjadi berkurang. Plato, mungkin sekarang benar-benar muak dengan politik, ia kembali ke Academy-nya tercinta, di mana dia menghabiskan tiga-belas-tahun masa terakhir hidupnya.

Menurut Diogenes, Plato dimakamkan di sekolah yang ia dirikan (D.L. 3.41) namun makamnya, belum ditemukan oleh investigasi arkeologi.


e. Pengaruh Pada Plato

Heraclitus
Aristoteles dan Diogenes setuju bahwa Plato memiliki beberapa hubungan awal yang baik dengan filsafat Heraclitus dari Ephesus atau dengan satu atau lebih dari pengikut sang-filsuf (lihat Aristoteles Metaph. 987a32, D.L. 3,4-3,5). Efek dari pengaruh ini mungkin dapat dilihat dalam konsepsi matang Plato tentang dunia-indra yang tak-henti-hentinya-berubah.

Parmenides dan Zeno
Tidak ada keraguan bahwa Plato juga sangat dipengaruhi oleh Parmenides dan Zeno, keduanya dari Elea, dalam teori-forma Plato, yang jelas dimaksudkan untuk memenuhi-syarat filsafat Parmenides tentang kesatuan-metafisik dan stabilitas dalam dunia-indra. Parmenides dan Zeno juga muncul sebagai karakter dalam dialog karya Plato berjudul Parmenides. Diogenes Laertius juga mencatat pengaruh penting lainnya:

" Dalam karya-karyanya, Plato mencampur argumen Heraclitus, Pythagoras, dan Socrates. Mengenai dunia-indra, ia meminjam ide dari Heraclitus; mengenai inteligensi, dari Pythagoras; dan tentang politik, dari Socrates. (D.L. 3.8) "

Pythagoras
Diogenes Laertius (3.6) mengklaim bahwa Plato mengunjungi beberapa pengikut filsafat Pythagoras di Italia-Selatan (salah satunya adalah Theodorus yang juga disebutkan sebagai teman Socrates di dalam karya Plato berjudul Theaetetus). Dalam Seventh-Letter (lihat 339d-e), kita belajar bahwa Plato adalah teman Archytas dari Tarentum, seorang negarawan dan pemikir pengikut filsafat Pythagoras yang terkenal, dan di dalam karyanya Phaedo, Plato menyebut Echecrates seorang pengikut Pythagoras lain, berada dalam kelompok di sekitar Socrates di hari terakhirnya di penjara. Pengaruh filsafat Pythagoras pada Plato tampaknya jelas dalam kekagumannya dengan matematika dan dalam beberapa cita-cita politiknya (lihat filsafat politik Plato), hal ini dinyatakan dalam berbagai cara di beberapa dialog.

Socrates
Meskipun demikian, jelas bahwa tidak ada pengaruh yang lebih besar dari Socrates pada Plato. Hal ini terbukti tidak-hanya di banyak doktrin dan argumen yang kita temukan dalam dialog Plato tetapi mungkin yang paling-jelas adalah pilihan Plato pada Socrates sebagai tokoh utama di sebagian besar karya-karyanya. Menurut Seventh-Letter (324e), Plato menjelaskan Socrates sebagai Manusia-Paling-Adil. Menurut Diogenes Laertius(3.5), Socrates dan Plato saling menghormati.


Sumber:
www.iep.utm.edu/plato
Pemahaman Pribadi


Kelapa Gading , 24 Oktober 2016


No comments:

Post a Comment