Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Tuesday, June 14, 2016

Ketulusan


Ketulusan/keikhlasan sebuah kata yang sering kita dengar. Terimalah dengan ikhlas atau lakukanlah dengan tulus. Adalah kalimat yang sering lalu lalang melewati telinga kita dalam kehidupan sehari hari. Sekilas kita bisa menangkap makna kata itu karena makna telah tersimpan dengan baik dalam ingatan kita. Tetapi pernahkah kita memikirkan dengan mendalam makna itu ? Jangan jangan kita hanya menerima pendapat begitu saja tanpa bersikap kritis terhadapnya. 

Selain sulitnya mencari referensi objektif tentang ketulusan/keikhlasan, tulisan ini hanyalah sebuah usaha subjektif untuk memahami sebuah makna yang cukup penting untuk menjalani hidup. Benar atau tidaknya diserahkan sepenuhnya pada intepretasi pembaca. Disertai dengan sikap tulus/ikhlas tentunya.


Dimensi Ketulusan

Ketulusan/keikhlasan adalah kata yang mengandung makna kebaikan. Makna yang bersifat positf.  Yang bisa dipahami sebagai sesuatu yang meningkatkan nilai kualitas dari tindakan yang kita lakukan. Perbuatan baik yang dilakukan tentu mempunyai bobot nilai yang lebih tinggi jika disertai dengan ketulusan/keikhlasan. Sebaliknya nilai akan menurun bahkan menjadi tidak bernilai atau bernilai negatif jika tidak diiringi dengan ketulusan/keikhlasan.

Ketulusan/keikhlasan mempunyai dimensi vertikal dan horisontal. Vertikal mengacu pada hubungan dengan Tuhan sedang horisontal mengacu pada hubungan dengan sesama manusia. Keduanya terkait dengan sikap batin seorang individu dalam melakukan suatu tindakan serta menerima dan mengalami suatu perbuatan, peristiwa atau keadaan. 


Dimensi Vertikal

Secara vertikal -dalam makna sempit- ketulusan/keikhlasan bisa dipahami sebagai sikap batin ketika melakukan perbuatan yang mengandung nilai ibadah sebagai wujud keimanan dan ketaqwaan. Makna ketulusan/keikhlasan hadir menguatkan sikap batin yang lain yang biasa disebut sebagai Niat. Dalam pengertian luas, makna ketulusan/keikhlasan dapat diartikan sebagai sikap batin yang menerima dengan tulus/ikhlas untuk menjalani kehidupan ini. Bahwa semua yang terjadi di dunia ini dilingkupi oleh kebaikan illahi. Bahwa segalanya Dia-lah yang mengatur dan semua yang terjadi adalah atas kehendak-Nya. Dalam agama, kita mengenalnya sebagai takdir. Perlu ditekankan bahwa makna ketulusan/keikhlasan di sini tidaklah sama dengan pasrah. Dalam sikap batin tulus/ikhlas tidak berarti diam atau menerima begitu saja apa yang terjadi. Sebaliknya ketulusan/keikhlasan harus mewujud dalam tindakan kita dengan berusaha menjalani hidup sebaik baiknya. Sebaik mungkin yang mampu kita capai. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita sebagai manusia tidak selalu mampu untuk memandang semua hal yang terjadi dalam hidup kita sebagai sebuah kebaikan. Adakalanya penilaian kita terbalik. Disinilah kita perlu berusaha mencari makna kebaikan dibalik peristiwa yang terjadi sekaligus menentukan sikap untuk menghadapi dan melaluinya. Dalam ketulusan/keikhlasan kita bisa secara aktif bersikap secara nyata terhadap hal hal yang kita hadapi.

Dalam pemahaman agama (Islam), ketulusan/keikhlasan menjadi hal yang menentukan apakah perbuatan ibadah yang dilakukan diterima sebagai amal baik atau tidak. Mendapat pahala atau tidak. Dalam hal ini ketulusan/keikhlasan berkedudukan sangat penting karena menjadi syarat utama suatu ibadah mendapat nilai amal atau tidak. Pandangan agama berpendapat bahwa hanya beribadah dengan niat yang tulus/ikhlas karena Tuhan dan untuk Tuhan semata serta dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan tuntunan yang ada yang dapat diterima oleh Yang Maha Kuasa dan mendapat nilai amal kebaikan. Hal yang cukup menyulitkan, nilai ibadah ditentukan oleh sikap batin, suatu yang sulit diukur dan diketahui. Hanya Tuhan-lah yang mampu mengetahui dengan pasti hadirnya ketulusan/keikhlasan di dalam batin kita.


Dimensi Horisontal

Dalam dimensi horisontal ketulusan/keikhlasan merupakan sikap batin seorang individu menyangkut tindakan yang dilakukan kepada sesama serta sikap batin ketika mengalami perbuatan yang dilakukan oleh orang lain pada dirinya. 

Dalam melakukan suatu perbuatan kepada sesama, ketulusan/keikhlasan berarti sikap batin yang hanya berisi maksud objektif dari tindakan itu sendiri. Keadaan batin yang tidak dikotori oleh maksud maksud lain (selain maksud objektif). Ketika menolong orang lain, sikap batin kita adalah hanya ingin menolong orang tersebut, mengurangi rasa sakit atau mengurangi beban penderitaan yang bersangkutan. kita sama sekali tidak berkeinginginan untuk disebut seorang yang baik hati, seorang kaya yang dermawan atau yang lain. Kita juga tidak berharap akan balas budi dari siapapun. Oleh karena itu ketulusan/keikhlasan dalam dimensi horisontal dekat dengan perbuatan yang instingtif dan spontan. Sebuah tindakan serta merta yang hanya berisi kehendak objektif untuk melakukan sesuatu. Suatu tindakan yang murni tanpa kontaminasi. Jika kita melihat seorang yang memerlukan bantuan, batin kita serta merta mendorong badan untuk bergerak melakukan pertolongan.

Dalam menerima perlakuan dari orang lain, ketulusan/keikhlasan berarti sikap batin yang menerima apa yang dialami sebagai hal yang semestinya terjadi. Sikap batin yang rela menerima sepenuhnya tanpa diiringi prasangka, tendensi dan emosi negatif serta memandang sebagai hal yang positif yang mengarahkan diri ke kebaikan. Membentuk kita menjadi manusia yang lebih mulia. Tidak ada hal yang membuat resah batin kita atau merubah diri kita menjadi berkurang kualitasnya.


Penilaian Ketulusan

Penilaian ketulusan/keikhlasan berada di luar diri kita. Secara vertikal ada di tangan Yang Maha Kuasa. Secara horisontal berada di tangan manusia lain. Meskipun kita bisa melakukan penilaian sendiri terhadap sikap batin kita, itu hanyalah penilaian subjektif. Jika bukan kesombongan, itu adalah bentuk pengakuan sepihak yang belum diakui. Kita bisa saja mengaku melakukan tindakan ini dan itu dengan tulus/ikhlas tetapi orang lain belum tentu menilai seperti itu. Kita juga bisa merasa melakukan ibadah dengan penuh ketulusan/keikhlasan tetapi penilaian Tuhan siapa yang tahu ? Penilaian atas ketulusan/keikhlasan ada di luar kita secara objektif.

Dalam hubungan personal dengan Tuhan, perbuatan ibadah diterima sebagai amal baik atau tidak bukanlah kita yang menentukan. Sekeras apapun usaha untuk melakukan dan memenuhi syarat ibadah tetap saja nilai ibadah kita berada di luar jangkauan kita. Kita sesungguhnya tidak tahu pasti apakah ibadah kita diterima atau tidak. Berapa nilai pahala yang kita terima adalah rahasia Illahi. Oleh karena itu sebesar apapun usaha yang dilakukan dalam beribadah, kita selayaknya tetap bersikap rendah hati dan tidak merasa lebih dari yang lain. Kita hanya bisa berusaha sebaik mungkin, mengenai hasil kita hanya bisa menerima. 

Dalam hubungan dengan sesama, ketulusan/keikhlasan berkaitan dengan moralitas sebagai manusia yang bermartabat. Hal ini berarti menyangkut nilai baik dan buruk di mata manusia. Perbuatan baik akan sempurna jika kita melakukan dengan tulus/ikhlas. Pengakuan orang lain sebagai manusia yang baik dan mulia akan datang dengan sendirinya jika kita melakukan dengan konsisten dan terus menerus. Baik dan tidaknya seseorang dalam kehidupan tidak hanya ditentukan oleh perbuatannya sendiri tetapi juga penilaian objektif dari orang lain yang melihat, mengalami dan merasakan tindakan tindakan yang kita lakukan, yang mencerminkan keberadaan kita sebagai manusia di antara manusia lain.


Sumber:
Pengalaman Hidup
Pemahaman Otodidak


Kelapa Gading, 13 Juni 2016


No comments:

Post a Comment