Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Friday, June 17, 2016

Antara Filsafat dan Agama


Filsafat dan Agama meliputi bidang yang sama yaitu bidang yang Ultimate. Bidang yang dianggap paling-penting bagi manusia dan bukan merupakan persoalan remeh. Perbedaan antara Agama dan Filsafat bukan terletak pada bidangnya tetapi pada caranya-menyelidiki bidang itu sendiri.

Filsafat berarti berpikir sedangkan Agama berarti mengabdikan-diri. Orang yang belajar Filsafat tidak-hanya mengetahui persoalan Ilmu-Filsafat itu sendiri tetapi lebih penting dari itu, ia dapat berpikir dengan mendalam tentang suatu hal. Begitu juga mempelajari Agama, tidak-hanya puas dengan memperoleh pengetahuan Agama, tetapi juga harus mampu membiasakan-diri dengan menjalani hidup secara Agama. Seorang ahli-agama William Temple berpendapat :
" Filsafat menuntut pengetahuan untuk memahami sedang Agama menuntut pengetahuan untuk beribadat. "

 Dia menambahkan lagi bahwa : 

" Pokok dari Agama bukan pengetahuan tentang Tuhan melainkan hubungan antara manusia dengan Tuhan. "

Seorang ahli agama lain, C.S. Lewis menyatakan perbedaan-lain antara Agama dan Filsafat yaitu Enjoyment dan Contemplation. Sebagai contoh seorang pria yang mencintai seorang wanita. Rasa-cinta, itu yang dimaksud Enjoyment, sedang memikirkan rasa-cintanya sendiri yang dimaksud Contemplation. Agama dapat dibandingkan dengan Enjoyment yang dianalogikan dengan rasa-cinta seseorang. Sedang Filsafat adalah Contemplation yakni si-pecinta yang memikirkan tentang rasa-cintanya itu. Seorang yang mempelajari Agama dengan berpikir-mendalam ibarat seorang-pecinta yang memikirkan rasa-cintanya.

Hal yang cukup-penting diketahui tentang Agama ialah sikap rasa-pengabdian ( Dedication atau Contentment ). Setiap penganut Agama merasa ia harus mengabdikan-diri sekuat-kuatnya kepada Agama yang dipeluknya. Rasa-pengabdian ini harus dihargai oleh orang-lain yang ingin mempelajari atau berdebat mengenai Agama. Hal-ini disebabkan rasa-pengabdian itu mungkin berasal dari pengertian yang diperoleh melalui penyelidikan-yang-seksama dan pemikiran-mendalam. Meskipun sesungguhnya makna pengabdian lebih-dalam daripada sekedar-pengertian. Sikap-pengabdian merupakan wujud-keyakinan dan kesediaan untuk menghubungkan nasib-diri seorang pada pengertian-itu. Pengabdian merupakan-keterikatan pada pengertian-itu-sendiri.

Perbedaan-lain adalah Agama lebih berhubungan dengan hati sedang Filsafat dengan pikiran yang dingin-dan-tenang. Agama diumpamakan dengan air-sungai yang terjun dari bendungan dengan gemuruhnya sedang Filsafat dapat diumpakan dengan air-telaga yang tenang-dan-jernih yang dapat dilihat dasarnya. Seorang yang berfilsafat jika berhadapan dengan penganut aliran-yang-lain biasanya bersikap lunak oleh karena dia akan sanggup meninggalkan-pendiriannya jika dia menilai pendapatnya-salah, sebaliknya seorang beragama jika berdebat tentang agamanya biasanya mempertahankan habis-habisan oleh karena dia sudah mengikat-diri dan mengabdikan-hidup kepadanya.

Filsafat walaupun bersifat tenang dalam pekerjaannya sering mengeruhkan-pikiran pemeluknya sedang Agama walaupun memenuhi pemeluknya dengan semangat dan perasaan pengabdian-diri mempunyai efek yang menenangkan-jiwa pemeluknya. Seorang yang berfilsafat ingin mencari kelemahan dalam tiap pendirian dan argumennya sendiri. Karena sikap-itu, jika ia menjumpai suatu pendapat yang mengandung kekurangan, ia tidak-lekas mencela dan meninggalkan pendapat itu akan-tetapi membandingkan dengan pendapat-lain yang mungkin mengandung kekurangan yang jauh lebih-besar dari pada kekurangan yang ditemukan pada pendapatnya sendiri.

Pendirian semacam itu amat-penting dalam membicarakan soal Agama. Seorang beragama yang mendasarkan pendiriannya hanya pada pandangan-filosofi yang memuji-muji agamanya adalah kurang-tepat karena pendirian-itu akan menjauhkan dirinya pada pandangan-lain yang mungkin ada-baiknya jika dia mengetahuinya. Yang lebih bermanfaat adalah seperti pendirian seorang penganut-agama yang bersedia mendengarkan uraian penganut-agama-lain atau paham-lain dan meminta kepadanya untuk membuktikan kebenarannya dari pahamnya atau agamanya.

Berpikir atau berfilsafat adalah penting dalam mempelajari Agama. Oleh karena manusia telah banyak berpengalaman dan telah banyak melakukan-kekeliruan dalam berpikir maka ia mampu menemukan bermacam-cara atau metode untuk menghindarkan-diri dari kekeliruan-itu. Metode-metode ini tentu sangat-berguna bagi seorang yang mempelajari Agama.

Untuk mencapai suatu kebenaran biasanya seorang tidak-cukup mengikuti satu-jalan saja, akan tetapi harus menempuh beberapa-jalan yang akhirnya bertemu pada satu-titik. Walaupun begitu hasilnya tidak-akan memberikan suatu kebenaran-yang-mutlak karena dalam perjalanan selalu akan menemui bahan-bahan-yang-kompleks. Dan karena sikap-dan-pikiran yang tidak-selalu tepat untuk menghadapi bahan-yang-rumit tersebut. Kemungkinan mencapai kebenaran akan menjadi lebih-besar dengan bertambahnya-pendekatan melalui jalan-jalan yang akan menuju kepadanya.


Sumber:
David Trueblood
Philosophy Of Religion
Pemahaman Pribadi


Kelapa Gading, 17 Juni 2016



No comments:

Post a Comment