Dicirikan oleh sikap-kritis terhadap Anglophone abad 20 M yang berupaya untuk mendasarkan secara epistemologis penjelasan-historis, objektivitas, dan sebab-akibat sebagai fungsi-fungsi-logika-universal, warisan Postmodern dalam filsafat-sejarah mulai dibahas oleh tiga teoritisi kontemporer khususnya : Hayden White (1928-), Frank Ankersmit (1945-), dan Keith Jenkins (1943-).
Masing-masing mempertahankan pendapat bahwa analisis dari soal-soal-epistemologis ini secara keliru mengelak dari pertanyaan-pertanyaan tentang interpretasi-dan-makna, dan masing-masing menilai pencarian terhadap demonstrasi-demonstrasi yang lengkap-dan-final merupakan suatu upaya untuk menghindari karakter-relativistik dari kebenaran-sejarah.
Hayden White meresmikan 'peralihan-linguistik' dalam penulisan-sejarah ini dengan meta-historis-nya : The Historical Imagination in Nineteenth-Century Europe (1979). Dengan memusatkan perhatian pada struktur-dan-strategi pada penjelasan-sejarah, White mencapai pandangan penulisan-sejarah dan literatur secara mendasar sebagai upaya yang sama.
Para-sejarawan, seperti para-penulis-fiksi menulis sesuai dengan logika-empat-kemungkinan (four-fold logic) dalam rangkaian-peristiwa-sejarah-dengan-sebuah-alur, selaras dengan apakah mereka melihat materi-subjek sebagai roman, tragedi, komedi atau satir.
Tujuan ini tumbuh dari ideologi-politik mereka ---masing-masing anarkis, radikal, konsevatif atau liberal--- dan dikerjakan menggunakan suatu kiasan-retoris yang dominan ---masing-masing metafor, metonimi, sinekdok atau ironi---
Para-filsuf yang mewakili ---Nietzsche, Marx, Hegel, dan Croce--- dan para-sejarawan yang mewakili ---Michelet, Tocqueville, Ranke, dan Burckhardt--- dengan sendirinya terikat dengan metode-metode perangkaian peristiwa sejarah dengan suatu alur.
Sementara arsitekur White menerima kritik karena menjadi terlalu reduktif dalam struktur-nya dan suatu jaminan untuk relativisme, teoritisi-yang-lain telah mengangkat panjinya.
Diantara yang bersikap kritis, Frank Ankersmit mendukung garis-besar-umum dari narativisme White, meski menekankan aspek-sifat-konstruktif terhadap pengalaman masa-lalu kita
Bagi Ankersmit tidak ada 'narasi-ideal', karena pada akhirnya tidak-ada struktur-ontologis kepadanya satu-narasi yang 'tepat' diambil dan diletakan secara korespondensi
Bersama-sama Gianni Vattimo (1936-), Sande Cohen (1946-), dan Alan Munslow (1947-), Keith Jenkins membahas anti-realisme White dalam sebuah gaya dekonstruktivis yang jelas-dan-pasti
Jenkins mendesak mengakhiri penulisan-sejarah seperti yang biasa dipraktikkan.
Karena para-sejarah tidak pernah objektif-sepenuhnya, dan karena penilaian-historis tidak-dapat berpura-pura kepada standar-kebenaran-korespondensial, semua yang tersisa dari sejarah adalah struktur-kekuasaan yang telah beku dari suatu kelas-istimewa.
Dalam sebuah pernyataan yang merangkum banyak teori sejarah-kontemporer, Jenkins menyimpulkan berikut ini :
"Penulisan-sejarah sekarang muncul sebagai suatu referensial-diri, problematika ekspresi dari 'kepentingan-kepentingan', sebuah wacana interpretatif-bersifat-ideologis tanpa akses 'nyata' kepada masa-lalu seperti-itu. Tidak mampu untuk terlibat dalam suatu dialog dengan 'realitas'. Faktanya 'sejarah' sekarang muncul menjadi hanya tidak lebih dari 'ekspresi' dalam sebuah dunia-ekpresi-ekspresi-postmodern yang tentu saja adalah adanya seperti itu." (Jenkins 1995, 9)
Meski filsafat-sejarah abad 21 telah melebarkan jarak-pisah antara para-sejarawan-praktisi dan para-teoritisi-sejarah, dan meski ia telah kehilangan sejumlah popularitas yang dinikmatinya dari awal abad 19 hingga pertengahan abad 20, filsafat-sejarah tetap merupakan sebuah bidang-penelitian yang kuat selama masa-lalu sendiri terus berperan sebagai suatu keingin-tahuan filosofis.
Sumber :
https://www.iep.utm.edu/History/#H9
Pemahaman Pribadi
No comments:
Post a Comment