Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Saturday, November 6, 2021

Musik Dan Keadilan Sosial : Tradisi Musik - Folk, Rock, Musik Protes


Lagu-lagu protes dari musik-folk mempunyai sejarah-panjang keterlibatan dalam perjuangan keadilan-sosial untuk menghapus perbudakan, hak-memilih-universal dan agenda-agenda hak-asasi-manusia-lainnya, tetapi benar-benar mulai menyatakan kekuatan-nya selama masa dorongan membentuk serikat-pekerja muncul dari proses industrialisasi masyarakat-yang-makmur.

Di Amerika Serikat, sejumlah lagu yang paling-dapat dikenal diantara lagu-lagu yang muncul dari gerakan-buruh termasuk didalamya lagu “John Henry” dan “Which Side Are You On?”

Meski musik-folk mengembangkan reputasi-nya sebagai suara-keadilan-sosial di Amerika, tidak-sedikit karena sumbangan musik dari Woody Guthrie, Pete Seeger, dan Bob Dylan, mungkin lagu protes yang berpengaruh-paling-dalam terhadap kehidupan politik Amerika adalah lagu anti-hukuman-mati-tanpa-pengadilan berjudul “Strange Fruit”.

Lirik lagu ini ditulis oleh guru-sekolah Yahudi bernama Abel Meeropol (yang mengadopsi anak-yatim-pistu dari Julius dan Ethel Rosenberg, pasangan yang dieksekusi mati pada tahun 1953 oleh pemerintah Amerika atas tuduhan telah mengirimkan rahasia-senjata-atom kepada Uni-Sovyet) pada tahun 1930-an sebagai sebuah respon terhadap foto-mengerikan yang menggambarkan hukuman-mati-tanpa-pengadilan.

Direkam oleh Billie Holiday dan dinyanyikan sebagai salah-satu lagu-penanda khas dirinya, “Strange Fruit” menjadi sebuah protes yang didengar-luas melawan ketidak-adilan-sosial, sebuah pelajaran bagi para pendengar mengenai realitas kehidupan (dan kematian) orang-orang Afrika-Amerika sebagai bagian dari masyarakat Amerika-Serikat yang mempraktikan hukuman-mati-tanpa-pengadilan (“Strange Fruit: The film” Independent Lens).

Kritikus jazz Leonard Feather pernah berkata mengenai lagu “Strange Fruit” bahwa lagu-itu adalah "Protes pertama yang sangat-berarti melalui kata-kata dan musik, teriakan pertama melawan rasisme yang tidak dibungkam." (Margolick)

Menimbang sejarah aktivisme dan orasi orang Afrika-Amerika, pendapat Feather terhadap ke'pertama'an (dalam kalimat di atas) paling-baik dipahami sebagai bagian kalimat hiperbolis namun tidak-ada penolakan pengaruh lagu-ini pada para pendengar/penggemar Holiday.

Margolick menjelaskan kembali bahwa perkelahian-pecah di klub-malam setelah lagu itu dibawakan dan Billie Holiday sendiri diserang oleh seorang pelanggan yang putus-asa dan trauma. Terlepas dari beban-emosioanal tampaknya Holiday merasa sebuah kewajiban untuk menyanyikannya.

"Saya harus menyanyikannya." Margolick mengutip ucapanya : "adalah menempuh jalan-panjang untuk mengatakan bagaimana mereka keliru-memperlakukan orang negro di Selatan sana."

Dan dampak dari lagu itu, benar-benar memainkan peran dalam usaha-usaha untuk mengubah kebijakan-sosial : sejumlah orang yang mendukung pengesahan undang-undang anti-hukuman-mati-tanpa-pengadilan mengirim rekaman “Strange Fruit” kepada para anggota Konggres, agaknya karena mereka merasa mendengar lagu-itu akan membangkitkan kesadaran-moral-yang-kuat bagi para legislator.

Lagu “Strange Fruit” terus memendam kekuatan itu, bahkan dengan berlalunya waktu dan telah disebut "satu dari 10 lagu" yang benar-benar merubah dunia (baca majalah Q Magazine keluaran November 2003, sebuah majalah musik Inggris).

Dalam dunia musik-rock ---gaya yang muncul dari arus-utama asimilasi orang kulit-putih Amerika terhadap ritm dan blues--- terdapat paradigma-lain mengenai pertemuan musik dan keadilan-sosial yang dapat dipahami sebagai sebuah paralel antara musik-rock dengan musik-folk pada lagu “Strange Fruit".

Lebih dari 40 tahun lalu, Jimi Hendrix dan Band yang entah bagaimana terlempar-bersama dibentuk dalam rangka membangkitkan kembali Jimi Hendrix Experience memainkan dua-jam set pertunjukan sebagai aksi-musik-penutup pada Woodstock Festival, sebuah pertunjukkan yang paling diingat karena improvisasi mereka terhadap lagu kebangsaan Amerika “The Star-Spangled Banner” (Daley 52, 55).

Momen ini yang menjadi simbolisasi esensi dari Woodstock adalah sebuah pertunjukan luar-biasa sekaligus kritik terhadap lagu-kebangsaan yang liriknya mengangkat nilai-nilai ketangguhan pada orang-orang yang mengalami serangan. Pergeseran pembawaan lagu dari penuh keyakinan menjadi penyimpangan-yang-cerdas, Hendrix dengan penuh kekuatan menunjukan kepada para pendengarnya tentang inkonsistensi-moral sebuah bangsa yang menyanyikan lagu-kebangsaan-ini sedang pada saat yang sama menjatuhkan bom-bom kepada rakyat negara-lain.

Suara petikan gitar Hendrix dalam pertunjukan-ikonik itu mengingatkan kembali pada ledakan-ledakan dan pekik-ketakutan persis pada titik-titik seseorang yang bernyanyi-bersama mendapatkan 'kilauan merah roket-roket' dan 'bom-bom terbakar di udara'.

Pesan yang tampak telah memasuki imajinasi-populer sebagai sebuah hasil improvisasi pada lagu “The Star-Spangled Banner” di Woodstock sangat jelas merupakan sebuah pesan anti-perang dan anti-imperialis.

Dalam buku karyanya berjudul Crosstown Traffic, jurnalis musik Inggris Charles Murray menyimpulkan bahwa pertunjukan Hendrix "menggambarkan, secara grafis sebagai yang-mungkin dapat dilakukan dari sebuah karya-musik, baik apa yang telah dilakukan bangsa Amerika kepada Vietnam juga apa yang mereka lakukan kepada bangsa Amerika sendiri" (C. Murray 24; quoted in Daley 57).



Sumber :
https://iep.utm.edu/music-sj/#SH1b
Pemahaman Pribadi




No comments:

Post a Comment