Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Sunday, November 14, 2021

Musik Dan Keadilan Sosial 6 : Protes Masa Kini


Seperti telah ditulis di bagian sebelumnya, banyak protes terhadap ketidak-adilan yang diekspresikan secara musikal pada awal abad 21 dilakukan melalui musik hip-hop.

Sebagai contoh, ada seorang rapper Hungaria dengan nama Dopeman yang melakukan pertunjukan tentang ketidak-puasannya terhadap homogenisasi-politis oleh negara pada era pasca-rezim-komunis.

Dan di Haiti, terdapat kontes-rap skala nasional, 'Concours Pwojè Lari Pwòp' pada juni 2006, disana generasi-muda menyampaikan rap-yang-orisinal dengan topik membersihkan lingkungan dan pengambilan suara-nasional untuk rekaman-rekaman favorit mereka dari 12 finalis ---semacam sebuah program kesadaran-sosial “Haitian Idol” (Yéle Haiti, 2006).

Namun, resonansi yang dimiliki musik hip-hop bagi generasi-muda dalam banyak ragam-kebudayaan tidak seharusnya membutakan kita terhadap keberagaman musik-tradisional dan improvisasi ---yang melaluinya seruan-seruan keadilan berbicara kepada masyarakat.

Sebagai contoh, seorang cendekiawan Foucaultian Ladelle McWhorter membuka bukunya 'Racism and Sexual Oppression in Anglo-America' dengan sebuah anekdot tentang menghadiri acara-renungan bagi Matthew Shepard, seorang mahasiswa muda di Wyoming yang kematiannya tahun 1998 merupakan sebuah kejahatan kebencian dari kaum anti-gay, mengingatkan kembali bahwa sejumlah hadirin merasa terinspirasi untuk menyanyikan lagu-kebesaran pada era hak-hak-sipil 'We Shall Overcome' sebagai sebuah ekspresi pendirian mereka melawan homophobia.

Pembahasan dalam bagian ini, oleh karenanya tidak seharusnya dibaca sebagai sebuah pendangan-komprehensif, namun sebagai sebuah seleksi-beberapa-contoh yang menunjukan kasus tentang keberagaman gaya-musikal yang berbicara tentang keadilan di seluruh belahan dunia.



Sumber :
https://iep.utm.edu/music-sj/#SH2
Pemahaman Pribadi




Saturday, November 13, 2021

Musik Dan Keadilan Sosial 5 : Kontestasi Musik Pasca Industrial : Disco, Punk dan Hip-Hop


Musik yang menyertai kemerosotan-industrial di negara-negara industri barat ---dapat dicatat Amerika-Serikat dan Inggris-Raya--- menyuarakan dua respon yang berbeda untuk mengembalikan pemberdayaan-diri dan idealisme yang merupakan kontra-budaya yang dipupuk pada tahun 1960-an.

Disco, dengan kostum detail-dan-rumit menarik perhatian dengan fokus pada tarian dan hadirnya budaya-narkoba, mewakili sikap menjauh dari tantangan-tantangan politik, sebuah sikap penolakan untuk terkait dengan masalah-masalah sosial, dan sebuah hasrat untuk memperoleh kenikmatan-sesaat

Di sisi lain, Punk merupakan sebuah lolongan kemarahan dari kaum-muda kelas pekerja yang melihat dan menolak secara langsung dan tegas, kepada kemunafikan dari kemapapan-sosial dan meningkatnya ketidak-mampuan untuk mengakses kesempatan-kesempatan ekonomi bagi yang tidak-beruntung secara sosial-ekonomi.

Disco secara stereotip diidentifikasikan dengan orang-orang Afrika-Amerika (meski didominasi oleh konsumen kulit-putih) sedang Punk diberi label dengan Fenomena-Inggris, meski pada faktanya kedua konstituen musik itu dapat ditemukan di negara-negara maju dan makmur manapun yang pada tahun 1970-an mulai bergulat dengan deindustrialisasi, stagnasi-upah dan restrukturisasi-perusahaan yang sekarang dikenal dengan outsourcing.

Elemen-elemen dari kedua musik ini dalam menanggapi marjinalisasi-dan-ketidakadilan-sosial disintesakan dalam hip-hop, bentuk musik yang paling-populer untuk mengekspresikan protes di seluruh dunia pada era selanjutnya.

Sosiolog Tricia Rose dalam karyanya Black Noise: Rap Music and Black Culture in Contemporary America, mengajukan teori bahwa dunia hip-hop pada masa-mudanya sebagai kemunculan dari suatu mimpi-buruk pasca-industri dimana etnis-miskin disingkirkan dari ruang-ruang publik dan protes-kreatif ditumbuhkan dalam upaya mengembalikan kepada masyarakat tetangga-kota yang sedang hancur untuk membangun jalan-jalan-cepat masuk ke dalam kota bagi para pekerja dari pinggiran-kota (31-33).

Dalam perang yang secara umum tidak disadari oleh masyarakat-miskin dan terpinggirkan ini muncul interaksi teknologi, ekonomi dan kebudayaan pada saat lahirnya hip-hop, yang digambarkan oleh Rose sebagai sebuah praktik penolakan terhadap pengambil-alihan budaya hura-hura-kesenangan (22-23).

Stasiun kereta bawah tanah, pojokan jalan, taman-taman yang terbengkelai diduduki oleh para pendengar dan penari sebagai ruang-ruang politik.

Elemen-elemen dari hip-hop 'flow, layering, dan rupture' merefleksikan dan menunjukan perlawanan terhadap peminggiran-sosial, Rose berkata: pada saat lahirnya, musik menyuarakan dan mensimbolisasikan pengalaman hidup tentang perjuangan masyarakat untuk menggenggam sebuah identitas-komunitas menghadapi 'perkembangan-kota' dan proses desakan terhadap masyarakat-miskin. (22).

Ia menekankan, perjuangan bukanlah akhir, bukan langkah sia-sia dari para korban bencana kiamat-perkotaan, namun merupakan pembentukan dari sebuah identitas alternatif yang diproduksi secara komunal oleh para produsen sebuah gerakan kesadaran 'merebut kembali ruang-publik' (Rose 33).

Itu adalah pernyataan tegas, keras dan tanpa maaf tentang hak-semua-manusia untuk mengambil ruang-publik, untuk berinteraksi dengan yang-lain dan dengan musik yang memberi informasi ruang-ruang publik ini telah diambil-alih-kembali dan menjadi tempat perjuangan politik.



Sumber :
https://iep.utm.edu/music-sj/#SH1c
Pemahaman Pribadi




Saturday, November 6, 2021

Musik Dan Keadilan Sosial : Tradisi Musik - Folk, Rock, Musik Protes


Lagu-lagu protes dari musik-folk mempunyai sejarah-panjang keterlibatan dalam perjuangan keadilan-sosial untuk menghapus perbudakan, hak-memilih-universal dan agenda-agenda hak-asasi-manusia-lainnya, tetapi benar-benar mulai menyatakan kekuatan-nya selama masa dorongan membentuk serikat-pekerja muncul dari proses industrialisasi masyarakat-yang-makmur.

Di Amerika Serikat, sejumlah lagu yang paling-dapat dikenal diantara lagu-lagu yang muncul dari gerakan-buruh termasuk didalamya lagu “John Henry” dan “Which Side Are You On?”

Meski musik-folk mengembangkan reputasi-nya sebagai suara-keadilan-sosial di Amerika, tidak-sedikit karena sumbangan musik dari Woody Guthrie, Pete Seeger, dan Bob Dylan, mungkin lagu protes yang berpengaruh-paling-dalam terhadap kehidupan politik Amerika adalah lagu anti-hukuman-mati-tanpa-pengadilan berjudul “Strange Fruit”.

Lirik lagu ini ditulis oleh guru-sekolah Yahudi bernama Abel Meeropol (yang mengadopsi anak-yatim-pistu dari Julius dan Ethel Rosenberg, pasangan yang dieksekusi mati pada tahun 1953 oleh pemerintah Amerika atas tuduhan telah mengirimkan rahasia-senjata-atom kepada Uni-Sovyet) pada tahun 1930-an sebagai sebuah respon terhadap foto-mengerikan yang menggambarkan hukuman-mati-tanpa-pengadilan.

Direkam oleh Billie Holiday dan dinyanyikan sebagai salah-satu lagu-penanda khas dirinya, “Strange Fruit” menjadi sebuah protes yang didengar-luas melawan ketidak-adilan-sosial, sebuah pelajaran bagi para pendengar mengenai realitas kehidupan (dan kematian) orang-orang Afrika-Amerika sebagai bagian dari masyarakat Amerika-Serikat yang mempraktikan hukuman-mati-tanpa-pengadilan (“Strange Fruit: The film” Independent Lens).

Kritikus jazz Leonard Feather pernah berkata mengenai lagu “Strange Fruit” bahwa lagu-itu adalah "Protes pertama yang sangat-berarti melalui kata-kata dan musik, teriakan pertama melawan rasisme yang tidak dibungkam." (Margolick)

Menimbang sejarah aktivisme dan orasi orang Afrika-Amerika, pendapat Feather terhadap ke'pertama'an (dalam kalimat di atas) paling-baik dipahami sebagai bagian kalimat hiperbolis namun tidak-ada penolakan pengaruh lagu-ini pada para pendengar/penggemar Holiday.

Margolick menjelaskan kembali bahwa perkelahian-pecah di klub-malam setelah lagu itu dibawakan dan Billie Holiday sendiri diserang oleh seorang pelanggan yang putus-asa dan trauma. Terlepas dari beban-emosioanal tampaknya Holiday merasa sebuah kewajiban untuk menyanyikannya.

"Saya harus menyanyikannya." Margolick mengutip ucapanya : "adalah menempuh jalan-panjang untuk mengatakan bagaimana mereka keliru-memperlakukan orang negro di Selatan sana."

Dan dampak dari lagu itu, benar-benar memainkan peran dalam usaha-usaha untuk mengubah kebijakan-sosial : sejumlah orang yang mendukung pengesahan undang-undang anti-hukuman-mati-tanpa-pengadilan mengirim rekaman “Strange Fruit” kepada para anggota Konggres, agaknya karena mereka merasa mendengar lagu-itu akan membangkitkan kesadaran-moral-yang-kuat bagi para legislator.

Lagu “Strange Fruit” terus memendam kekuatan itu, bahkan dengan berlalunya waktu dan telah disebut "satu dari 10 lagu" yang benar-benar merubah dunia (baca majalah Q Magazine keluaran November 2003, sebuah majalah musik Inggris).

Dalam dunia musik-rock ---gaya yang muncul dari arus-utama asimilasi orang kulit-putih Amerika terhadap ritm dan blues--- terdapat paradigma-lain mengenai pertemuan musik dan keadilan-sosial yang dapat dipahami sebagai sebuah paralel antara musik-rock dengan musik-folk pada lagu “Strange Fruit".

Lebih dari 40 tahun lalu, Jimi Hendrix dan Band yang entah bagaimana terlempar-bersama dibentuk dalam rangka membangkitkan kembali Jimi Hendrix Experience memainkan dua-jam set pertunjukan sebagai aksi-musik-penutup pada Woodstock Festival, sebuah pertunjukkan yang paling diingat karena improvisasi mereka terhadap lagu kebangsaan Amerika “The Star-Spangled Banner” (Daley 52, 55).

Momen ini yang menjadi simbolisasi esensi dari Woodstock adalah sebuah pertunjukan luar-biasa sekaligus kritik terhadap lagu-kebangsaan yang liriknya mengangkat nilai-nilai ketangguhan pada orang-orang yang mengalami serangan. Pergeseran pembawaan lagu dari penuh keyakinan menjadi penyimpangan-yang-cerdas, Hendrix dengan penuh kekuatan menunjukan kepada para pendengarnya tentang inkonsistensi-moral sebuah bangsa yang menyanyikan lagu-kebangsaan-ini sedang pada saat yang sama menjatuhkan bom-bom kepada rakyat negara-lain.

Suara petikan gitar Hendrix dalam pertunjukan-ikonik itu mengingatkan kembali pada ledakan-ledakan dan pekik-ketakutan persis pada titik-titik seseorang yang bernyanyi-bersama mendapatkan 'kilauan merah roket-roket' dan 'bom-bom terbakar di udara'.

Pesan yang tampak telah memasuki imajinasi-populer sebagai sebuah hasil improvisasi pada lagu “The Star-Spangled Banner” di Woodstock sangat jelas merupakan sebuah pesan anti-perang dan anti-imperialis.

Dalam buku karyanya berjudul Crosstown Traffic, jurnalis musik Inggris Charles Murray menyimpulkan bahwa pertunjukan Hendrix "menggambarkan, secara grafis sebagai yang-mungkin dapat dilakukan dari sebuah karya-musik, baik apa yang telah dilakukan bangsa Amerika kepada Vietnam juga apa yang mereka lakukan kepada bangsa Amerika sendiri" (C. Murray 24; quoted in Daley 57).



Sumber :
https://iep.utm.edu/music-sj/#SH1b
Pemahaman Pribadi




Thursday, November 4, 2021

Musik Dan Keadilan Sosial : Tradisi Musik - Asal dan Pengaruh Musik Blues dan Jazz


Salah satu sejarawan-musik-blues yang paling berpengaruh adalah Amiri Baraka yang menulis sebagai Leroi Jones dalam buku pertamanya berjudul Blues People, menggali pengalaman orang-orang Afrika-Amerika mengenai kebangsaan melalui musik.

Baraka menjelaskan, musik-blues adalah respon dari korban-korban penculikan orang-orang Afrika untuk dijadikan budak bagi orang Amerika, sebuah curahan-budaya yang berkembang dari karya lagu-dan-spiritual yang menyajikan kembali dalam skala-kecil seluruh-rentang dan nuansa tentang adaptasi masyarakat terhadap sebuah tanah-asing yang tidak-ada pilihan bagi mereka kecuali membuatnya menjadi kampung-halaman.

Jejak-jejak sejarah tentang adaptasi dari Baraka ini salah-satunya adalah dimana lagu-lagu menjadi lebih-rumit dan lebih-sekuler, meninggalkan tema-tema tentang keselamatan ke surga, yang memberi karakter produksi-musikal orang-orang Afrika-Amerika dibawah perbudakan dalam mendukung suatu yang lebih menekankan secara langsung kepada pemberdayaan-sikap-penentuan-diri (kebebasan menentukan nasib-sendiri).

Musik blues oleh karenanya berfungsi sebagai sebuah tempat-penyimpanan ikatan-ikatan-kebudayaan, kandungan liriknya berkembang sepanjang waktu untuk merefleksikan apapun tantangan-tantangan sosial yang dihadapi oleh komunitas-komunitas Afrika-Amerika pada saat itu.

Salah satu contoh penting dari musik-blues yang merefleksikan perjuangan-perjuangan orang-orang Afrika-Amerika untuk memperoleh penghargaan dan pengakuan/legitimasi dalam ruang-publik adalah kolaborasi tahun 1941 antara musisi jazz pianis yang hebat Count Basie dan penulis buku Richard Wright (pengarang buku Native Son yang terkenal) dalam sebuah karya berjudul King Joe (The Joe Louis Blues) yang mengangkat status petinju sebagai kebanggaan dari masyarakatnya pada momen yang sama ketika kampanye-kampanye anti-hukuman-mati-tanpa-pengadilan pada akhirnya mulai populer dan dapat diterima dalam era berlakunya hukum Jim Crow di bagian selatan Amerika ( hukum Jim Crow diberlakukan hingga tahun 1965).

Keduanya Baraka maupun Albert Murray, salah satu orang Afrika-Amerika yang ahli dalam sejarah keunikan-musik-Amerika yang dikenal luas, mengisahkan musik-jazz dengan cara sedemikian rupa untuk menggaris-bawahi kelahiran musik-jazz dari musik-blues.

Bagi Baraka, salah-satu cara yang lebih-koheren dalam mendefinisikan musik-jazz adalah sebagai sebuah sintesa dari intrumentasi Eropa dan poliritme (kombinasi beberapa ritme-berbeda yang simultan) yang berasal-muasal dari Afrika, yang secara mendasar tetaplah blues ---bahkan ketika musik-jazz telah mengembangkan jalurnya sendiri.

Penelusuran Murray terhadap sejarah-musik-ini dalam karyanya Stomping the Blues menyatakan kembali tentang kesamaan-warisan-ini namun terlalu-terpusat pada musik-jazz dan musisi-musisi-jazz sehingga seorang pembaca yang bermaksud mencari sebuah analisa tentang blues dalam buku ini dapat merasa kurang.

Namun, perlakuan lain terhadap kemunculan musik-jazz dan musik-blues dalam karya Frank Kofsky berjudul Black Nationalism and the Revolution in Music, menceritakan musik-jazz dengan sebuah narasi yang mengingatkan kembali kepada karya Thomas Kuhn berjudul Structure of Scientific Revolutions, sebuah kisah pencarian-jalan-keluar dalam paradigma-paradigma yang pada akhirnya, tak-dapat-dielakkan runtuh dan harus diganti ---seperti dalam kasus perubahan/pergeseran musisi-musisi seperti John Coltrane dan Ornette Coleman dari berupaya membuat karya dari gagasan-gagasan mereka sendiri dalam bebop menjadi jatuh ke dalam pelukan jazz-bebas

Kofsky juga mendorong tesis bahwa relasi-relasi musik dan sosial-politik berjalan bergandengan-tangan, ia berpendapat bahwa kita bisa melihat dalam jazz-bebas yang muncul pada awal tahun 1960-an sejenis 'proto-nasionalisme' yang menjadi penanda awal pesan-pesan para nasionalis-kulit-hitam dari Malcolm X, the Black Panthers, dan gerakan-gerakan 'lakukan untuk diri-sendiri' lainnya ('do for self' movements) dalam masyarakat Afrika-Amerika selama tahun 1960-an.

Gerakan-gerakan ini menekankan perlunya kecukupan-diri bagi komunitas dihadapan sebuah masyarakat mayoritas-kulit-putih yang rasis secara sistematis dan meskipun pesan-pesan nasionalis-kulit-hitam seringkali secara sederhana bertentangan dengan integrasionisme yang berasal dari Martin Luther King dan the Civil Rights Movement, pengembangan masyarakat mereka ---program-program seni upaya-upaya-setelah-waktu-sekolah untuk anak-anak, penggalangan dana melalui musik untuk memberi makan orang-orang yang berjuang ditengah kondisi kekurangan pangan, upaya-upaya keamanan pengawasan-tetangga--- tetap berdiri sebagai model-model-nyata untuk solidaritas-akar-rumput.

Pesan kecukupan-diri yang ditemukan Kofsky dalam musik-jazz proto-nasionalisme adalah sebuah perayaan dari sebuah keindahan Afrika-Amerika yang unik, salah satu yang bertarung melawan imperialisme-keindahan orang kulit-putih, kritik-kritik yang mengangkat nilai dan menentukan kekuatan-negosiasi dari hampir semua musisi kulit-hitam di dalam sistem kepemilikan institusi-institusi rekaman dan pertunjukan oleh orang kulit-putih.

Pada tingginya gerakan jazz-bebas, pentingnya kecukupan-diri merupakan daya-dorong dibalik fasilitas-fasilitas rekaman-independen dan tempat pertunjukan yang dimiliki bersama, dimana di tempat itu Coltrane, Coleman, dan Charles Mingus, diantara banyak yang lainnya, melakukan eksperimen.

Perlunya kecukupan-diri juga suatu faktor dalam pendirian sikap-politik yang diambil oleh banyak musisi-musisi jazz-bebas yang anti-perang, anti-kolonialisme, anti-perbudakan dan mendukung luas terhadap Pan-Afrikanisme yang berkembang dalam kebangkitan gerakan-gerakan dekolonisasi Afrika.

Meski demikian, warisan-nya yang paling bertahan-lama adalah kepercayaan yang diberikan untuk melawan narasi-narasi tentang apa yang menyusun nilai-keindahan.

Kritik-kritik orang kulit-putih menggunakan sebuah kerangka-teoritis yang dikembangkan bagi seni-musik-barat (sebutlah musik-klasik) untuk menilai keaslian, ontentisitas, dan kerumitan-artistik dari sebuah tradisi-musik yang muncul dari pengalaman orang-orang Afrika-Amerika.

Namun, seperti pembacaan terhadap sejarah dari Kofsky bersama dengan teori-sastra dari Henry Louis Gates Jr. dalam The Signifying Monkey menjadi jelas, bahwa musisi-musisi kulit-hitam tenggelam dalam dunia-jazz adalah mengembangkan konsepsi-keindahan mereka sendiri ---sebuah konsepsi tentang, misalnya nilai-keaslian yang menolak gagasan eropa-sentris tentang keaslian (sebagai sesuatu yang tidak pernah terlihat sebelumnya dalam dunia-ini) yang mendorong suatu pemahaman bahwa seseorang memberi suatu kontribusi yang asli ketika sesorang menambahkan perspektif pada dirinya terhadap sebuah produk-budaya yang telah ada.

Revisi terhadap apa-makna-orisinalitas ini membawa implikasi pemberdayaan-individual dan perhatian terhadap jaringan-komunitas yang sudah-ada dan baru-terbentuk, yang kemudian meningkatkan pembelaan nasionalisme-kulit-hitam pada perlunya kecukupan-diri.



Sumber :
https://iep.utm.edu/music-sj/#H1a
Pemahaman Pribadi




Tuesday, November 2, 2021

Musik Dan Keadilan Sosial 2 : Tradisi-Tradisi Musik


Transformasi sosial yang dipengaruhi melalui musik ---sebutlah Perdamaian melalui Seni--- adalah sebuah pendekatan yang tengah di-teori-kan.

Salah satu dari sedikit para penyusun-teori dan para praktisi yang memburu pengembangan pemahaman-kita terhadap keadilan-sosial melalui seni-dan-musik adalah John Paul Lederach, yang karyanya pembangunan-perdamaian (peace-building) memusatkan perhatian kepada transformasi-konflik melalui kemampuan-gelombang-suara untuk mendorong penyembuhan-sosial.

Karyanya bersama komunitas-komunitas yang retak menekankan pemulihan-suara (the restoration of voice), sebuah konsep yang ia temukan, menggema jelas dan keras khususnya dengan orang-orang yang terus berjuang untuk memperbaiki kekerasan dalam komunitas-komunitas mereka (110, 89).

Musik dan puisi yang dapat membantu perbaikan ini sangat bervariasi dan kontekstual, untuk menjadi bermakna pada komunitas yang mencari keadilan-sosial, musik yang menyertai pembangunan-keadilan (justice-building) harus menjadi ---atau terhubung dengan--- sebuah bagian-organik dari kehidupan-keseharian komunitas.

Dalam kepentingan untuk menyediakan sebuah pengertian keberagaman-suara dari suatu latar-belakang musikal, penjelasan tentang musik dan keadilan-sosial diperkenalkan melalui sebuah bahasan tentang jenis-jenis dan tradisi-tradisi musik.



Sumber :
https://iep.utm.edu/music-sj/#H1
Pemahaman Pribadi




Monday, November 1, 2021

Musik Dan Keadilan Sosial 1 : Pengantar


Protes-protes menuntut keadilan-sosial sebagai tawaran pilihan-lain terhadap sebuah kondisi status-quo yang tidak-dapat-diterima terus meningkat dalam menanggapi persoalan perang, ketimpangan politik dan sosial, kesejahteraan dan hambatan-hambatan lain dalam ekonomi dan kesempatan-kesempatan untuk berkembang.

Meski keadilan-sosial biasa dipikirkan sebagai sebuah agenda-politik, banyak gerakan-keadilan telah menggunakan musik sebagai sebuah cara untuk mengundang dan menjaga partisipasi dengan basis-yang-luas dalam inisiatif mereka.

Beberapa integrasi antara musik dan keadilan-sosial telah menyatu-begitu-dalam dalam kerangka-kerangka identitas dan kebudayaan dari kelompok-kelompok tertentu, hal itu dipahami hari-ini terutama sebagai unsur-pembentuk kebudayaan.

Sebagai contoh, tradisi blues secara luas dikenal sebagai sebuah pembeda kontribusi yang khas Afrika-Amerika kepada musik, namun tidak selalu dikenal perannya dalam membantu membentuk kesadaran-politik dari komunitas masyarakat Afrika-Amerika yang muncul dari era Rekonstruksi di Amerika-Serikat bagian selatan pada abad 19 dan bermigrasi keluar Amerika-Serikat bagian selatan pada abad 21.

Hal yang sama juga benar mengenai interaksi antara jazz-bebas (free-jazz) tahun 1960-an dan gerakan nasionalis-kulit-hitam, peranan musik membantu memelihara, menumbuhkan dan membuat gerakan berkembang.

Moment-moment lain dalam musik dan keadilan-sosial sebagai sebuah integrasi, lebih sedikit muncul dalam narasi-narasi sosial dan sejarah kita dibanding konvergensi-konvergensi-aksidental yang tidak selalu kita cermati atau ingat.

Contoh-contoh tentang musik yang dikeluarkan dari politik daripada politik yang dikeluarkan dari musik, termasuk ketidak-pedulian budaya terhadap peranan-musik yang telah dimainkan dalam protes-protes sosial akhir-akhir ini yang terjadi dibawah bendera Occupy movement (gerakan sosial-politik progresif internasional yang menunjukkan perlawanan terhadap ketidaksetaraan-sosial-dan-ekonomi dan kurangnya 'demokrasi-yang-sebenarnya' di seluruh dunia) dan UK-Uncut (gerakan melawan pemotongan-layanan-publik dan penghindaran-pajak di Inggris) dan sampai peran-krusial bahwa musik telah dimainkan dalam gerakan anti-apartheid di Afrika-Selatan

Di sisi lain, paradigma terhadap hubungan-saling mempengaruhi antara ekspresi melalui musik dan komitment pada keadilan-sosial, merupakan budaya-protes-politik di Amerika dalam tahun 1960-an : secara khusus Gerakan Hak-Hak Sipil dan Gerakan Anti Perang Vietnam.

Dalam bukunya Rhythm and Resistance, p. 39 (Ritme dan Penolakan), Ray Pratt meneliti bahwa :

" Tidak ada musik yang-sendirian-saja mampu mengorganisasi kemampuan-seseorang untuk menanamkan perasaan-emosional dalam dunia, namun seseorang dapat menekankan kontribusi-kontribusi yang kuat dari musik bagi keadaan-keadaan emosional yang temporer. "

Hal itu dikarenakan cara musik memberi asupan ke dalam kehidupan-emosional-kita dan karena perasaan nyaman secara sosial yang kita peroleh dari berbagi-keadaan-emosional-yang-sama dengan orang-lain sehingga musik begitu sering menemani gerakan-gerakan yang membangun dan bergantung pada solidaritas.

Pastilah, ini adalah sebuah asosiasi yang tidak selalu terjadi (kontingen), namun tidak-adanya kepastian-logis tidak menghilangkan peranan-kuat musik bermain dalam usaha-usaha untuk membangun dunia yang lebih baik.



Sumber :
https://iep.utm.edu/music-sj/
Pemahaman Pribadi