Salah satu sejarawan-musik-blues yang paling berpengaruh adalah Amiri Baraka yang menulis sebagai Leroi Jones dalam buku pertamanya berjudul Blues People, menggali pengalaman orang-orang Afrika-Amerika mengenai kebangsaan melalui musik.
Baraka menjelaskan, musik-blues adalah respon dari korban-korban penculikan orang-orang Afrika untuk dijadikan budak bagi orang Amerika, sebuah curahan-budaya yang berkembang dari karya lagu-dan-spiritual yang menyajikan kembali dalam skala-kecil seluruh-rentang dan nuansa tentang adaptasi masyarakat terhadap sebuah tanah-asing yang tidak-ada pilihan bagi mereka kecuali membuatnya menjadi kampung-halaman.
Jejak-jejak sejarah tentang adaptasi dari Baraka ini salah-satunya adalah dimana lagu-lagu menjadi lebih-rumit dan lebih-sekuler, meninggalkan tema-tema tentang keselamatan ke surga, yang memberi karakter produksi-musikal orang-orang Afrika-Amerika dibawah perbudakan dalam mendukung suatu yang lebih menekankan secara langsung kepada pemberdayaan-sikap-penentuan-diri (kebebasan menentukan nasib-sendiri).
Musik blues oleh karenanya berfungsi sebagai sebuah tempat-penyimpanan ikatan-ikatan-kebudayaan, kandungan liriknya berkembang sepanjang waktu untuk merefleksikan apapun tantangan-tantangan sosial yang dihadapi oleh komunitas-komunitas Afrika-Amerika pada saat itu.
Salah satu contoh penting dari musik-blues yang merefleksikan perjuangan-perjuangan orang-orang Afrika-Amerika untuk memperoleh penghargaan dan pengakuan/legitimasi dalam ruang-publik adalah kolaborasi tahun 1941 antara musisi jazz pianis yang hebat Count Basie dan penulis buku Richard Wright (pengarang buku Native Son yang terkenal) dalam sebuah karya berjudul King Joe (The Joe Louis Blues) yang mengangkat status petinju sebagai kebanggaan dari masyarakatnya pada momen yang sama ketika kampanye-kampanye anti-hukuman-mati-tanpa-pengadilan pada akhirnya mulai populer dan dapat diterima dalam era berlakunya hukum Jim Crow di bagian selatan Amerika ( hukum Jim Crow diberlakukan hingga tahun 1965).
Keduanya Baraka maupun Albert Murray, salah satu orang Afrika-Amerika yang ahli dalam sejarah keunikan-musik-Amerika yang dikenal luas, mengisahkan musik-jazz dengan cara sedemikian rupa untuk menggaris-bawahi kelahiran musik-jazz dari musik-blues.
Bagi Baraka, salah-satu cara yang lebih-koheren dalam mendefinisikan musik-jazz adalah sebagai sebuah sintesa dari intrumentasi Eropa dan poliritme (kombinasi beberapa ritme-berbeda yang simultan) yang berasal-muasal dari Afrika, yang secara mendasar tetaplah blues ---bahkan ketika musik-jazz telah mengembangkan jalurnya sendiri.
Penelusuran Murray terhadap sejarah-musik-ini dalam karyanya Stomping the Blues menyatakan kembali tentang kesamaan-warisan-ini namun terlalu-terpusat pada musik-jazz dan musisi-musisi-jazz sehingga seorang pembaca yang bermaksud mencari sebuah analisa tentang blues dalam buku ini dapat merasa kurang.
Namun, perlakuan lain terhadap kemunculan musik-jazz dan musik-blues dalam karya Frank Kofsky berjudul Black Nationalism and the Revolution in Music, menceritakan musik-jazz dengan sebuah narasi yang mengingatkan kembali kepada karya Thomas Kuhn berjudul Structure of Scientific Revolutions, sebuah kisah pencarian-jalan-keluar dalam paradigma-paradigma yang pada akhirnya, tak-dapat-dielakkan runtuh dan harus diganti ---seperti dalam kasus perubahan/pergeseran musisi-musisi seperti John Coltrane dan Ornette Coleman dari berupaya membuat karya dari gagasan-gagasan mereka sendiri dalam bebop menjadi jatuh ke dalam pelukan jazz-bebas
Kofsky juga mendorong tesis bahwa relasi-relasi musik dan sosial-politik berjalan bergandengan-tangan, ia berpendapat bahwa kita bisa melihat dalam jazz-bebas yang muncul pada awal tahun 1960-an sejenis 'proto-nasionalisme' yang menjadi penanda awal pesan-pesan para nasionalis-kulit-hitam dari Malcolm X, the Black Panthers, dan gerakan-gerakan 'lakukan untuk diri-sendiri' lainnya ('do for self' movements) dalam masyarakat Afrika-Amerika selama tahun 1960-an.
Gerakan-gerakan ini menekankan perlunya kecukupan-diri bagi komunitas dihadapan sebuah masyarakat mayoritas-kulit-putih yang rasis secara sistematis dan meskipun pesan-pesan nasionalis-kulit-hitam seringkali secara sederhana bertentangan dengan integrasionisme yang berasal dari Martin Luther King dan the Civil Rights Movement, pengembangan masyarakat mereka ---program-program seni upaya-upaya-setelah-waktu-sekolah untuk anak-anak, penggalangan dana melalui musik untuk memberi makan orang-orang yang berjuang ditengah kondisi kekurangan pangan, upaya-upaya keamanan pengawasan-tetangga--- tetap berdiri sebagai model-model-nyata untuk solidaritas-akar-rumput.
Pesan kecukupan-diri yang ditemukan Kofsky dalam musik-jazz proto-nasionalisme adalah sebuah perayaan dari sebuah keindahan Afrika-Amerika yang unik, salah satu yang bertarung melawan imperialisme-keindahan orang kulit-putih, kritik-kritik yang mengangkat nilai dan menentukan kekuatan-negosiasi dari hampir semua musisi kulit-hitam di dalam sistem kepemilikan institusi-institusi rekaman dan pertunjukan oleh orang kulit-putih.
Pada tingginya gerakan jazz-bebas, pentingnya kecukupan-diri merupakan daya-dorong dibalik fasilitas-fasilitas rekaman-independen dan tempat pertunjukan yang dimiliki bersama, dimana di tempat itu Coltrane, Coleman, dan Charles Mingus, diantara banyak yang lainnya, melakukan eksperimen.
Perlunya kecukupan-diri juga suatu faktor dalam pendirian sikap-politik yang diambil oleh banyak musisi-musisi jazz-bebas yang anti-perang, anti-kolonialisme, anti-perbudakan dan mendukung luas terhadap Pan-Afrikanisme yang berkembang dalam kebangkitan gerakan-gerakan dekolonisasi Afrika.
Meski demikian, warisan-nya yang paling bertahan-lama adalah kepercayaan yang diberikan untuk melawan narasi-narasi tentang apa yang menyusun nilai-keindahan.
Kritik-kritik orang kulit-putih menggunakan sebuah kerangka-teoritis yang dikembangkan bagi seni-musik-barat (sebutlah musik-klasik) untuk menilai keaslian, ontentisitas, dan kerumitan-artistik dari sebuah tradisi-musik yang muncul dari pengalaman orang-orang Afrika-Amerika.
Namun, seperti pembacaan terhadap sejarah dari Kofsky bersama dengan teori-sastra dari Henry Louis Gates Jr. dalam The Signifying Monkey menjadi jelas, bahwa musisi-musisi kulit-hitam tenggelam dalam dunia-jazz adalah mengembangkan konsepsi-keindahan mereka sendiri ---sebuah konsepsi tentang, misalnya nilai-keaslian yang menolak gagasan eropa-sentris tentang keaslian (sebagai sesuatu yang tidak pernah terlihat sebelumnya dalam dunia-ini) yang mendorong suatu pemahaman bahwa seseorang memberi suatu kontribusi yang asli ketika sesorang menambahkan perspektif pada dirinya terhadap sebuah produk-budaya yang telah ada.
Revisi terhadap apa-makna-orisinalitas ini membawa implikasi pemberdayaan-individual dan perhatian terhadap jaringan-komunitas yang sudah-ada dan baru-terbentuk, yang kemudian meningkatkan pembelaan nasionalisme-kulit-hitam pada perlunya kecukupan-diri.
Sumber :
https://iep.utm.edu/music-sj/#H1a
Pemahaman Pribadi
Baraka menjelaskan, musik-blues adalah respon dari korban-korban penculikan orang-orang Afrika untuk dijadikan budak bagi orang Amerika, sebuah curahan-budaya yang berkembang dari karya lagu-dan-spiritual yang menyajikan kembali dalam skala-kecil seluruh-rentang dan nuansa tentang adaptasi masyarakat terhadap sebuah tanah-asing yang tidak-ada pilihan bagi mereka kecuali membuatnya menjadi kampung-halaman.
Jejak-jejak sejarah tentang adaptasi dari Baraka ini salah-satunya adalah dimana lagu-lagu menjadi lebih-rumit dan lebih-sekuler, meninggalkan tema-tema tentang keselamatan ke surga, yang memberi karakter produksi-musikal orang-orang Afrika-Amerika dibawah perbudakan dalam mendukung suatu yang lebih menekankan secara langsung kepada pemberdayaan-sikap-penentuan-diri (kebebasan menentukan nasib-sendiri).
Musik blues oleh karenanya berfungsi sebagai sebuah tempat-penyimpanan ikatan-ikatan-kebudayaan, kandungan liriknya berkembang sepanjang waktu untuk merefleksikan apapun tantangan-tantangan sosial yang dihadapi oleh komunitas-komunitas Afrika-Amerika pada saat itu.
Salah satu contoh penting dari musik-blues yang merefleksikan perjuangan-perjuangan orang-orang Afrika-Amerika untuk memperoleh penghargaan dan pengakuan/legitimasi dalam ruang-publik adalah kolaborasi tahun 1941 antara musisi jazz pianis yang hebat Count Basie dan penulis buku Richard Wright (pengarang buku Native Son yang terkenal) dalam sebuah karya berjudul King Joe (The Joe Louis Blues) yang mengangkat status petinju sebagai kebanggaan dari masyarakatnya pada momen yang sama ketika kampanye-kampanye anti-hukuman-mati-tanpa-pengadilan pada akhirnya mulai populer dan dapat diterima dalam era berlakunya hukum Jim Crow di bagian selatan Amerika ( hukum Jim Crow diberlakukan hingga tahun 1965).
Keduanya Baraka maupun Albert Murray, salah satu orang Afrika-Amerika yang ahli dalam sejarah keunikan-musik-Amerika yang dikenal luas, mengisahkan musik-jazz dengan cara sedemikian rupa untuk menggaris-bawahi kelahiran musik-jazz dari musik-blues.
Bagi Baraka, salah-satu cara yang lebih-koheren dalam mendefinisikan musik-jazz adalah sebagai sebuah sintesa dari intrumentasi Eropa dan poliritme (kombinasi beberapa ritme-berbeda yang simultan) yang berasal-muasal dari Afrika, yang secara mendasar tetaplah blues ---bahkan ketika musik-jazz telah mengembangkan jalurnya sendiri.
Penelusuran Murray terhadap sejarah-musik-ini dalam karyanya Stomping the Blues menyatakan kembali tentang kesamaan-warisan-ini namun terlalu-terpusat pada musik-jazz dan musisi-musisi-jazz sehingga seorang pembaca yang bermaksud mencari sebuah analisa tentang blues dalam buku ini dapat merasa kurang.
Namun, perlakuan lain terhadap kemunculan musik-jazz dan musik-blues dalam karya Frank Kofsky berjudul Black Nationalism and the Revolution in Music, menceritakan musik-jazz dengan sebuah narasi yang mengingatkan kembali kepada karya Thomas Kuhn berjudul Structure of Scientific Revolutions, sebuah kisah pencarian-jalan-keluar dalam paradigma-paradigma yang pada akhirnya, tak-dapat-dielakkan runtuh dan harus diganti ---seperti dalam kasus perubahan/pergeseran musisi-musisi seperti John Coltrane dan Ornette Coleman dari berupaya membuat karya dari gagasan-gagasan mereka sendiri dalam bebop menjadi jatuh ke dalam pelukan jazz-bebas
Kofsky juga mendorong tesis bahwa relasi-relasi musik dan sosial-politik berjalan bergandengan-tangan, ia berpendapat bahwa kita bisa melihat dalam jazz-bebas yang muncul pada awal tahun 1960-an sejenis 'proto-nasionalisme' yang menjadi penanda awal pesan-pesan para nasionalis-kulit-hitam dari Malcolm X, the Black Panthers, dan gerakan-gerakan 'lakukan untuk diri-sendiri' lainnya ('do for self' movements) dalam masyarakat Afrika-Amerika selama tahun 1960-an.
Gerakan-gerakan ini menekankan perlunya kecukupan-diri bagi komunitas dihadapan sebuah masyarakat mayoritas-kulit-putih yang rasis secara sistematis dan meskipun pesan-pesan nasionalis-kulit-hitam seringkali secara sederhana bertentangan dengan integrasionisme yang berasal dari Martin Luther King dan the Civil Rights Movement, pengembangan masyarakat mereka ---program-program seni upaya-upaya-setelah-waktu-sekolah untuk anak-anak, penggalangan dana melalui musik untuk memberi makan orang-orang yang berjuang ditengah kondisi kekurangan pangan, upaya-upaya keamanan pengawasan-tetangga--- tetap berdiri sebagai model-model-nyata untuk solidaritas-akar-rumput.
Pesan kecukupan-diri yang ditemukan Kofsky dalam musik-jazz proto-nasionalisme adalah sebuah perayaan dari sebuah keindahan Afrika-Amerika yang unik, salah satu yang bertarung melawan imperialisme-keindahan orang kulit-putih, kritik-kritik yang mengangkat nilai dan menentukan kekuatan-negosiasi dari hampir semua musisi kulit-hitam di dalam sistem kepemilikan institusi-institusi rekaman dan pertunjukan oleh orang kulit-putih.
Pada tingginya gerakan jazz-bebas, pentingnya kecukupan-diri merupakan daya-dorong dibalik fasilitas-fasilitas rekaman-independen dan tempat pertunjukan yang dimiliki bersama, dimana di tempat itu Coltrane, Coleman, dan Charles Mingus, diantara banyak yang lainnya, melakukan eksperimen.
Perlunya kecukupan-diri juga suatu faktor dalam pendirian sikap-politik yang diambil oleh banyak musisi-musisi jazz-bebas yang anti-perang, anti-kolonialisme, anti-perbudakan dan mendukung luas terhadap Pan-Afrikanisme yang berkembang dalam kebangkitan gerakan-gerakan dekolonisasi Afrika.
Meski demikian, warisan-nya yang paling bertahan-lama adalah kepercayaan yang diberikan untuk melawan narasi-narasi tentang apa yang menyusun nilai-keindahan.
Kritik-kritik orang kulit-putih menggunakan sebuah kerangka-teoritis yang dikembangkan bagi seni-musik-barat (sebutlah musik-klasik) untuk menilai keaslian, ontentisitas, dan kerumitan-artistik dari sebuah tradisi-musik yang muncul dari pengalaman orang-orang Afrika-Amerika.
Namun, seperti pembacaan terhadap sejarah dari Kofsky bersama dengan teori-sastra dari Henry Louis Gates Jr. dalam The Signifying Monkey menjadi jelas, bahwa musisi-musisi kulit-hitam tenggelam dalam dunia-jazz adalah mengembangkan konsepsi-keindahan mereka sendiri ---sebuah konsepsi tentang, misalnya nilai-keaslian yang menolak gagasan eropa-sentris tentang keaslian (sebagai sesuatu yang tidak pernah terlihat sebelumnya dalam dunia-ini) yang mendorong suatu pemahaman bahwa seseorang memberi suatu kontribusi yang asli ketika sesorang menambahkan perspektif pada dirinya terhadap sebuah produk-budaya yang telah ada.
Revisi terhadap apa-makna-orisinalitas ini membawa implikasi pemberdayaan-individual dan perhatian terhadap jaringan-komunitas yang sudah-ada dan baru-terbentuk, yang kemudian meningkatkan pembelaan nasionalisme-kulit-hitam pada perlunya kecukupan-diri.
Sumber :
https://iep.utm.edu/music-sj/#H1a
Pemahaman Pribadi
No comments:
Post a Comment