Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Wednesday, August 9, 2017

Rene Descartes 8 : Badan Dan Ilmu Fisika


a. Keberadaan Dunia Luar

Dalam karyanya Sixth Meditation, Descartes mengenali bahwa sensasi adalah fakultas-pasif yang menerima ide/gagasan sensorik-indrawi yang bersumber dari sesuatu-yang-lain.

Tetapi apa itu "sesuatu-yang-lain" ?

Menurut prinsip penyebab-yang-memadai pada karyanya Third Meditation, penyebab ini memiliki realitas setidaknya sama-dengan realita yang secara formal maupun berlebih (eminen) terkandung secara objektif di dalam ide/gagasan sensorik yang dihasilkan melalui indra.

Dengan demikian, sesuatu-yang-lain itu bisa jadi adalah Descartes sendiri, sebuah badan atau substansi yang-menempati-ruang yang secara aktual memiliki apa yang terkandung secara objektif di dalam ide/gagasan sensorik, atau Tuhan atau makhluk yang-lebih-mulia daripada badan, yang memiliki realitas dengan berlebih.

Sesuatu-yang-lain itu, tidak mungkin Descartes sendiri, karena dia tidak memiliki kendali atas ide/gagasan ini.

Tidak mungkin juga Tuhan atau makhluk-yang-lebih-mulia daripada badan, karena jika memang begitu, maka Tuhan akan menjadi-penipu, karena kecenderungan yang sangat kuat untuk percaya bahwa badan adalah penyebab ide/gagasan sensorik akan menjadi salah.

Dan jika memang salah, tidak ada fakultas yang mampu menemukan kesalahan-nya.

Dengan demikian, Tuhan akan menjadi sumber-kesalahan dan bukan-nanusia, yang ini berarti bahwa Tuhan akan menjadi-penipu.

Sehingga badan pasti menjadi penyebab ide/gagasan, dan karena itu badan ada secara eksternal terhadap pikiran.

Badan berada di-luar-pikiran.


b. Ciri Karakteristik Badan

Pada bagian II dalam karyanya Principles, Descartes berpendapat bahwa keseluruhan-fisik alam-semesta adalah substansi-material yang-menempati-ruang dengan tidak-terbatas dalam panjang-lebar-dan-kedalaman.

Ini berarti bahwa ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang menyusun badan dan ruangan di mana badan-badan tersebut dikatakan berada di dalamnya adalah sama.

Disini Descartes menolak pendapat banyak orang yang memegang pendirian bahwa badan memiliki sesuatu yang lain yang disebut sifat tidak-dapat-di-tembus, yang melebihi dan di atas ciri-karakteristik-utama-nya yaitu ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman sebagai bagian dari sifat-nya, sementara ruangan hanyalah ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang-dapat-di-tembus dimana badan yang-tidak-dapat-di-tembus terletak di dalamnya.

Sehingga, badan dan ruangan memiliki ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang sama di dalamnya terdapat badan yang-tidak-dapat-di-tembus dan ruangan yang-dapat-di-tembus, lebih jauh lagi hanya ada satu jenis ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman.

Descartes mempertahankan pendapat bahwa ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman adalah mengikuti sesuatu yang-tidak-dapat-di-tembus karenanya hanya ada satu-ekstensi yaitu ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang-tidak-dapat-di-tembus.

Dia melanjutkan dengan menyatakan bahwa :

" Istilah tempat-dan-ruang, maka, jangan menandakan sesuatu apapun, selain badan yang dikatakan berada di suatu tempat... " (AT VIIIA 47: CSM I 228).

Oleh karena itu, bukanlah badan yang berada di dalam ruangan tetapi alam-semesta yang-menempati-ruang tersusun oleh pluralitas atau plenum dari badan-badan yang-tidak-dapat-di-tembus.

Pada penjelasan ini, tidak-ada ruangan di mana badan tertentu berada, melainkan apa yang disebut ruangan hanyalah hubungan antara sebuah badan dengan badan yang lain.

Meskipun demikian, ketika badan dikatakan berubah tempat-nya, itu hanyalah telah mengubah hubungan-nya dengan badan yang lain, namun tidak meninggalkan ruangan-kosong untuk diisi oleh badan yang lain.

Tetapi sebaliknya, badan lain menggantikan ruangan pertama sehingga ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dari bagian yang baru sekarang menyusun ruangan itu.

Berikut contoh yang bisa membantu untuk membuktikan.

Perhatikan contoh botol berisi penuh anggur.

Anggur dikatakan menempati ruangan di dalam botol.

Begitu anggur habis, ruangan itu sekarang tersusun oleh kuantitas udara yang sekarang menempati-nya.

Perhatikan bahwa ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang dimiliki anggur dan dimiliki oleh udara adalah dua set badan yang berbeda, jadi ruangan di dalam botol disusun oleh dua buah ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang berbeda.

Tetapi, karena kedua ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman ini memiliki ukuran, bentuk dan hubungan yang sama dengan badan yang mengelilingi/membatasi, yaitu botol, maka itu disebut satu ruangan/tempat yang sama meskipun, secara lebih tepat, itu terdiri dari dua buah ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman yang berbeda.

Oleh karena itu, selama badan dengan bentuk, ukuran dan posisi yang sama terus saling menggantikan, itu dianggap sebagai satu ruangan/tempat yang sama.

Asimilasi ruangan dengan badan yang menyusunnya memunculkan masalah filosofis yang menarik.

Karena sebuah ruangan adalah identik dengan badan yang menyusunnya, bagaimana sebuah ruangan mempertahankan identitas-nya, dan oleh karena itu, tetap merupakan ruangan yang sama ketika digantikan oleh badan lain yang sekarang menyusunnya ?

Kembali ke contoh botol anggur akan membantu untuk menggambarkan hal ini.

Ingatlah dulu bahwa pertama ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dari anggur yang pertama menyusun ruangan di dalam botol dan kemudian, setelah anggur habis, ruangan di dalam badan botol disusun oleh ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dari udara yang sekarang menempatinya.

Jadi, karena ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dari anggur berbeda dengan ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dari udara, tampak bahwa ruangan di dalam botol bukanlah ruangan yang persis sama tetapi dua-ruangan yang berbeda pada dua-waktu yang berbeda.

Sulit untuk melihat bagaimana Descartes menangani masalah ini.

Konsekuensi penting lainnya dari asimilasi Descartes terhadap badan dan ruangan adalah ruangan-hampa atau ruangan-kosong tidak dapat dimengerti.

Ini karena ruangan-kosong, menurut Descartes, hanyalah ruangan tanpa ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman, yang ini adalah tidak mungkin.

Kembali ke botol anggur akan menjelaskan lebih jauh hal ini.

Perhatikan bahwa ruangan di dalam botol anggur pertama kali disusun oleh anggur dan kemudian oleh udara.

Ini adalah dua jenis benda berbeda yang-menempati-ruang, namun mereka tetap merupakan benda-benda yang-nenempati-ruang.

Dengan demikian, ruangandi dalam botol disusun pertama oleh badan anggur dan kemudian oleh badan yang lain yaitu udara.

Tetapi anggaplah bahwa semua ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman dikeluarkan dari botol sehingga ada ruangan-kosong.

Sekarang, jarak adalah modus yang membutuhkan ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman agar ada, karena tidak masuk akal untuk berbicara tentang jarak spasial tanpa ruangan atau ekstensi-panjang-lebar-dan-kedalaman.

Jadi, dalam keadaan seperti ini, tidak-ada modus-jarak yang bisa ada di dalam botol.

Artinya, tidak-ada jarak yang akan ada di antara dinding botol, dan oleh karena itu sisi-sisi botol akan ber-sentuh-an.

Sehingga, sebuah ruangan-kosong tidak-bisa ada diantara dua atau lebih badan.

Asimilasi tertutup Descartes dari badan dan ruangan, penolakannya terhadap ruangan-hampa, dan beberapa masalah tekstual telah mengarahkan banyak orang untuk menyimpulkan asimetri dalam pemikiran netafisika dan benda-benda yang-nenempati-ruang.

Asimetri ini ditemukan dalam pendapat bahwa pikiran-partikular adalah substansi untuk Descartes tetapi sebuah badan-partikular bukanlah suatu substansi.

Bahkan, pemikiran ini menunjukkan kepada banyak orang bahwa keseluruhan-fisik alam-semesta adalah suatu substansi, sementara badan-partikular, misalnya, botol anggur, adalah modus dari substansi itu.

Meskipun banyak masalah tekstual, masalah filosofis utama berasal dari penolakan ruangan-kosong.

Argumennya berjalan seperti ini :

Badan-badan-partikular bukanlah substansi yang sangat berbeda, karena dua atau lebih badan-partikular tidak dapat dipahami dengan jelas-dan-terpilah dengan adanya ruangan-kosong di antara keduanya.

Artinya, keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain, bahkan oleh kuasa Tuhan sekalipun.

Oleh karena itu, badan-badan-partikular bukanlah substansi, dan karena itu seharusnya adalah modus.

Namun, garis penalaran ini adalah sebuah hasil dari kesalahpahaman terhadap kriteria pengertian berbeda-sama-sekali.

Sebagai ganti, usaha untuk memahami dua badan dengan ruangan-kosong di antara keduanya, sebuah badan harus dipahami segalanya dengan sendiri tanpa memerlukan yang lain sehingga Tuhan bisa menciptakan dunia dengan badan itu, misalnya, botol anggur, sebagai satu-satunya keberadaan.

Karena hanya membutuhkan keberadaan Tuhan untuk ada-nya, botol anggur itu adalah substansi yang berbeda-sama-sekali dengan semua substansi berpikir dan substansi yang-menempati-ruang lainnya.

Meskipun demikian kesulitan juga muncul dari argumen penjelasan Descartes tentang permukaan badan sebagai modus yang dibagi/dimiliki bersama antara badan-badan, ini terlalu rumit untuk dibahas di sini.

Tapi, cukuplah untuk mengatakan bahwa bukti tekstual juga mendukung klaim bahwa Descartes, terlepas dari masalah yang tak terduga tentang permukaan badan, berpendapat bahwa badan-partikular adalah sebuah substansi.

Bukti tekstual paling terkenal ditemukan di dalam surat pada tahun 1642 kepada Gibeuf:

" Dari fakta sederhana, saya memikirkan dua buah bagian-separo dari sebuah materi, betapapun kecilnya, seperti dua buah substansi lengkap. . . Saya menyimpulkan dengan pasti bahwa mereka benar-benar dapat dibagi. " (AT III 477: CSMK 202-203

Pemikiran itu secara umum, dan kutipan di atas khususnya, mengarah pada ciri-karakteristik Cartesian lainnya, yang disebut menempati-ruang adalah dapat-dibagi hingga tak-terbatas.

Intinya adalah bahwa tidak peduli seberapa kecil sebuah potongan materi, ia dapat-dibagi menjadi dua bagian, dan kemudian masing-masing setengahnya dapat dibagi menjadi dua lagi, dan seterusnya sampai tak-terhingga.

Pemikiran ini tentang ruangan-hampa dan pembagian-tak-terbatas substansi yang-menempati-ruang diungkapkan sebagai penolakan terhadap atomisme.

Atomisme adalah aliran pemikiran yang kembali ke zaman Yunani-Kuno, yang mendapat kebangkitan di abad ke-17 terutama dalam filsafat dan sains Pierre Gassendi.

Menurut penjelasan ini, semua perubahan di Alam-Semesta dapat dijelaskan melalui gerakan partikel-partikel kecil yang tidak-dapat-dibagi yang disebut atom di dalam ruangan-kosong atau ruangan-hampa.

Tetapi, jika argumen Descartes untuk menolak ruangan-hampa dan pembagian-tak-terbatas dari materi didengar dan diterima, maka atomisme pasti salah, karena keberadaan atom yang tidak-dapat-dibagi dan ruangan-hampa keduanya sama sekali tidak dapat dipahami.


c. Fisika

Descartes menemukan sebuah fisika-mekanistik non-atomis di mana semua fenomena fisik harus dijelaskan dengan konfigurasi-dan-gerak dari bagian badan yang sangat kecil.

Fisika-mekanistik ini juga merupakan titik perbedaan mendasar antara aliran pemikiran Cartesian dan skolastik-Aristotelian.

Pemikiran skolastik-Aristotelian, seperti yang dipahami Descartes, berpendapat bahwa tingkah-laku teratur badan pada benda-benda mati dijelaskan dengan tujuan-akhir tertentu yang kepadanya badan-badan tersebut berusaha untuk mencapainya.

Di sisi lain, Descartes berpendapat bahwa usaha manusia lebih baik diarahkan pada penemuan/pencarian penyebab-penyebab mekanistik pada benda-benda mengingat tidak bermanfaatnya lenjelasan kausal-terakhir dan bagaimana sia-sianya untuk mencari tujuan Illahi.

Selanjutnya, Descartes berpendirian bahwa metode-geometrik juga harus diterapkan pada fisika sedemikian sehingga hasil disimpulkan dari persepsi-persepsi yang jelas-dan-terpilah secara geometris atau dari sifat yang dapat diukur (kuantitatif) yang terdapat pada badan, yaitu ukuran, bentuk, gerak, determinasi atau arah, kuantitas atau jumlah dan sebagainya.

Mungkin ringkasan yang paling padat dari pandangan umum Descartes terhadap fisik alam-semesta ditemukan di bagian III, bab 46 dalam karyanya Principles :

" Dari apa yang telah disampaikan, kita telah menetapkan bahwa semua badan-badan di alam-semesta tersusun dari satu dan nateri yang sama, yang dapat-dibagi hingga tak-terbatas menjadi bagian-bagian, dan pada faktanya terbagi menjadi bagian-bagian dalam jumlah yang sangat banyak yang bergerak ke arah yang berbeda-beda dan memiliki rangkaian gerak-melingkar. Selain itu, jumlah-gerak-yang-sama selalu dilestarikan di alam-semesta." (AT VIIIA 100: CSM I 256)

Karena materi yang menyusun fisik alam-semesta dan sifat dapat-dibagi-nya telah dibahas sebelumnya, selanjutnya penjelasan singkat mengenai gerak-melingkar dari badan dan pelestarian jumlah-gerak-yang-sama akan dilakukan.

Tesis pertama berasal dari imutabilitas-Tuhan dan berimplikasi bahwa tidak-ada sejumlah-gerak yang ditambahkan pada alam-semesta atau dikurangi dari alam-semesta, namun sejumlah-gerak hanya berpindah/melewati dari satu badan ke badan lainnya.

Imutabilitas-Tuhan juga digunakan untuk mendukung hukum-gerak-pertama, yang menyebutkan :

" Setiap dan semua, sejauh itu bisa, sesuatu selalu terus berada dalam keadaan yang sama. Dan dengan demikian apa yang bergerak akan selalu terus bergerak. " (AT VIIIA 62-63: CSM I 241).

Prinsip ini menunjukkan bahwa sesuatu akan tetap berada dalam keadaan tertentu yang tetap, selama tidak dipengaruhi oleh hadirnya penyebab-dari-luar.

Jadi, badan yang bergerak dengan kecepatan tertentu akan terus bergerak dengan kecepatan tersebut selamanya hingga tidak-terbatas kecuali ada sesuatu yang mengubahnya/mempengaruhi.

Tesis kedua tentang gerak-nelingkar dari badan dibahas dalam karyanya Principles, bagian II, bab 33.

Klaim ini didasarkan pada tesis sebelumnya bahwa fisik alam-semesta adalah pluralitas badan-badan yang saling bersentuhan.

Pada penjelasan ini, sebuah badan yang bergerak harus bertabrakan dengan dan mengganti badan yang lain, yang selanjutnnya menjadi bergerak dan bertabrakan dengan badan yang lain lagi, menggantikannya dan seterusnya.

Tetapi, pada akhir rangkaian tabrakan dan penggantian ini, badan terakhir yang bergerak kemudian harus bertabrakan dan mengganti badan yang pertama secara berurutan dalam sebuah rangkaian.

Sebagai ilustrasi adalah sebagai berikut : anggaplah bahwa badan A bertabrakan dengan dan menggantikan badan B, B bertabrakan, menggantikan C, C bertabrakan, menggantikan D, dan kemudian D bertabrakan, menggantikan A. Ini dikenal sebagai pusaran-Cartesian.

Hukum-gerak-kedua dari Descartes adalah :

" Semua gerak itu pada dirinya sendiri berbentuk garis-lurus. Dan karenanya setiap badan yang bergerak dalam sebuah lingkaran selalu cenderung menjauh dari pusat-lingkaran yang dilintasinya. (AT VIIIA 63-64: CSM I 241-242).

Hal ini dibenarkan oleh imutabilitas-Tuhan dan kesederhanaan-Nya didalamnya Ia bermaksud mempertahankan jumlah-gerak dengan bentuk yang tepat-sama dimana hal itu terus terjadi sampai hadir benda yang diciptakan untuk mengubahnya.

Prinsip yang diungkapkan di sini adalah bahwa setiap badan dianggap dengan sendirinya cenderung bergerak dalam bentuk garis-lurus kecuali jika ia bertabrakan dengan badan lain, yang kemudian membelokkan-nya.

Perhatikan bahwa ini adalah tesis tentang satu badan yang tinggal sendirian, dan hanya satu badan saja yang akan terus bergerak dalam garis-lurus.

Namun, karena dunia fisik adalah plural badan-badan tidak hanya sendirian tetapi terus bertabrakan satu sama lain, yang menimbulkan pusaran-Cartesian seperti yang dijelaskan di atas.

Hukum-gerak-ketiga pada gilirannya, mengatur tabrakan dan pantulan badan yang sedang bergerak. Hukum ketiga ini menyebutkan :

" Jika sebuah badan bertabrakan dengan badan lain yang Lebih Kuat dari dirinya sendiri, ia tidak kehilangan sedikitpun gerak-nya. Tetapi jika bertabrakan dengan badan yang lebih lemah, ia kehilangan banyak gerak " (AT VIIIA 65: CSM I 242).

Hukum ini mengungkapkan prinsip bahwa jika gerakan badan dalam garis-lurus kurang tahan terhadap badan yang-lebih-kuat yang dengannya ia bertabrakan, maka tidak akan kehilangan gerak-nya namun arah-nya akan berubah.

Tetapi jika badan bertabrakan dengan badan yang-lebih-lemah, maka badan pertama kehilangan jumlah-gerak yang sama-dengan jumlah-gerak yang diberikan pada badan yang kedua.

Perhatikan bahwa ketiga prinsip ini tidak menggunakan Tujuan (yaitu penyebab-akhir) yang digunakan dalam fisika skolastik-Aristotelian seperti yang dimengerti oleh Descartes, namun hanya menggunakan hukum-hukum yang paling umum dari mekanisme badan melalui kontak dan gerak mereka.


d. Badan Manusia Dan Binatang

Pada bagian kelima dalam karyanya Discourse On Method, Descartes meneliti ciri-karakteristik binatang dan bagaimana hal itu dibedakan dengan manusia.

Disini Descartes berpendapat bahwa jika sebuah mesin dibuat dengan penampilan luar mirip persis binatang yang tidak memiliki akal, seperti monyet misalnya, maka ia tidak akan dapat dibedakan dengan spesies sebenarnya dari binatang itu yang ditemukan di alam.

Tetapi jika mesin seperti itu dibuat mirip penampilan manusia, maka akan mudah dibedakan dengan manusia-sejati karena ketidak-mampuan-nya untuk menggunakan bahasa

Poin Descartes adalah bahwa penggunaan bahasa adalah tanda-rasionalitas dan hanya benda yang diberkahi akal atau jiwa yang rasional.

Oleh karena itu, tidak ada binatang yang memiliki pikiran atau jiwa immaterial.

Bagi Descartes ini juga berarti bahwa binatang tidak, secara tegas dinyatakan, memiliki sensasi seperti rasa lapar, haus dan sakit.

Sebaliknya, jeritan rasa-sakit, misalnya, hanyalah reaksi mekanis terhadap rangsangan luar tanpa sensasi rasa-sakit.

Dengan kata lain, memukul seekor anjing dengan tongkat, misalnya, adalah semacam masukan dan jeritan yang mengikutinya hanya keluaran hasilnya, tetapi anjing itu sama sekali tidak merasakan apa-apa dan tidak dapat merasakan kesakitan kecuali dikaruniai sebuah pikiran.

Meskipun demikian manusia, dikaruniai pikiran atau jiwa rasional, dan karena itu mereka dapat menggunakan bahasa dan merasakan sensasi seperti rasa lapar, haus, dan sakit.

Memang, "fakta" Cartesian ini adalah inti argumen Descartes untuk kesatuan-pikiran-dan-badan yang dirangkum mendekati akhir bagian kelima dari Discourse On Method dan dituangkan secara penuh dalam Sixth Meditation.

Namun Descartes tetap mengakui bahwa baik badan binatang maupun manusia dipahami paling baik sebagai :

" Mesin terbuat dari tanah, yang dibentuk Tuhan. " (AT XI 120: CSM I 99).

Intinya adalah bahwa sama seperti cara kerja jam yang bisa dipahami dengan baik melalui konfigurasi-dan-gerak dari bagian-bagian-nya demikian juga dengan badan binatang dan manusia.

Memang, jantung binatang dan manusia sangat mirip sehingga dia menasihati pembacanya yang tidak paham dalam anatomi :

" untuk memiliki jantung seekor hewan besar dengan paru-paru dibedah di depannya (karena hati seperti itu dalam segala hal cukup seperti Dari seorang pria), dan ditunjukkan dua ruang atau rongga yang ada di dalamnya " (AT VI 47: CSM I 134).

Dia kemudian melangkah dengan menjelaskan secara terperinci gerak darah melalui jantung untuk menjelaskan bahwa ketika jantung mengeras maka tidak berkontraksi tetapi benar-benar membengkak sedemikian rupa sehingga memungkinkan lebih banyak darah masuk ke dalam rongga tertentu.

Meskipun penjelasan ini bertentangan dengan pengamatan yang lebih benar yang dilakukan oleh William Harvey, seorang Inggris yang menerbitkan sebuah buku tentang peredaran darah pada tahun 1628, Descartes berpendapat bahwa penjelasannya memiliki kekuatan-demonstrasi-geometris.

Dengan demikian, fisiologi dan biologi tentang badan manusia, dipikirkan dengan tidak memperhatikan fungsi-fungsi yang diperlukan jiwa untuk operasi-nya, dan seharusnya dilakukan dengan cara yang sama seperti pada fisiologi dan biologi tentang badan binatang, yaitu melalui penerapan metode-geometris pada konfigurasi-dan-gerak dari bagian-bagiannya.


Sumber:
http://www.iep.utm.edu/descarte/#H1
Pemahaman Pribadi


No comments:

Post a Comment