Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Friday, January 8, 2021

Filsafat Sejarah 7 : Penulisan Sejarah Post Kantian Abad 19 M


Juga dalam kesadaran-menentang terhadap penulisan-sejarah Hegelian berdiri para Post-Kantian Wilhem Dilthey (1833-1911), William Windelband (1848-1915), dan Heinrich Rickert (1863-1936). Mereka memiliki persamaan membangkitkan semangat 'kembali kepada Kant !' persamaan mereka melibatkan pengakuan ---sesuatu yang tidak-ditemukan pada sejarawan-praktisi dan para-positivis--- bahwa pengetahuan pasti-dimediasi oleh adanya pra-struktur tertentu pada subjek yang mengetahui.

Proyek seumur-hidup Dilthey yang tidak-pernah selesai adalah untuk menyediakan Geisteswissenschaften bagi 'ilmu-pengetahuan-ilmiah-tentang-manusia', Geisteswissenschaften adalah apa yang dimiliki Kant untuk metafisika yaitu suatu skema-programatik mengenai bentuk-bentuk-logis-yang-mungkin dalam penyelidikan sedemikian-rupa hingga kebenaran-yang-pasti dapat dipisahkan dari kesewenangan-dan-spekulatif.

Hal-ini melibatkan anggapan-nya bahwa semua penyebab-sejarah yang telah-ter-ekspresi-kan merupakan suatu manifestasi dari salah-satu diantara tiga-kelompok keadaan-mental yaitu penilaian-penilaian, tindakan-tindakan dan ekspresi-ekspresi dari pengalaman

Untuk memahami kerja dari sejarah adalah untuk memahami bagaimana trio-ini ---digambarkan sebagai sebuah inner lebenszusammenhang--- membawa pengaruh dalam semua sifat-sifat yang dapat-diamati secara empiris dari dunia-manusia.

Sebuah keuntungan yang lebih dibanding dengan penjelasan para ilmuwan-pengetahuan-alam (natural scientist) terhadap objek-objek fisik, pemahaman-deskriptif ini dibantu dengan analogi-analogi, kita mungkin menarik bersama dengan pemahaman terhadap pengalaman-pengalaman sisi-batin kita-sendiri.

Kita memiliki semacam kesadaran-simpatetik yang berada di dalam diri-kita (inheren) terhadap peristiwa-peristiwa sejarah karena penyebab-penyebab yang terlibat didalam-nya merupakan dorongan-psikologis melalui cara-cara yang tidak-sepenuhnya-berbeda dengan diri-kita-sendiri.

Windelband mengambil pendapat-pendapat yang dikemukakan Dilthey tentang perbedaan-perbedaan antara sejarah dengan ilmu-pengetahuan-ilmiah-lain pada pertanyaan tentang nilai-nilai untuk menciptakan perbedaan-metodologis milik-nya antara penjelasan-dan-pemahaman (erklären dan verstehen)

Perbedaan terbesar bukan hanya sejarah melibatkan nilai-nilai, namun perangkat-sesungguh-nya dengan-nya kita mencapai pengetahuan-kita mengenai masa-lalu berbeda dengan alat-kita untuk menjelaskan objek-objek-eksternal kepada kita.

Ilmu-pengetahuan-ilmiah (science) berurusan dengan hukum-hukum yang tetap, dalam generalitas, dan menimbang objek-objek-individual-nya (objek-partikular) hanya sejauh ketika objek-objek-individual-itu merupakan salinan dari kelas-kelas mereka. Namun bagi para sejarawan justru hal-partikular adalah yang membutuhkan penelitian/pengujian : perilaku Caesar bukanlah sebagai sebuah-contoh perilaku-individual seorang-raja dari suatu aturan-umum (hukum-general) mengenai bagaimana seorang raja berperilaku, tetapi sebagai suatu fenomena yang unik, tidak-dapat-diulang, yang berbeda dengan perilaku Alexander, Charlemagne, dan Ying Zheng.

Dan hanya dari hal-hal-partikular saja hukum-hukum-yang-umum tidak dapat dibentuk. Melalui cara-ini sejarah merupakan penggambaran (ideographic) dan deskritif daripada nomothetic atau hukum-positif, dan semacamnya, lebih memusatkan perhatian untuk menggambarkan dan memahami daripada untuk menjelaskan.

Heinrich Rickert menerima perbedaan-metodologis yang dikemukakan Windelband begitu juga ia menerima upaya-upaya Dilthey, untuk menyediakan/menghasilkan garis-besar suatu logika-sejarah yang berbeda.

Namun Rickert menekankan dimensi-psikologi pada penulisan-sejarah lebih dari mereka. Apa yang dipegang oleh seorang sejarawan sebagai sesuatu-yang-menarik, atau apa yang dipilih oleh mereka guna menyajikan ketidak-terbatasan-praktis terhadap penelitian-sejarah yang mungkin, bukanlah sebuah persoalan pada akal tetapi sebuah persoalan psikologi tentang nilai-nilai.

Dan karena penulisan-sejarah adalah didorong nilai-nilai (value-driven), upaya-apapun untuk menghilangkan dasar-dasar-subjektif-nya tidak hanya tidak-terjamin tetapi tidak-mungkin.

Menurut pemikiran Rickert, kepentingan-kepentingan praktis ini tidak-memaksa sejarah untuk menjadi sekedar suatu yang bersifat naratif-relatifistik, karena sifat-alamiah-manusia cukup-seragam untuk mengijinkan penjelasan-penjelasan penalaran-yang-meyakinkan secara inter-subjektif bahkan jika tidak-ada-bukti dalam pengertian-positivis.

Pengaruh langsung dari filsafat-sejarah post-Kantian bukanlah diungkapkan secara teleologis-atau-ilmiah (scientific).

Namun pemahaman bahwa sejarah adalah jenis-penelitian-unik dengan metodologi, logika-penjelasan dan standar-standar tindakan-pengambilan-keputusan sendiri telah digaungkan melalui beragam cara oleh tokoh dari Benedetto Croce (1866-1952) dan Georg Simmel (1858-1918), hingga R. G. Collingwood (1889-1943) dan Michael Oakeshott (1901-1990), begitu pula pencarian Dilthey terhadap kondisi-kondisi kognitif-dan-psikologis dalam penelitian-sejarah diterima dan diangkat oleh Ernst Cassirer (1874-1945) dan teori-kritis dari aliran-pemikiran (the Frankfurt School of Critical Theory).

Hermeneutika dari Hans-Georg Gadamer (1900-2002) dalam hal suatu keterikatan-kritis dengan Post-Kantian berupaya untuk mengembalikan masa-lalu sebagai bagian kesadaran-yang-terkondisi secara historis (wirkungsgeschichtliches Bewußtsein) yang menentukan-sebelumnya pendekatan-kita kepada teks-partikular dan pada akhirnya masa-lalu sebagai sebuah-keseluruhan.



Sumber :
https://www.iep.utm.edu/History/#H6
Pemahaman Pribadi