Persoalan Metafisika
Dalam metafisika, sebagai contoh dalam studi-filosofis mengenai sifat-dasar-kodrat (nature) pada realitas, topik tentang objektivitas mengemukakan kebingungan filosofis mengenai sifat-dasar dari 'diri' (the-self).
Menurut hampir semua teori metafisika, subjek yang mem-persepsi adalah juga suatu objek-potensial bagi persepsi-persepsi orang-lain. Lebih jauh lagi seseorang dapat mem-persepsi dirinya-sendiri sebagai sebuah objek disamping juga mengetahui kondisi-subjektif yang dimiliki dirinya secara jujur dan langsung.
Diri (the-self) kemudian dipahami baik sebagai objek maupun subjek. Pengetahuan tentang 'diri' sebagai objek tampak sangat berbeda dengan pengetahuan tentang 'diri' sebagai subjek.
Perbedaan-perbedaan yang paling jelas ditemukan pada bukti-bukti yang ditunjukan dalam filsafat-pikiran (philosophy of mind). Para filsuf yang membahas pikiran berupaya untuk mendamaikan, dalam sebuah pengertian, apa yang kita ketahui berkenaan dengan pikiran secara objektif dan apa yang kita ketahui secara subjektif.
Penyelidikan terhadap hal-hal yang-ada-dalam-pikiran (minded-beings) sebagai sebuah objek merupakan pusat-perhatian pada metode-metode psikologi, sosiologi dan sain yang menyelidiki otak manusia.
Mengamati hal-hal yang-ada-dalam-pikiran seseorang dari sudut pandang subjektif adalah sesuatu yang biasa dilakukan oleh kita-semua dan itu adalah pusat dari pemahaman-umum-kita tentang sifat-dasar-kodrat dari pikiran.
Masalah mendasar pada filsafat-pikiran adalah untuk menjelaskan bagaimana suatu-objek seberapa-pun kompleksnya, dapat muncul dalam pikiran seperti kita mengetahui-nya dari sudut pandang subjektif. Yaitu bagaimana bisa suatu 'yang-hanya-benda' membangkitkan kesadaran dengan kompleksitas yang kaya ketika kita mengalami-nya ?
Persoalan tersebut menunjukan cukup dapat dikonsepsikan bahwa terdapat ciptaan yang sama-persis dengan kita ketika dipandang sebagai objek, tetapi tidak memiliki apapun seperti pengertian kesadaran kita terhadap diri-kita sebagai subjek. Sehingga terdapat pertanyaan mengapa kita memiliki kesadaran-subjektif tentang pengalaman dan bagaimana itu terjadi.
Para filsuf juga berjuang untuk menjelaskan jenis hubungan-hubungan apa yang mungkin dapat ditemukan antara pikiran pada saat kita melihat-nya sebagai kesatuan secara objektif dengan pikiran pada saat kita mengalami-nya secara subjektif, sebagai contoh : adakah hubungan sebab-akibat dan bagaimana itu bekerja ?
Topik tentang memandang orang-lain dan bahkan diri-sendiri sebagai objek dalam dunia-objektif adalah persoalan metafisika tetapi juga mengemukakan persoalan etika terkait dengan perlakuan terhadap orang lain. Disamping itu terdapat persoalan-filosofis khusus mengenai penegasan terhadap objektivitas etika.
Sumber :
https://www.iep.edu/objectiv/#H3
Pemahaman Pribadi