Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Sunday, March 11, 2018

Moralitas Modern Dan Etika Kuno 4 : Persoalan Khusus Kant Dan Aristoteles - Kewajiban Moral Dan Demi Kemuliaan


Ada kesepakatan bersama diantara Para-Filsuf bahwa Etika-Deontologis-Kant dan Etika-Kebajikan-Aristoteles dapat dengan mudah dibedakan dengan-cara mengetahui/mengakui fakta-sederhana bahwa Kant memperhatikan Tindakan-Berdasar-Atas-Kewajiban atau Berdasar-Prinsip-Moral atau karena Seseorang-Berpikir bahwa Tindakan-Itu adalah Benar-Secara-Moral. Sementara pendekatan Aristoteles sama sekali tidak-memiliki gagasan khusus tentang Motivasi-Moral ini, oleh karena itu Aristoteles tidak terdengar berpendapat bahwa Orang-Bijak-Diwajibkan-Secara-Moral untuk Melakukan-Tindakan dengan cara yang serupa dengan Agen-Kantian. Dengan kata lain, dalam Etika-Kebajikan tidak-ada pengertian seperti Melakukan-Tindakan-Baik-Berdasar-Atas-Kewajiban.

Pandangan umum ini telah ditentang, misalnya oleh para penganut Neo-Aristotelian seperti Hursthouse 2010 yang berpendapat bahwa tidak hanya ada-gagasan Motivasi-Moral yang kuat dalam Pendekatan-Aristoteles, tetapi juga Orang-Yang-Bijak diperlengkapi lebih-baik untuk memenuhi tuntutan Bertindak-Berdasar-Atas-Pengertian-Kewajiban daripada Agen-Moral-Kantian. Berikut sketsa dari garis-utama penalaran itu ( lihat juga Engstrom dan Whiting 1998; Jost dan Wuerth 2011 ).

Hursthouse berpendapat dalam bukunya On Virtue Ethics bahwa :

" Ada antusiasme yang berkembang terhadap gagasan, bahwa Agen-Kantian-Yang-Ideal yaitu seseorang dengan Niat-Baik yang Melakukan-Tindakan berdasar Pengertian-Kewajiban/Tanggung-jawab dan Agen-Neo-Aristotelian-Yang-Ideal yang Melakukan-Tindakan berdasar Kebajikan dari Keadaan-Karakter-Yang-Mapan/Stabil, tidaklah berbeda seperti yang diperkirakan. " ( 2010:140 )

Pandangan ini didukung oleh beberapa karya penting Hudson ( 1990 ), Audi ( 1995 ), dan Baron ( 1995 ). Meskipun demikian, fakta ini juga telah diakui oleh filsuf Neo-Kantian seperti Korsgaard ( 1998 ) dan Herman ( 1998 ). Apabila seseorang masih memegang pendapat Adanya-Perbedaan-Yang-Jelas antara Etika-Kuno dan Moralitas-Modern, khususnya mengenai Aristoteles dan Kant yang telah diajukan selama ratusan tahun --dalam hal ini-- itu mencerminkan kurangnya kesadaran seseorang terhadap perkembangan Etika-Moral dan Neo-Kantianisme saat ini.

Isu terkait mengenai pertanyaan : " Apakah ada perbedaan mendasar antara istilah Aretaik/Keutamaan/Kebajikan dan Deontik/Kewajiban " telah dibahas secara kritis oleh Gryz ( 2011 ) yang melawan Stocker (1973) yang berpendapat bahwa Baik dan Benar adalah berarti hal yang sama.

Gryz meyakinkan bahwa meskipun kedua-kelompok istilah itu bertemu, tetap saja ada-celah yang tidak dapat dijembatani atau jika seseorang mencoba mendefinisikan satu-kelompok istilah dengan kelompok istilah lainnya, maka ada sesuatu yang tertinggal, yang tidak bisa dijelaskan oleh kelompok istilah kedua. Perdebatan kontemporer ini menunjukkan bahwa masih belum-ada-pandangan-umum tentang hubungan antara Etika-Kuno dan Moralitas-Modern.

Kant berpendapat dalam karyanya Groundwork bahwa Agen yang dimotivasi secara moral bertindak berdasar atas Niat-Baik. Secara lebih rinci, Melakukan-Tindakan-Berdasar-Atas-Kewajiban atau Melakukan-Tindakan karena Sesorang-Berpikir bahwa Secara-Moral-Tindakan-Itu-Benar adalah melakukan Tindakan-Itu karena seseorang berpikir bahwa Maxim dari Tindakan-Itu memiliki sebuah Bentuk-Hukum ( Korsgaard 1998: 218 ). Misalnya, jika seseorang memenuhi syarat sebagai Agen-Kantian Melakukan-Tindakan-Yang-Benar bukan karena tujuannya hanya menunaikan Kewajiban-nya, tetapi karena orang tersebut Memilih-Tindakan itu karena Kemuliaan-Tindakan-Itu-Sendiri ( Korsgaard 1998: 207 ).

Bahkan jika orang-orang Yunani-Kuno tidak memiliki gagasan tertentu yang dapat diterjemahkan sebagai Keharusan-Moral, Kewajiban, Hak, dan Prinsip ( misalnya Gryz 2011, Hursthouse 2010 ), nampaknya tetap-benar untuk berpendapat bahwa gagasan Melakukan-Hal-Yang-Benar karena Hal-Itu-Memang-Benar atau karena Seseorang-Diharuskan-Melakukannya juga merupakan fenomena yang dikenal-baik dalam Etika-Kebajikan klasik secara umum dan berkaitan dengan Aristoteles dan Stoikisme pada khususnya. Ada beberapa bagian dalam Etika-Nicomachean dimana Aristoteles dengan jelas berpendapat bahwa Tindakan-Baik-Secara-Moral dilakukan karena Kemuliaan-Tindakan-Itu-Sendiri atau karena Tindakan-Itu adalah Tindakan-Yang-Benar-Secara-Moral :

" Tindakan-tindakan yang istimewa adalah Tindakan-Mulia dan dilakukan karena Kemuliaan-Tindakan-Itu-Sendiri. " ( EN IV, 2, 1120a23-24 )

" Pria-Pemberani itu sama hebatnya dengan Pria-Yang-Mungkin-Pemberani. Oleh karena itu, ketika dia merasa takut terhadap sesuatu, bahkan terhadap hal-menakutkan yang tidak-melampaui kekuatan manusia, dia akan merasa takut terhadapnya seperti seharusnya dan sekaligus menjadi alasan-langsung untuk menghadapinya demi apa yang disebut Mulia, dan demi akhir dari suatu Kebaikan yang luar biasa. " ( EN III, 10 1115b10-13 )

" Standar segala sesuatu adalah Kebaikan dan Orang-Baik. Dia berjuang mencapai Kebaikan dengan segenap jiwanya dan melakukan Kebaikan karena unsur intelektual/akal-budi di dalam dirinya. " ( EN IX, 4, 1166a10-20 )

Orang-Baik melakukan Tindakan-Mulia karena Kemuliaan-Tindakan-Itu-Sendiri. ( EN IX, 8, 1168a33-35 )

" Pada Orang-Jahat, apa yang dia lakukan bertabrakan dengan apa yang harus dia lakukan, tetapi apa yang harus dilakukan Orang-Baik dilakukan olehnya, karena intelek/akal-budi selalu memilih apa yang terbaik menurutnya, dan Orang-Baik mematuhi intelek/akal-budi. " ( EN IX, 8, 1169a15-18 )

Jika Orang-Bijak bertindak karena dia berpikir bahwa Tindakan-Itu adalah Tindakan-Yang-Benar untuk dilakukan, karena dia bertindak demi Kemuliaan tanpa kecenderungan selain Berbuat-Kebaikan demi Kemuliaan-Itu-Sendiri, maka dia sebanding dengan Agen-Moral-Kantian. Misalnya, menurut Aristoteles yang disebut Mulia adalah :

" Tindakan yang dikehendaki karena Kemuliaan-Dalam-Dirinya dan juga patut mendapat pujian. " ( Retorika I, 9, 1366a33 )

Dan pada 1366b38-67a5 dia berpandangan bahwa Kemuliaan ditunjukkan melalui :

" Tindakan yang lebih menguntungkan/bermanfaat bagi orang-lain daripada untuk Pelakunya, dan Tindakan yang keuntungannya/manfaatnya hanya akan muncul setelah Kematian-Pelaku-Tersebut, karena dalam hal ini kita dapat memastikan Pelaku-Itu tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari Tindakan-Itu. " ( Korsgaard 1998: 217 )

Oleh karena itu, Orang-Bijak tidak akan dapat bertindak dengan cara yang tidak berbudi luhur karena dia Bertindak-Berdasar-Kewajiban-Moral yang kuat dari dalam dirinya untuk bertindak sesuai dengan Tindakan-Yang-Benar-Secara-Moral, karena inilah hakikat orang yang berbudi luhur untuk bertindak dengan baik. Sebaliknya, Agen-Kantian seringkali bertindak sesuai dengan Hukum-Universal dan karenanya ia melakukan tindakan yang benar secara moral, dan pada kesempatan lain ia gagal melakukannya. Ini karena dia tidak memiliki sikap stabil dan teguh untuk selalu bertindak sesuai dengan Hukum-Universal. Itulah alasan mengapa Orang-Bijak-Aristotelian dapat dilihat sebagai Agen yang tidak hanya bertindak atas dasar Kewajiban dalam arti melakukan hal yang benar karena itu benar, tetapi juga karena Orang-Yang-Bijak terus-menerus menangkap dan melekat kepada Kewajiban-Moral, yaitu melakukan Tindakan-Yang-Bajik.


Sumber :
http://www.iep.utm.edu/anci-mod/#H4
Pemahaman Pribadi



No comments:

Post a Comment