Karena filsafat-analitik pada awalnya menunjukan diri sebagai pengganti filsafat-tradisional, sehingga kecenderungan-nya sepanjang abad 20 adalah untuk mengesampingkan/mengabaikan sejarah-filsafat.
Bahkan dilaporkan bahwa sebuah tanda-tulisan "katakan tidak pada sejarah-gagasan-gagasan" pernah tergantung pada sebuah pintu dalam gedung Filsafat Universitas Princeton (Garfton 2004,2).
Meski para filsuf-analitik awal seringkali menunjuk kepada pandangan-pandangan para filsuf dari abad-abad sebelumnya, namun mereka seringkali gagal untuk menggabungkan kecerdasan-filosofis dengan perhatian-historis, oleh karenanya jatuh kedalam kesalahan, interpretasi-anakronitis terhadap para filsuf sebelumnya.
Diawali pada tahun 1970-an, sejumlah filsuf mulai memberontak dalam konteks analitik melawan sikap anti-historis ini.
Pengingat berikut ini oleh Daniel Garber menggambarkan dengan baik bangkitnya kesadaran-historis dalam konteks analitik (meski ini kemudian dan sekarang tidak begitu menyebar untuk menjelaskan karakteristik dari filsafat-analitik itu sendiri) :
" Apa saja reaksi yang melawan sikap anti-historis dari para sejarawan-filsafat pada generasi saya adalah 'sekumpulan-praktek-praktek' yang telah memberi karakterisasi pada penulisan tentang sejarah-filsafat dalam periode tersebut, 'sekumpulan-praktek-praktek' itu diantaranya :
Kecenderungan mengganti rekonstruksi-rekonstruksi rasional dalam suatu pandangan-pandangan seorang filsuf dengan pandangan-pandangan mereka sendiri.
Kecenderungan untuk fokus kepada sebuah-kelompok-tokoh yang sangat sempit (Descartes, Spinoza, dan Leibniz, Locke, Berkeley dan Hume dalam periode saya).
Dalam daftar-karya yang sempit itu, kecenderungan untuk fokus hanya pada sedikit karya itu dengan membuang yang lain, itulah yang paling sesuai dengan konsepsi kita sekarang ini tentang subjek dari filsafat.
Kecenderungan untuk berkarya secara eksklusif melalui penerjemahan dan untuk mengabaikan karya-sekunder yang aslinya tidak ditulis dalam bahasa Inggris.
Kecenderungan untuk memperlakukan posisi-posisi pendirian-filosofis seolah-olah karya-karya-itu disajikan pada masa-kini terus dan seterusnya dan seterusnya. " (Garber 2004, 2)
Dengan perlawanan melalui 'sekumpulan-prektek-praktek' ini, gerakan sejarah mulai melakukan interpretasi terhadap persoalan-persoalan dan pandangan-pandangan tokoh-tokoh sejarah yang 'telah-dikenal-baik' dalam konteks : pertama, seluruh tubuh-karya mereka masing-masing, kedua konteks intelektual masing-masing tidak ada sesuatu bagaimana karya-karya mereka terkait dengan para pemikir sebelumnya, dan ketiga lingkungan sosial yang lebih luas didalamnya mereka hidup, berpikir dan menulis.
Pada akhirnya, pendekatan baru sejarah ini diadopsi oleh para filsuf-akademis yang tertarik pada sejarah filsafat-analitik itu sendiri. Sebagai hasilnya, dua dekade terakhir terlihat kemunculan sejarah (atau penulisan-sejarah) filsafat-analitik sebagai sebuah gerakan sub-disiplin yang semakin penting di dalam filsafat-analitik itu sendiri. Tokoh-tokoh utama diantara yang baik dari banyak yang lain dalam wilayah ini termasuk Tom Baldwin, Hans Sluga, Nicholas Griffin, Peter Hacker, Ray Monk, Peter Hylton, Hans-Johann Glock and Michael Beaney. Lonjakan ketertarikan kepada sejarah filsafat-analitik bahkan telah menarik upaya-upaya dari para filsuf yang karya-karyanya lebih dikenal dalam wilayah 'inti' filsafat-analitik seperti Michael Dummett dan Scott Soames.
Beberapa dari para pengarang ini bertanggung jawab untuk menemukan atau menemukan-kembali fakta bahwa baik Moore maupun Russell telah mengkonsepsikan diri mereka bukan sebagai filsuf-bahasa Yang lain telah terlibat dalam perdebatan tentang hal yang telah dinyatakakan Frege dalam Bagian-2c. Semua ini telah bertindak untuk melemahkan pandangan-pandangan yang diterima dan untuk membuka sebuah perdebatan tentang sifat-sesungguhnya dari filsafat-analitik dan cakupan-keseluruhan dari sejarah-nya (penjelasan lebih jauh lagi, baca Preston 2004, 2005a-b).
Sumber :
https://www.iep.utm.edu/analytic/#SH4a
Pemahaman Pribadi
Bahkan dilaporkan bahwa sebuah tanda-tulisan "katakan tidak pada sejarah-gagasan-gagasan" pernah tergantung pada sebuah pintu dalam gedung Filsafat Universitas Princeton (Garfton 2004,2).
Meski para filsuf-analitik awal seringkali menunjuk kepada pandangan-pandangan para filsuf dari abad-abad sebelumnya, namun mereka seringkali gagal untuk menggabungkan kecerdasan-filosofis dengan perhatian-historis, oleh karenanya jatuh kedalam kesalahan, interpretasi-anakronitis terhadap para filsuf sebelumnya.
Diawali pada tahun 1970-an, sejumlah filsuf mulai memberontak dalam konteks analitik melawan sikap anti-historis ini.
Pengingat berikut ini oleh Daniel Garber menggambarkan dengan baik bangkitnya kesadaran-historis dalam konteks analitik (meski ini kemudian dan sekarang tidak begitu menyebar untuk menjelaskan karakteristik dari filsafat-analitik itu sendiri) :
" Apa saja reaksi yang melawan sikap anti-historis dari para sejarawan-filsafat pada generasi saya adalah 'sekumpulan-praktek-praktek' yang telah memberi karakterisasi pada penulisan tentang sejarah-filsafat dalam periode tersebut, 'sekumpulan-praktek-praktek' itu diantaranya :
Kecenderungan mengganti rekonstruksi-rekonstruksi rasional dalam suatu pandangan-pandangan seorang filsuf dengan pandangan-pandangan mereka sendiri.
Kecenderungan untuk fokus kepada sebuah-kelompok-tokoh yang sangat sempit (Descartes, Spinoza, dan Leibniz, Locke, Berkeley dan Hume dalam periode saya).
Dalam daftar-karya yang sempit itu, kecenderungan untuk fokus hanya pada sedikit karya itu dengan membuang yang lain, itulah yang paling sesuai dengan konsepsi kita sekarang ini tentang subjek dari filsafat.
Kecenderungan untuk berkarya secara eksklusif melalui penerjemahan dan untuk mengabaikan karya-sekunder yang aslinya tidak ditulis dalam bahasa Inggris.
Kecenderungan untuk memperlakukan posisi-posisi pendirian-filosofis seolah-olah karya-karya-itu disajikan pada masa-kini terus dan seterusnya dan seterusnya. " (Garber 2004, 2)
Dengan perlawanan melalui 'sekumpulan-prektek-praktek' ini, gerakan sejarah mulai melakukan interpretasi terhadap persoalan-persoalan dan pandangan-pandangan tokoh-tokoh sejarah yang 'telah-dikenal-baik' dalam konteks : pertama, seluruh tubuh-karya mereka masing-masing, kedua konteks intelektual masing-masing tidak ada sesuatu bagaimana karya-karya mereka terkait dengan para pemikir sebelumnya, dan ketiga lingkungan sosial yang lebih luas didalamnya mereka hidup, berpikir dan menulis.
Pada akhirnya, pendekatan baru sejarah ini diadopsi oleh para filsuf-akademis yang tertarik pada sejarah filsafat-analitik itu sendiri. Sebagai hasilnya, dua dekade terakhir terlihat kemunculan sejarah (atau penulisan-sejarah) filsafat-analitik sebagai sebuah gerakan sub-disiplin yang semakin penting di dalam filsafat-analitik itu sendiri. Tokoh-tokoh utama diantara yang baik dari banyak yang lain dalam wilayah ini termasuk Tom Baldwin, Hans Sluga, Nicholas Griffin, Peter Hacker, Ray Monk, Peter Hylton, Hans-Johann Glock and Michael Beaney. Lonjakan ketertarikan kepada sejarah filsafat-analitik bahkan telah menarik upaya-upaya dari para filsuf yang karya-karyanya lebih dikenal dalam wilayah 'inti' filsafat-analitik seperti Michael Dummett dan Scott Soames.
Beberapa dari para pengarang ini bertanggung jawab untuk menemukan atau menemukan-kembali fakta bahwa baik Moore maupun Russell telah mengkonsepsikan diri mereka bukan sebagai filsuf-bahasa Yang lain telah terlibat dalam perdebatan tentang hal yang telah dinyatakakan Frege dalam Bagian-2c. Semua ini telah bertindak untuk melemahkan pandangan-pandangan yang diterima dan untuk membuka sebuah perdebatan tentang sifat-sesungguhnya dari filsafat-analitik dan cakupan-keseluruhan dari sejarah-nya (penjelasan lebih jauh lagi, baca Preston 2004, 2005a-b).
Sumber :
https://www.iep.utm.edu/analytic/#SH4a
Pemahaman Pribadi