Keadilan Ala Barat : Filsuf Kontemporer - Rawls

Dari sejak pendiriannya, pemikiran politik Amerika memiliki daya-tahan lama untuk memusatkan perhatian/bahasan pada keadilan. Pembukaan...

Tuesday, December 20, 2016

Plato 4 : Karya Periode Akhir


Pengelompokan karya Plato yang biasa dilakukan oleh para ahli filsafat secara kronologis adalah sebagai berikut:

Karya Periode-Awal
Semua karya yang ditulis Plato setelah kematian Socrates, tetapi sebelum perjalanan pertama Plato ke Sisilia pada tahun 387 SM :
Apology, Charmides, Crito, Euthydemus, Euthyphro, Gorgias, Hippias Major, Hippias Minor, Ion, Laches, Lysis, Protagoras, Republic Bk. I

Karya Periode-Transisi-Awal
Karya yang ditulis Plato pada akhir Periode-Awal dan pada awal Periode-Tengah antara tahun 387-380 SM :
Cratylus, Menexenus, Meno

Karya Periode-Tengah
Karya yang ditulis Plato antara tahun 380-360 SM :
Phaedo, Republic Bk. II-X, Simposium

Karya Periode-Transisi-Akhir
Karya yang ditulis Plato pada akhir Periode-Tengah dan pada awal Periode-Akhir antara tahun 360-355 SM :
Parmenides, Theaetetus, Phaedrus

Karya Periode-Akhir
Karya yang ditulis Plato pada Periode-Akhir antara tahun 355-347 SM, mungkin secara kronologis sbb :
Sophis, Statesman, Philebus, Timaeus, Critias, Laws



Karya Plato : Periode Akhir


a. Metodologi Filsafat

Salah satu hal baru dalam dialog karya Plato setelah Periode-Tengah adalah pengenalan metode filosofis baru. Metode ini kemungkinan diperkenalkan baik di bagian akhir dialog karya Plato Periode-Tengah atau dalam dialog karya Plato Periode-Transisi-Akhir, yang kemudian semakin menjadi penting dalam dialog karya Plato Periode-Akhir. Dalam dialog karya Plato Periode-Awal, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, metode berfilsafat adalah penyanggahan dengan cara tanya-jawab yang disebut Elenchos atau Metode-Socrates. Meskipun dalam dialog karya Plato pada Periode-Tengah selalu menunjukkan Socrates yang mengajukan pertanyaan, pertanyaaan Socrates dalam dialog ini menjadi jauh lebih terang-terangan dan mengarahkan. Metode berfilsafat tertinggi yang dibahas dalam dialog karya Plato pada Periode-Tengah, disebut Dialektika, metode ini tidak pernah dijelaskan dengan sangat baik oleh Plato (yang terbaik, nyaris ditemukan pada penjelasan gambar garis berbagi pada bagian akhir Book VI Republic). Metode berfilsafat yang benar, disampaikan Plato dalam karya pada Periode-Akhir, yaitu metode yang dikenal sebagai Pengelompokan-Dan-Pembagian yang kemungkinan pertama kali disebut dalam karya berjudul Phaedrus 265e. Dalam metode ini, sang filsuf mengelompokkan benda-benda dengan membuat beberapa kategori yang memiliki karakteristik-umum yang sama dan kemudian membagi lagi ke dalam jenis tertentu sampai pada akhirnya tidak dapat dibagi lagi. Metode ini secara eksplisit dan secara luas dipamerkan dalam karya Sophist, Statesman, dan Philebus.


b. Kritik Teori Forma Awal

Salah satu bagian yang paling membingungkan dari dialog karya Plato pada Periode-Akhir adalah pembahasan kembali Teori-Forma melalui beberapa cara penjelasan. Meskipun dalam dialog karya Plato pada Periode-Akhir masih tampak menjelaskan Teori-Forma (meski teori ini, cukup mencolok, tetapi tidak dijelaskan sepenuhnya dalam karyanya Theaetetus, pada dialog bagian akhir yang membahas sifat pengetahuan), di mana Teori-Forma benar-benar muncul dalam dialog berikutnya, tampak telah mengalami modifikasi dalam beberapa hal dari konsepsi awal yang terdapat dalam karya Plato Periode-Tengah. Mungkin tanda yang paling dramatis dari perubahan Teori-Forma muncul pertama dalam Parmenides, yang muncul sebagai Teori-Forma versi Periode-Tengah dan menjadi subjek yang dibahas dalam tanya jawab "Socrates", hanya saja kali ini, penyanggah utama adalah filsuf Eleatic yang lebih tua Parmenides, dan korban malang dari sanggahan itu adalah Socrates yang lebih muda. Argumen paling terkenal dan kritik mematikan yang diberikan oleh Parmenides dalam dialog ini dikenal sebagai Third-Man-Argument yang menunjukkan bahwa konsepsi partisipasi, yang dengannya objek individual mengambil karakter Forma, jatuh ke dalam kemunduran yang tak terbatas. Jika seorang laki-laki individual merupakan lelaki dalam partisipasi Forma-Man-1, dan Forma-Man-1 itu sendiri adalah lelaki, maka apa yang sama pada Forma-Man-1 dan laki-laki individual harus berpartisipasi dalam satu Forma yang lain, katakanlah, Forma-Man-2. Tetapi kemudian, jika Forma-Man-2 adalah lelaki, maka kesamaan sifat Forma-Man-2 dengan laki-laki individual adalah dalam partisipasi Forma yang lain berikutnya, sebutlah Forma-Man-3, dan seterusnya dan seterusnya. Bahwa Teori-Forma dari Plato terbuka untuk masalah ini didukung dari gagasan, yang sudah disebutkan di atas, bahwa Forma adalah eksemplar. Jika Forma-Man-1 sendiri merupakan lelaki yang sempurna, maka Forma-Man-1 berbagi sifat yang sama dengan semua laki-laki yang berpartisipasi di dalamnya. Tetapi karena Teori-Forma mensyaratkan bahwa untuk setiap kelompok entitas dengan sifat yang sama, harus ada satu Forma untuk menjelaskan kesamaannya, hal itu menunjukkan bahwa teori ini memang menimbulkan kemunduran yang meracuni Teori-Forma.

Ada kontroversi yang cukup besar selama bertahun-tahun tentang apakah Plato percaya bahwa Teori-Forma rentan terhadap kritik Third-Man-Argument, seperti yang diyakini Aristoteles, sehingga menggunakan Parmenides untuk mengumumkan penolakannya terhadap Teori-Forma, atau sebaliknya Plato percaya bahwa Third-Man-Argument dapat dihindari dengan melakukan penyesuaian terhadap Teori-Forma. Tidak relevannya diskusi ini adalah pengurutan relatif dari karya Timaeus dan Parmenides, karena Teori-Forma ditemukan sangat banyak dalam dialog karya Plato Periode-Tengah yang memainkan peran penting, seperti dalam karyanya Timaeus. Dengan demikian meletakan karya Timaeus pada urutan terakhir menunjukkan bahwa Plato tidak menganggap keberatan kepada Teori-Forma yang dijelaskan dalam karya Parmenides sebagai jalan keluarnya. Dalam hal apapun, disepakati dari semua sisi bahwa ketertarikan Plato dalam Teori-Forma semakin meningkat dalam karyanya Sophist dan Stateman dengan melakukan eksplorasi hubungan yang logis antara entitas abstrak yang terus dipertahankan. Dalam Laws, karya Plato terakhir (dan belum selesai), Teori-Forma tampak putus sama sekali. Apapun nilainya, Plato percaya bahwa pengetahuan tentang entitas abstrak dimiliki untuk perilaku yang tepat dalam berfilsafat, ia tampaknya tidak lagi percaya bahwa pengetahuan tersebut diperlukan untuk menjalankan suatu komunitas politik dengan baik.


c. Gerhana Socrates

Dalam beberapa dialog karya Plato pada Periode-Akhir, Socrates dipinggirkan lebih jauh. Dia direpresentasikan sebagai sosok yang mengamati dari pinggir dan hampir bisu seperti dalam Sophist dan Statesman, atau bahkan tidak ditampilkan sama sekali sebagai karakter seorang tokoh seperti dalam Law dan Critias. Namun dalam karya berjudul Theaetetus dan Philebus, Socrates ditemukan dalam peran utama yang menonjol. Gejala yang disebut Gerhana" pada Socrates ini, dalam beberapa dialog karya Plato pada Periode-Akhir kemudian terus menjadi subjek dalam banyak diskusi ilmiah oleh para ahli.


d. Mitos Atlantis

Mitos terkenal Plato tentang Atlantis pertama kali dijelaskan dalam karyanya Timaeus, yang menurut para ahli sekarang umumnya sepakat berpendapat cukup terlambat, meskipun secara dramatis ditempatkan pada satu hari setelah diskusi, yang kembali diceritakan dalam karyanya Republic. Mitos Atlantis dilanjutkan dalam dialog yang belum selesai dimaksudkan untuk menjadi sekuel Timaeus, Critias.


e. Penciptaan Alam Semesta

Timaeus juga terkenal dengan penjelasannya tentang penciptaan alam semesta oleh Demiurge. Berbeda dengan penjelasan penciptaan alam oleh Tuhan menurut para teolog abad pertengahan, Plato Demiurge tidak menciptakan alam dari Ketiadaan (ex nihilo), melainkan lebih mengatur kosmos untuk terlepas dari kekacauan materi dasar yang merupakan duplikasi dari Forma yang kekal. Plato mengambil empat elemen dasar, api, udara, air, dan tanah (yang Plato menyatakan akan disusun dari berbagai agregat segitiga), menciptakan berbagai senyawa berdasar elemen dasar ini menjadi apa yang disebutnya Tubuh-Semesta. Dari semua karya Plato, Timaeus menyediakan dugaan yang paling rinci dalam bidang yang sekarang kita anggap sebagai ilmu-ilmu alam: fisika, astronomi, kimia, dan biologi.


f. Hukum

Dalam karya terakhir Plato berjudul Laws, sang filsuf sekali lagi kembali ke pertanyaan tentang bagaimana cara terbaik untuk mengatur suatu masyarakat. Meskipun demikian tidak seperti pembahasan sebelumnya dalam karyanya Republic, dalam Laws tampak kurang membahas 'negara seperti apa yang terbaik dan paling mungkin' tetapi lebih membahas proyek perancangan sebuah negara yang benar-benar dapat diterapkan, jika memang tidak diakui membahas bentuk pemerintahan yang ideal. Para pendiri komunitas digambarkan dalam karya Laws menyibukkan diri dengan rincian pengalaman kenegaraan, membentuk aturan untuk melakukan antisipasi terhadap banyak hal-hal tak terduga (kontingensi) yang cenderung muncul di "dunia nyata" urusan manusia. Sebuah karya besar yang panjang dan kompleks, yang sudah menghabiskan 345 halaman Stephanus, tetapi karya Laws belum juga selesai hingga saat kematian Plato. Menurut Diogenes Laertius (3,37), itu yang tersisa ditulis pada tablet lilin.


Sumber:
www.iep.utm.edu/plato
Pemahaman Pribadi


Kelapa Gading , 25 November 2016