Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Tuesday, March 19, 2019

Sofisme 1 : Pengantar


Para Sofis adalah guru-profesional-dan-intelektual keliling yang sering mengunjungi Athena dan kota-kota Yunani lainnya pada paruh kedua abad ke-5 SM.

Sebagai imbal balas dari bayaran yang diterima, para Sofis menawarkan kepada pria-muda Yunani yang kaya, sebuah pendidikan untuk mencapai aretē (keutamaan, kemuliaan, kebajikan atau keunggulan), dengan cara demikian para Sofis memperoleh kekayaan dan ketenaran meskipun juga muncul sikap-antipati yang signifikan kepada mereka.

Sebelum abad ke-5 SM, pengertian aretē secara dominan dikaitkan dengan keutaman-keutamaan para pejuang-aristokratik seperti keberanian dan kekuatan-fisik.

Namun, di Athena yang demokratis pada abad ke-5 SM, aretē semakin dipahami dalam hal kemampuan untuk mempengaruhi sesama warga-negara dalam pertemuan-politik melalui persuasi-retoris.

Pendidikan Sofistik tumbuh dan memanfaatkan pergeseran pemahaman makna aretē ini.

Tokoh perwakilan gerakan Sofistik yang paling terkenal adalah Protagoras, Gorgias, Antiphon, Hippias, Prodicus, dan Thrasymachus.

Kesulitan-kesulitan historis dan filologis yang menghalangi sebuah interpretasi terhadap kaum Sofis cukup besar.

Hanya segelintir teks Sofistik yang bertahan dan apa yang kita ketahui tentang kaum Sofis sebagian besar diambil dari kesaksian, fragmen-fragmen yang bersumber dari tangan-kedua dan penggambaran secara umum yang bermusuhan dalam dialog-dialog karya Plato.

Masalah filosofis tentang karakteristik Sofisme masih diperdebatkan bahkan lebih rumit lagi.

Sebagian besar karena pengaruh Plato dan Aristoteles, istilah Sofisme menjadi bergeser untuk menandakan penggunaan penalaran-keliru yang disengaja, penipuan-intelektual dan pelanggaran terhadap keterikatan-moral.

Seperti yang dijelaskan dalam artikel-artikel, adalah penyederhanaan yang berlebihan untuk memikirkan sejarah kaum Sofis dalam kerangka istilah-istilah (pengertian) di atas, karena mereka telah memberikan kontribusi yang murni dan asli pada pemikiran Barat.

Meskipun demikian Plato dan Aristoteles telah menetapkan pandangan-pandangan mereka kepada apa yang menyusun 'filsafat-yang-sah', sebagian dengan cara membedakan aktivitas mereka sendiri --dan Sokrates-- dari kaum Sofis. Jika seseorang sangat cenderung berpandangan demikian, maka Sofisme dapat dianggap, dalam pengertian konseptual maupun historis, sebagai 'filsafat-yang-lain'.

Mungkin karena kesulitan interpretatif yang disebutkan di atas, kaum Sofis mempunyai arti banyak-hal bagi banyak-orang.

Bagi Hegel (1995/1840) kaum Sofis adalah subjektivis yang memiliki reaksi skeptis terhadap dogmatisme objektif para filsuf Pra-Sokrates yang disintesakan dalam karya Plato dan Aristoteles.

Bagi klasikis utilitarian Inggris George Grote (1904), kaum Sofis adalah pemikir progresif yang mempersoalkan moralitas yang berlaku pada zaman mereka.

Karya yang lebih baru dari ahli teori Prancis seperti Jacques Derrida (1981) dan Jean Francois-Lyotard (1985) mengemukakan keterkaitan antara kaum Sofis dan Postmodernisme.

Artikel ini memberikan tinjauan luas terhadap kaum Sofis, dan menunjukkan beberapa persoalan filosofis sentral yang diangkat oleh karya mereka.

Bagian 1 membahas arti istilah Sofis. Bagian 2 menjelajahi kontribusi individual dari para Sofis yang paling terkenal. Bagian 3 membahas tiga tema yang sering dianggap sebagai karakteristik pemikiran Sofistik : perbedaan antara alamiah dan konvensi/kesepakatan, relativisme tentang pengetahuan dan kebenaran dan kekuatan bicara (kata-kata/pidato). Akhirnya, bagian 4 menganalisis upaya-upaya yang dilakukan Plato dan lainnya untuk menetapkan batas yang jelas antara filsafat dan Sofisme.


Sumber :
https://www.iep.utm.edu/sophists/
Pemahaman Pribadi


No comments:

Post a Comment