Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Tuesday, July 14, 2020

Filsafat Analitik 6c : 1960-an Dan Setelahnya ( Era Ekletisme ) : Renaisance dalam Sejarah


Karena filsafat-analitik pada awalnya menunjukan diri sebagai pengganti filsafat-tradisional, sehingga kecenderungan-nya sepanjang abad 20 adalah untuk mengesampingkan/mengabaikan sejarah-filsafat.

Bahkan dilaporkan bahwa sebuah tanda-tulisan "katakan tidak pada sejarah-gagasan-gagasan" pernah tergantung pada sebuah pintu dalam gedung Filsafat Universitas Princeton (Garfton 2004,2).

Meski para filsuf-analitik awal seringkali menunjuk kepada pandangan-pandangan para filsuf dari abad-abad sebelumnya, namun mereka seringkali gagal untuk menggabungkan kecerdasan-filosofis dengan perhatian-historis, oleh karenanya jatuh kedalam kesalahan, interpretasi-anakronitis terhadap para filsuf sebelumnya.

Diawali pada tahun 1970-an, sejumlah filsuf mulai memberontak dalam konteks analitik melawan sikap anti-historis ini.

Pengingat berikut ini oleh Daniel Garber menggambarkan dengan baik bangkitnya kesadaran-historis dalam konteks analitik (meski ini kemudian dan sekarang tidak begitu menyebar untuk menjelaskan karakteristik dari filsafat-analitik itu sendiri) :

" Apa saja reaksi yang melawan sikap anti-historis dari para sejarawan-filsafat pada generasi saya adalah 'sekumpulan-praktek-praktek' yang telah memberi karakterisasi pada penulisan tentang sejarah-filsafat dalam periode tersebut, 'sekumpulan-praktek-praktek' itu diantaranya :

Kecenderungan mengganti rekonstruksi-rekonstruksi rasional dalam suatu pandangan-pandangan seorang filsuf dengan pandangan-pandangan mereka sendiri.

Kecenderungan untuk fokus kepada sebuah-kelompok-tokoh yang sangat sempit (Descartes, Spinoza, dan Leibniz, Locke, Berkeley dan Hume dalam periode saya).

Dalam daftar-karya yang sempit itu, kecenderungan untuk fokus hanya pada sedikit karya itu dengan membuang yang lain, itulah yang paling sesuai dengan konsepsi kita sekarang ini tentang subjek dari filsafat.

Kecenderungan untuk berkarya secara eksklusif melalui penerjemahan dan untuk mengabaikan karya-sekunder yang aslinya tidak ditulis dalam bahasa Inggris.

Kecenderungan untuk memperlakukan posisi-posisi pendirian-filosofis seolah-olah karya-karya-itu disajikan pada masa-kini terus dan seterusnya dan seterusnya. "
(Garber 2004, 2)

Dengan perlawanan melalui 'sekumpulan-prektek-praktek' ini, gerakan sejarah mulai melakukan interpretasi terhadap persoalan-persoalan dan pandangan-pandangan tokoh-tokoh sejarah yang 'telah-dikenal-baik' dalam konteks : pertama, seluruh tubuh-karya mereka masing-masing, kedua konteks intelektual masing-masing tidak ada sesuatu bagaimana karya-karya mereka terkait dengan para pemikir sebelumnya, dan ketiga lingkungan sosial yang lebih luas didalamnya mereka hidup, berpikir dan menulis.

Pada akhirnya, pendekatan baru sejarah ini diadopsi oleh para filsuf-akademis yang tertarik pada sejarah filsafat-analitik itu sendiri. Sebagai hasilnya, dua dekade terakhir terlihat kemunculan sejarah (atau penulisan-sejarah) filsafat-analitik sebagai sebuah gerakan sub-disiplin yang semakin penting di dalam filsafat-analitik itu sendiri. Tokoh-tokoh utama diantara yang baik dari banyak yang lain dalam wilayah ini termasuk Tom Baldwin, Hans Sluga, Nicholas Griffin, Peter Hacker, Ray Monk, Peter Hylton, Hans-Johann Glock and Michael Beaney. Lonjakan ketertarikan kepada sejarah filsafat-analitik bahkan telah menarik upaya-upaya dari para filsuf yang karya-karyanya lebih dikenal dalam wilayah 'inti' filsafat-analitik seperti Michael Dummett dan Scott Soames.

Beberapa dari para pengarang ini bertanggung jawab untuk menemukan atau menemukan-kembali fakta bahwa baik Moore maupun Russell telah mengkonsepsikan diri mereka bukan sebagai filsuf-bahasa Yang lain telah terlibat dalam perdebatan tentang hal yang telah dinyatakakan Frege dalam Bagian-2c. Semua ini telah bertindak untuk melemahkan pandangan-pandangan yang diterima dan untuk membuka sebuah perdebatan tentang sifat-sesungguhnya dari filsafat-analitik dan cakupan-keseluruhan dari sejarah-nya (penjelasan lebih jauh lagi, baca Preston 2004, 2005a-b).



Sumber :
https://www.iep.utm.edu/analytic/#SH4a
Pemahaman Pribadi



Saturday, July 4, 2020

Filsafat Analitik 6b : 1960-an Dan Setelahnya ( Era Ekletisme ) : Kebangkitan Metafisika


Metafisika mengalami semacam kebangkitan dalam filsafat-analitik post-bahasa.

Meskipun filsafat-analitik kontemporer tidak-mudah mendukung bangunan-sistem-metafisika-tradisional (setidaknya sebagai sebuah penghargaan aktivitas profesional), filsafat-analitik telah merangkul sepenuh hati terhadap pengejaran secara berangsur kepada pertanyaan-pertanyaan metafisika sehingga metafisika sekarang ini menjadi salah satu diantara tiga sub-disiplin yang paling penting dalam filsafat-analitik. (Dua yang lain adalah epistemologi dan filsafat-bahasa, ketiganya seringkali disebut sebagai 'inti' wilayah-wilayah analitik atau sub-disiplin). Ini memiliki arti penting mengingat orientasi anti-metafisika dalam filsafat-analitik-tradisional.

Pada tahun 1960-an filsuf bahasa-biasa Peter Strawson mulai mengangkat apa yang ia sebut 'metafisika-deskriptif', sebuah persoalan tentang melihat kepada struktur-dan-isi dari bahasa-natural untuk menyoroti kontur pandangan-pandangan metafisis yang berbeda atau 'skema-skema konseptual'.

Pada saat yang sama, dan disamping naturalisme dan saintisisme-nya yang menutup dia dari metafisika-spekulatif, pandangan-holistik dari Quine tentang makna dan verifikasi membuka pintu terhadap metafisika-spekulatif dengan menunjukan bahwa teori tidak dapat direduksi menjadi pengamatan-peristiwa dalam sain.

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, upaya-upaya dari Donald Davidson dan yang lainnya untuk membangun sebuah teori-formal-makna berdasar definisi-formal tentang kebenaran yang dikemukakan Alfred Tarski pada akhirnya mengarah kepada pengembangan tentang dunia-dunia-makna-yang-mungkin oleh David Lewis.

Konsisten dengan pandangan Quinean bahwa makna terhubung dengan pandangan-pandangan-dunia-holistik, atau dalam terma yang lebih metafisis, keadaan-keadaan-dunia, dunia-dunia-makna-yang-mungkin menentukan pentingnya konsep-konsep-logis seperti validitas, kesan dan kesempurnaan begitu juga dengan konsep-konsep yang tidak mampu ditangani oleh logika-sebelumnya ---seperti kemungkinan dan kepastian--- dalam terma-terma mengenai deskripsi-total dari suatu cara bahwa beberapa-dunia atau semua-dunia mungkin ada. Sebagai contoh, proposisi P adalah pasti, jika P adalah benar dalam semua-dunia-yang-mungkin. Sehingga, disamping formalisme-nya, dunia-dunia-makna-yang-mungkin mendekati beberapa aspek dari metafisika-tradisional yang dihindari filsafat-analitik sebelumnya.

Dengan dunia-dunia-makna-yang-mungkin, perhatian telah meningkat dari pemahaman tentang makna menjadi referensi-nya. Yang terakhir berkaitan secara eksplisit terkait dengan hubungan dunia-bahasa dan juga memiliki sebuah aspek metafisika yang terbuka.

Pada tahun 1970, teori-teori-referensi-langsung menjadi mendominasi filsafat-bahasa.

Dikembangkan secara terpisah oleh Saul Kripke dan Ruth Barcan Marcus, teori-referensi-langsung berpendapat bahwa sejumlah kata ---khususnya nama kepemilikan--- tidak memiliki makna, namun hanya bertindak sebagai 'penanda-label (tags)' dalam istilah Marcus atau 'penanda-tetap (rigid)' dalam istilah Kripke bagi benda-benda yang diberi nama.

Penanda-label atau penanda-tetap biasa diucapkan dalam terma-terma dunia-dunia-yang-mungkin : Itu adalah sebuah relasi antara nama dan benda sedemikian hingga itu tetap-berlaku dalam semua dunia-dunia-yang-mungkin.

Ini kemudian menyediakan sebuah analogi linguistik terhadap sebuah teori-metafisika tentang identitas sesuatu yang mirip dengan salah satu yang ditemukan dalam 'substansi' metafisika-tradisional seperti yang dikemukakan Aristoteles.

Dengan dibuangnya batasan-batasan karakteristik pada filsafat-analitik awal, posisi ini dalam filsafat-bahasa diciptakan untuk suatu kemudahan transisi menuju metafisika yang memadai.



Sumber :
https://www.iep.utm.edu/analytic/#SH4a
Pemahaman Pribadi