Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Wednesday, March 27, 2019

Sofisme 3 : Tokoh-Tokoh Sofisme


PROTAGORAS

Protagoras dari Abdera (490-420 SM) adalah anggota paling terkemuka dari gerakan Sofisme dan Plato melaporkan dan mencatat sebagai orang pertama yang menarik bayaran dengan menggunakan gelar sebagai seorang Sofis (Protagoras, 349a).

Terlepas dari rasa ketidaksukaannya terhadap kaum Sofis, Plato menggambarkan Protagoras sebagai sosok yang cukup simpatik dan bermartabat.

Salah satu aspek yang lebih menarik dari kehidupan, pekerjaan dan karya-karya Protagoras adalah hubungannya dengan jenderal besar Athena dan negarawan bernama Pericles (c. 495-429 SM).

Pericles, yang merupakan negarawan paling berpengaruh di Athena selama lebih dari 30 tahun, termasuk dua tahun pertama Perang Peloponnesia, tampak sangat menghargai para Filsuf dan Sofis, dan Protagoras secara khusus, dipercaya olehnya untuk berperan merancang hukum sebuah kota-amal masyarakat Athena, Thurii pada tahun 444 SM

Dari perspektif filosofis, Protagoras paling terkenal karena penjelasan relativistik-nya terhadap kebenaran khususnya pendapat bahwa " Manusia adalah ukuran dari segala sesuatu " dan sikap agnostisisme-nya terhadap para Dewa.

Topik kebenaran-relativistik akan dibahas di bagian 3b.

Agnostisisme Protagoras terkenal diartikulasikan dalam pendapat bahwa :

" Mengenai para Dewa saya tidak dalam salah satu posisi untuk mengetahui, bahwa (atau bagaimana) mereka ada atau bahwa (atau bagaimana) mereka tidak ada, atau seperti apa penampakan mereka karena ada banyak hal yang mencegah pengetahuan, materi yang tidak-jelas dan singkatnya waktu kehidupan manusia " (DK, 80B4).

Ini tampak mengekspresikan suatu bentuk agnostisisme agama, sebuah pendapat yang tidak-sepenuhnya asing bagi warga Athena yang berpendidikan.

Meskipun demikian, sesuai tradisi, Protagoras dihukum karena penghinaan terhadap kepercayaan masyarakat Athena yang mengarah pada kematiannya.

Sebagai sebuah konsekuensi, begitulah cerita berjalan, buku-bukunya dibakar dan Protagoras tenggelam di laut ketika pergi meninggalkan Athena.

Mungkin penting dalam konteks ini bahwa Protagoras tampaknya telah menjadi sumber pendapat kaum Sofis untuk " Membuat argumen yang lebih lemah mengalahkan yang lebih kuat " yang diparodikan oleh Aristophanes dalam karyanya The Cloud.

Plato memberi pendapat bahwa Protagoras berusaha untuk menawarkan pendidikan yang berbeda dari yang dimiliki para Sofis lain, seperti Hippias, dengan memusatkan perhatian pada instruksi-instruksi demi arete dalam arti kebajikan politik daripada studi-studi khusus seperti astronomi dan matematika (Protagoras, 318e).

Terlepas dari karya-karyanya, Truth and On the Gods (Kebenaran dan Tentang Para Dewa), yang masing-masing membahas penjelasan relativisme terhadap kebenaran dan agnostisisme, Diogenes Laertius mengatakan bahwa Protagoras menulis buku-buku berikut :

Antilogika, Seni Eristik, Imperatif, Tentang Ambisi, Tentang Tindakan-Tindakan Manusia yang Tidak Benar, Tentang Segala Di Sana di bawah Kubur, Tentang Ilmu Pengetahuan, Tentang Kebajikan, Tentang Gulat, Tentang Asal Muasal Segala Sesuatu dan Pengadilan atas Pemungutan Biaya.


GORGIAS

Gorgias dari Leontini (485 - 390 SM) umumnya dianggap sebagai anggota gerakan Sofisme, terlepas dari ketidaksesuaian dirinya terhadap kemampuan untuk mengajar aretē (Meno, 96c).

Fokus utama Gorgias adalah retorika dan memberi tekanan pentingnya berbicara/pidato persuasif pada pendidikan Sofistik, dan penerimaannya atas bayaran, pantas untuk menimbang dirinya sejajar dengan para Sofis terkenal lainnya untuk tujuan saat ini.

Gorgias mengunjungi Athena pada 427 SM. sebagai pemimpin kedutaan dari Leontini dengan maksud yang berhasil diwujudkan olehnya yaitu membujuk orang Athena untuk membuat aliansi melawan Syracuse.

Dia melakukan perjalanan secara luas di seluruh wilayah Yunani, menghasilkan uang dalam jumlah besar dengan memberikan pelajaran tentang pidato-retorika dan epideiktik.

Dalam karyanya Gorgias, Plato menggambarkan ahli retorika sebagai semacam selebritas, yang tidak memiliki pandangan yang baik terhadap implikasi-implikasi dari keahliannya, atau enggan untuk menyampaikan implikasi-implikasi itu, dan yang menyangkal tanggung jawabnya atas penggunaan keterampilan retorika yang salah oleh siswa-siswa yang bandel.

Meskipun Gorgias menampilkan dirinya sebagai orang yang cukup menghargai moralitas, struktur dramatik dialog-dialog Plato menunjukkan bahwa pembelaan terhadap ketidakadilan oleh Polus muridnya dan keterikatan terhadap hak-alami yang lebih kuat oleh Callicles murid mudanya sebagian didasarkan pada praanggapan konseptual retorika Gorgianic.

Kontribusi asli Gorgias terhadap filsafat terkadang diperdebatkan, tetapi fragmen-fragmen karyanya On Not Being atau Nature dan Helen --yang dibahas secara rinci di bagian 3c-- menonjolkan pendapat menarik terhadap kekuatan pidato retorik dan gaya argumentasi yang mengingatkan pada gaya Parmenides dan Zeno.

Gorgias juga mendapat pujian untuk orasi-orasi dan pidato lainnya dan risalah teknis tentang retorika berjudul At the Right Moment in Time.


ANTIPHON

Detail biografi seputar Antiphon Sang-Sofis (sekitar 470-411 SM) tidak jelas, salah satu persoalan yang belum terselesaikan adalah apakah dia harus diidentifikasi sebagai Antiphon dari Rhamnus (seorang negarawan dan guru retorika yang merupakan anggota oligarki yang memegang kekuasaan singkat di Athena pada 411 SM).

Namun, sejak publikasi fragmen-fragmennya dari karyanya On Truth di awal abad ke-20, ia dianggap sebagai perwakilan utama dari gerakan Sofisme.

On Truth, yang menampilkan berbagai pendirian pendapat dan posisi yang berlawanan pada hubungan antara alam dan konvensi/adat (lihat bagian 3a di bawah), seringkali dianggap sebagai sebuah teks penting dalam sejarah pemikiran politik karena diduga mengandung dukungan terhadap egalitarianisme :

Mereka yang lahir dari ayah-ayah terkenal kita hormati dan hargai, sedang mereka yang berasal dari keluarga yang tidak-istimewa tidak kita hargai atau hormati.

Dalam hal ini kita berperilaku seperti orang barbar terhadap satu sama lain.

Karena secara kodrati-alami pada dasarnya kita semua sama, baik orang barbar maupun orang Yunani, memiliki asal usul yang sama.

Oleh karena itu adalah sesuai untuk memenuhi kepuasan-alami yang dibutuhkan oleh semua manusia: semua memiliki kemampuan untuk memenuhi dengan cara yang sama, dan dalam semua ini tidak ada dari kita yang berbeda baik sebagai barbar ataupun sebagai orang Yunani.

Karena kita semua bernafas menghirup udara dengan mulut dan lubang-hidung dan kita semua makan menggunakan tangan (dikutip dalam Untersteiner, 1954).

Apakah pernyataan di atas harus diterima sebagai ekspresi pandangan Antiphon yang sesungguhnya, atau hanya sekedar bagian dari penyajian bentuk antilogis melawan pandangan-pandangan yang bertentangan tentang keadilan tetap merupakan pertanyaan terbuka, juga apakah posisi-pendapat semacam itu menyingkirkan identifikasi Antiphon-Sang-Sofis dengan Antiphon-Oligarkis dari Rhamnus.


HIPPIAS

Masa kehidupan yang pasti untuk Hippias dari Elis tidak diketahui, tetapi para cendekiawan umumnya menganggap bahwa ia hidup selama periode yang sama dengan Protagoras.

Jika penggambaran Plato terhadap Protagoras --dengan kadar lebih sedikit kepada Gorgias-- menunjukkan sedikit rasa hormat, ia menghadirkan Hippias sebagai sosok lucu yang terobsesi dengan uang, menganggap penting dirinya dan bingung.

Hippias terkenal karena polimati-nya ( menguasai ilmu di berbagai bidang ) (DK 86A14).

Bidang keahliannya tampaknya meliputi astronomi, tata bahasa, sejarah, matematika, musik, puisi, prosa, retorika, lukisan, dan patung.

Seperti Gorgias dan Prodicus, ia bertindak sebagai seorang utusan/duta dari kota kelahirannya.

Karyanya sebagai seorang sejarawan, termasuk penyusunan daftar pemenang Olimpiade, sangat berharga bagi Thucydides dan sejarawan berikutnya karena membuat penanggalan yang lebih tepat terhadap peristiwa-peristiwa masa lalu.

Dalam matematika ia dikaitkan dengan penemuan kurva --quadratrix-- yang digunakan untuk membagi tiga sebuah sudut.

Dalam hal kontribusi filosofisnya, Kerferd mengajukan pendapat, atas dasar karya Plato, Hippias Major (301d-302b), bahwa Hippias mengajukan teori bahwa kelas atau jenis-benda tergantung pada benda yang melingkupi mereka.

Sulit untuk banyak memahami terhadap dugaan doktrin ini berdasarkan bukti-bukti yang tersedia.

Seperti yang disampaikan di atas, Plato menggambarkan Hippias secara filosofis dangkal dan tidak mampu mengimbangi Socrates dalam diskusi dialektik.


PRODICUS

Prodicus dari Ceos, yang hidup pada periode yang kira-kira sama dengan Protagoras dan Hippias, ia terkenal karena pendapatnya mengenai adanya perbedaan-perbedaan yang tipis diantara berbagai-makna dari kata-kata.

Dia dianggap telah menulis risalah berjudul On the Correctness of Names.

Plato memberikan penjelasan lucu terhadap metode Prodicus dalam bagian karyanya Protagoras berikut ini :

Prodicus kemudian berbicara :

" ... Mereka yang menghadiri diskusi seperti ini harus mendengarkan dengan tidak-memihak, tetapi tidak sama, untuk kedua lawan bicara. Ada perbedaan di sini. Kita seharusnya mendengarkan secara tidak-memihak tetapi tidak membagi perhatian kita secara sama yang berarti kita harus lebih banyak tertuju ke pembicara yang lebih-bijak dan lebih sedikit ke yang lebih tidak-terpelajar

... Dengan cara ini, pada saatnya pertemuan kita akan berubah menjadi sesuatu yang paling menarik, karena Anda sebagai pembicara, pasti akan mendapatkan penghormatan, bukannya pujian, dari mereka yang mendengarkan Anda. Karena penghormatan melekat dengan jujur dalam jiwa pendengar, tetapi pujian sering kali hanyalah ungkapan verbal yang menipu. Dan kemudian, juga kita, sebagai pendengar Anda, akan menjadi yang paling gembira, tetapi bukan menikmati kesenangan, karena menjadi gembira berarti untuk belajar sesuatu, untuk berpartisipasi dalam sejumlah kegiatan intelektual, tetapi menjadi senang berkaitan dengan makan atau mengalami kesenangan lain dalam tubuh "
(337a-c).

Pidato epideiktus Prodicus, The Choice of Heracles, dipilih untuk dipuji oleh Xenophon (Memorabilia, II.1.21-34) dan di samping pengajaran pribadinya ia tampaknya telah bertindak sebagai duta besar untuk Ceos (tempat kelahiran Simonides) pada beberapa peristiwa.

Socrates, walaupun barangkali dengan kadar ironi, gemar menyebut dirinya sebagai murid Prodicus (Protagoras, 341a; Meno, 96d).


THRASYMACHUSh

Thrasymachus adalah seorang ahli retorika terkenal di Athena pada akhir abad ke-5 SM, tetapi catatan kita mengenai pandangan-pandanganya, yang bertahan hanya termuat dalam karya Plato, Cleitophon dan Book One of Republic.

Ia digambarkan kurang ajar dan agresif, terhadap pandangan-pandangan tentang sifat keadilan yang akan dibahas dalam bagian 3a.



Sumber :
https://www.iep.utm.edu/sophists/
Pemahaman Pribadi



No comments:

Post a Comment