Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Friday, August 4, 2017

Rene Descartes 7 : Hubungan Pikiran Dan Badan


a. Berbeda Sama Sekali

Salah satu kesimpulan utama Descartes adalah pikiran berbeda-sama-sekali dengan badan.

Tapi apa itu "berbeda-sama-sekali" ? Penjelasan terbaik Descartes terdapat dalam karyanya Principle, Bagian 1, Bab 60.

Di sini pertama kali, ia menyatakan bahwa ini adalah perbedaan antara dua-atau-lebih substansi.

Kedua, pengertian berbeda-sama-sekali ditangkap ketika sebuah substansi dapat dipahami dengan jelas-dan-terpilah tanpa memerlukan yang lain dan sebaliknya.

Ketiga, pemahaman yang jelas-dan-terpilah ini menunjukkan bahwa Tuhan dapat mewujudkan apapun yang dapat dipahami dengan cara ini.

Oleh karena itu, dalam berdebat mengenai perbedaan pikiran-dan-badan yang berbeda-sama-sekali, Descartes mengemukakan bahwa :
1) Pikiran adalah suatu substansi,
2) Pikiran dapat dipahami dengan jelas-dan-terpilah tanpa memerlukan substansi lain, termasuk badan, dan
3) Bahwa Tuhan dapat menciptakan substansi-pikiran (mental) dengan sendiri tanpa bantuan substansi-lain yang sudah tercipta.

Jadi Descartes pada akhirnya berpendapat mengenai kemungkinan keberadaan pikiran atau jiwa tanpa badan.

Dalam karyanya Sixth Meditation, Descartes berpendapat bahwa pikiran-dan-badan berbeda-sama-sekali pada dua hal.

Argumen pertama adalah dia memiliki pemahaman yang jelas-dan-terpilah tentang pikiran sebagai substansi-yang-berpikir dan yang-tidak-menempati-ruang sedang badan sebagai substansi-yang-menempati-ruang dan yang-tidak-berpikir.

Jadi, ide/gagasan masing-masing ini dapat dipahami dengan jelas-dan-terpilah, merupakan dua hal yang saling berlawanan satu sama lain dan oleh karena itu masing-masing dapat dipahami seluruhnya dengan sendiri tanpa membutuhkan yang lain.

Dua poin harus disebutkan di sini.

Pertama, Descartes berpendapat bahwa persepsi jelas-dan-terpilah menunjukkan bahwa pikiran tidak dapat berbuat apa-apa selain hanya mempercayai bahwa mereka benar, dan karenanya pastilah-benar karena jika tidak-benar, Tuhan akan menjadi-penipu, yang itu adalah tidak mungkin.

Jadi premis-premis argumen ini berakar kuat di dalam fondasinya untuk memperoleh pengetahuan yang pasti-mutlak.

Kedua, ini menunjukkan lebih jauh lagi bahwa Descartes mengetahui, Tuhan dapat menciptakan pikiran-dan-badan dengan cara seperti mereka dipahami yaitu jelas-dan-terpilah.

Karena itu, pikiran bisa ada tanpa badan dan sebaliknya.

Versi kedua kemudian ditemukan dalam karyanya Sixth Meditation di mana Descartes berpendapat untuk memahami ciri-karakteristik dari badan atau substansi-yang-menempati-ruang sebagai dapat-di-bagi menjadi bagian-bagian, sedangkan ciri-karakteristik pikiran dipahami sebagai sesuatu-yang-sangat-sederhana-dan-lengkap sedemikian hingga tidak-tersusun dari bagian-bagian dan karena itu tidak-dapat-di-bagi.

Dari sini, pikiran-dan-badan tidak-dapat memiliki ciri-karakteristik yang sama, karena jika sama, maka sebuah-substansi yang sama akan memiliki ciri-karakteristik dapat-dibagi sekaligus tidak-dapat-dibagi, yang adalah tidak mungkin.

Oleh karena itu pikiran-dan-badan harus memiliki dua ciri-karakteristik yang berbeda-sama-sekali agar masing-masing dapat dipahami dengan sendiri tanpa memerlukan yang lain.

Meskipun di sini Descartes tidak membuat kesimpulan lebih lanjut sampai pada kesimpulan bahwa pikiran-dan-badan adalah dua-substansi yang berbeda-sama-sekali, namun itu sesuai kemampuan masing-masing untuk dipahami dengan jelas-dan-terpilah tanpa membutuhkan satu sama lain sehingga Tuhan dapat menciptakan masing-masingnya tanpa yang lain.


b. Masalah Hubungan Pikiran Dan Badan

Masalah hubungan antara pikiran-dan-badan yang terkenal berasal dari kesimpulan Descartes bahwa antara pikiran-dan-badan adalah dua-substansi yang berbeda-sama-sekali.

Hal terpenting dari kesulitan yang ada terletak pada pendapat bahwa ciri-karakteristik dari pikiran-dan-badan yang dimiliki oleh masing-masing adalah berbeda-sama-sekali dan dalam beberapa hal bertentangan satu sama lainnya.

Dalam penjelasan ini, pikiran adalah sepenuh-nya substansi-immaterial tanpa ada substansi-yang-menempati-ruang terkandung di dalamnya.

Dan sebaliknya, badan adalah sepenuh-nya substansi-material tanpa sama sekali substansi-berpikir di dalamnya.

Ini juga berarti bahwa setiap substansi hanya bisa memiliki jenis modus tertentu.

Misalnya, pikiran hanya bisa memiliki modus pemahaman atau pengetahuan, kehendak dan dalam beberapa hal sensasi, sedangkan badan hanya bisa memiliki modus ukuran, bentuk, gerak, dan kuantitas.

Tetapi badan tidak dapat memiliki modus memahami, mengetahui atau menghendaki, karena ini bukanlah modus bagi substansi-yang-menempati-ruang dan pikiran tidak dapat memiliki modus bentuk atau gerak, karena ini bukan modus dari substansi-pikiran.

Kesulitan timbul ketika diperhatikan bahwa kehendak terkadang menggerakkan badan, misalnya, niat untuk mengajukan pertanyaan di kelas menyebabkan terangkatnya lengan (tangan) anda, dan gerakan tertentu dalam badan menyebabkan pikiran memiliki sensasi.

Tetapi bagaimana dua-substansi dengan ciri-karakteristik yang berbeda-sama-sekali itu dapat berinteraksi secara kausalitas ?

Pierre Gassendi dalam keberatan-kelima dan Putri Elizabeth dalam korespondensi dengan Descartes keduanya mencatat masalah ini dan menjelaskannya dalam hal kontak-dan-gerak.

Kepercayaan utama pemikiran mereka adalah pikiran harus bisa bersentuhan dengan badan agar bisa menyebabkan badan bergerak.

Namun kontak harus terjadi di antara dua-atau-lebih permukaan, dan karena permukaan adalah modus substansi yang-menempati-ruang, maka pikiran tidak dapat memiliki permukaan.

Oleh karena itu, pikiran tidak dapat bersentuhan dengan badan sehingga menyebabkan beberapa anggota badan bergerak.

Lebih jauh lagi, walaupun Gassendi dan Elizabeth memperhatikan bagaimana substansi-pikiran (mental) dapat menyebabkan gerakan pada substansi-badan, masalah serupa dapat ditemukan sebaliknya yaitu bagaimana gerak-partikel di mata, misalnya, berjalan melalui saraf optik ke otak menyebabkan sensasi-visual dalam pikiran, jika tidak ada kontak atau perpindahan gerak yang mungkin di antara keduanya ?

Ini bisa menjadi masalah serius bagi Descartes, karena keberadaan aktual dari modus-sensasi dan gerakan-fisik-sukarela yang menunjukkan pikiran-dan-badan berinteraksi secara kausalitas.

Tetapi ciri-karakteristik dari pikiran-dan-badan yang berbeda-sama-sekali sepertinya menghalangi kemungkinan interaksi ini.

Oleh karena itu, jika masalah ini tidak dapat dipecahkan, maka bisa digunakan untuk mengartikan bahwa pikiran-dan-badan adalah tidak-sepenuhnya-berbeda tetapi mereka pasti memiliki kesamaan dalam rangka memfasilitasi interaksi ini.

Perhatian yang ada pada Elizabeth dan Gassendi, ini akan menyarankan pendapat bahwa pikiran adalah sebuah substansi yang-menempati-ruang yang mampu memiliki permukaan dan gerak.

Oleh karena itu, Descartes tidak benar-benar mencapai pemahaman pikiran-dan-badan secara jelas-dan-terpilah satu sama lain, karena ciri-karakteristik pikiran harus mengandung substansi-yang-nenempati-ruang atau badan di dalamnya.

Meskipun demikian Descartes, tampak tidak begitu memperhatikan masalah ini.

Alasan kurangnya perhatian ini adalah keyakinannya yang disampaikan kepada keduanya, Gassendi dan Elizabeth, bahwa masalahnya terletak pada kesalahpahaman tentang kesatuan antara pikiran-dan-badan.

Meskipun dia tidak menjelaskannya lebih jauh kepada Gassendi, Descartes memang memberikan beberapa pandangan pada surat tanggal 21 Mei 1643 kepada Elizabeth.

Dalam surat itu, Descartes membedakan antara berbagai gagasan-asal.

Yang pertama adalah gagasan tentang badan, yang mengandung pengertian tentang bentuk-dan-gerak.

Yang kedua adalah gagasan tentang pikiran atau jiwa, yang mencakup persepsi dari intelek dan kecenderungan dari kehendak.

Yang ketiga adalah pengertian tentang kesatuan jiwa-dengan-badan, yang bergantung pada pengertian tentang kekuatan jiwa untuk menggerakkan badan dan kekuatan badan untuk menimbulkan sensasi-dan-hasrat di dalam jiwa.

Gagasan yang dikandung atau termasuk di dalam pengertian-asal tentang badan-dan-jiwa hanyalah pengertian dari modus yang dimiliki oleh masing-masing.

Ini menunjukkan bahwa pengertian itu bergantung pada gagasan-asal tentang kesatuan jiwa-dan-badan merupakan modus-modus dari entitas yang dihasilkan oleh penyatuan itu.

Ini juga berarti bahwa manusia adalah satu-substansi, bukanlah dua-substansi yang berinteraksi secara kausalitas melalui kontak-dan-gerak seperti dalam pendapat Elizabeth dan Gassendi.

Tetapi, manusia adalah jiwa yang disatukan dengan badan, yang akan menjadi keseluruhan yang melebihi jumlah semua bagian-bagian-nya.

Dengan demikian, pikiran atau jiwa adalah sebuah bagian yang memiliki kapasitas sendiri dengan modus-intelek dan kehendak.

Badan adalah sebuah bagian yang memilik kapasitas sendiri juga dengan modus ukuran, bentuk, gerak dan kuantitas.

Dan kesatuan pikiran-dan-badan atau manusia, memiliki kapasitas seperangkat/semua modus-modus di atas dan melampaui kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing bagian itu sendiri.

Pada penjelasan ini, modus gerakan-badan-sukarela tidak akan menjadi modus dari badan sendiri akibat interaksi kausalitas-mekanis-nya dengan substansi-pikiran (mental), namun justru merupakan modus-keseluruhan dari manusia sebagai kesatuan.

Penjelasan tentang, misalnya, mengangkat lengan (tangan) akan ditemukan dalam penjelasan tentang prinsip-memilih yang terdapat di dalam ciri-karakteristik manusia dan sensasi adalah sama merupakan modus dari keseluruhan-manusia.

Oleh karena itu, manusia akan menyebabkan dirinya bergerak dan akan memiliki sensasi dan oleh karena itu, masalah interaksi-kausalitas antara pikiran-dan-badan dapat dihindari sama sekali.

Akhirnya, di penjelasan yang digambarkan di sini, manusia, menurut Descartes sebenarnya adalah satu-substansi-keseluruhan, sementara pikiran-dan-badan adalah bagian-bagian-nya yang dapat diciptakan Tuhan secara independen satu sama lain.

Namun demikian, poin terakhir harus dibuat sebelum menutup bagian ini.

Posisi dari pendapat Descartes yang digambarkan dalam beberapa paragraf sebelumnya bukanlah pandangan umum di kalangan ilmuwan dan membutuhkan lebih banyak pembenaran daripada yang bisa diberikan di sini.

Sebagian besar ilmuwan memahami doktrin Descartes tentang berbeda-sama-sekali antara pikiran-dan-badan adalah dengan cara yang sama seperti Elizabeth dan Gassendi melakukan hal itu sehingga manusia diyakini bukanlah satu-substansi-keseluruhan tetapi dua-substansi yang entah bagaimana secara mekanis saling berinteraksi.

Ini juga berarti bahwa mereka menemukan masalah hubungan pikiran-dan-badan menjadi kelemahan keseluruhan filsafat Descartes yang serius, jika tidak fatal.

Namun, manfaat dari penjelasan singkat yang diberikan di sini adalah hal itu membantu menjelaskan kurangnya perhatian Descartes terhadap masalah ini dan pendapatnya yang terus-menerus tentang pemahaman kesatuan pikiran-dan-badan akan menarik perhatian orang lain terhadap interaksi-kausalitas melalui kontak-dan-gerak antara pikiran-dan-badan.



Sumber:
http://www.iep.utm.edu/descarte/#H1
Pemahaman Pribadi




No comments:

Post a Comment